Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Penyesalan Seorang Anak terhadap Ibunya




eBahana.com – SEDIAKAN TISSUE SEBELUM MEMBACA

Pada suatu hari, seorang anak berkata pada ibunya, “Ibu, aku malu sama teman-temanku, mereka memiliki ibu yang sempurna secara fisik dan mereka bangga terhadap ibu mereka, tapi aku Bu, mengapa aku memiliki ibu yang buta. Andai saja aku tau, aku dilahirkan oleh seorang ibu yang buta, maka aku lebih memilih untuk tidak dilahirkan.”

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anaknya, sang ibu berkata, “Nak, ibu memang buta, tetapi walaupun kamu malu dengan keadaan fisik yang ibu miliki, ibu tetap sayang padamu nak..”

Anak menjawab, “Bu, semua teman-temanku selalu menghinaku, bahkan tidak ada satu perempuan pun yang suka padaku karena melihat fisik ibu yang tidak sempurna. Mereka takut jika kelak menikah denganku anak kami juga akan cacat, buta seperti ibu.”

Mendengar perkataan anaknya, sang ibu begitu terpukul dan menangis, namun demikian Sang Ibu tetap sayang pada anaknya. Tak henti-hentinya ibu itu berdoa untuk anaknya.

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, akhirnya Si Anak menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Teknik. Betapa bangganya hati Sang ibu mendengar anaknya akan diwisuda dan menjadi seorang Insinyur, tak sia-sia pengorbanannya selama ini dengan berjualan di pasar untuk menyekolahkan Si Anak, tak kenal lelah Sang ibu bekerja walaupun dalam keadaan matanya yang buta.

Sampailah saat yang ditunggu- tunggu, saat Anaknya dan yang lainnya akan diwisuda. Teman-teman berserta orang tuanya dan keluarga berkumpul menantikan acara dimulai, tetapi Sang ibu sama sekali tidak diajak Anaknya untuk menghadiri wisuda tersebut. Akhirnya Sang ibu datang sendiri ke acara tersebut, sesampainya ditempat Anaknya akan diwisuda, betapa bahagianya hati sang ibu mendengar nama anaknya dipanggil ke depan dengan nilai terbaik.

Namun si Anak sangat malu terhadap teman-teman dan kekasihnya ketika mengetahui ibunya juga hadir di acara wisuda itu, cara yang seharusnya menurut si Anak membuatnya bahagia. Pada saat itu, sang ibu mendekati Si anak sambil meraba-raba wajah anaknya, lalu kekasih Si anak bertanya padanya, “Siapa perempuan buta itu ?” Si Anak tidak menjawab dan hanya diam membisu.

Akhirnya sang ibu berkata bahwa dia adalah ibunya. mendengar ibunya berkata demikian, Si Anak akhirnya pulang sebelum acara selesai dan meninggalkan ibunya sendirian.

Setelah acara selesai akhirnya sang ibu juga pulang ke rumah tanpa anaknya. Namun siapa yang tahu kapan ajal akan tiba. Ketika hendak menyebrang jalan sang ibu meninggal dunia. Betapa terkejutnya si Anak ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa beberapa menit yang lalu ibunya telah meninggal akibat kecelakaan. Dan petugas kepolisian memberikan tas yang dibawa ibunya pada saat menghadiri wisuda. Si Anak hanya diam duduk menunggu ibunya yang masih dibersihkan dari sisa-sisa darah yang masih menempel di tubuhnya.

Pada saat menunggu jenazah ibunya, si Anak membuka tas kesayangan ibunya yang lusuh dan kumal itu. Di sana terdapat foto Sang ibu ketika mengandung dia, dan betapa terkejutnya Si Anak ketika membaca sepucuk surat yang begitu lusuh yang terdapat di dalam tas ibunya. Si Anak membaca surat tersebut, dan di dalam surat itu tertulis,

“Banjarmasin, 12 Oktober 1984, Anakku yang sangat kucintai, bayi mungilku yang sangat kusayangi, betapa kau sangat berharga dihati ibu nak. Walaupun kau buta dari lahir, tetapi ibu sangat menyayangimu, kaulah anugerah terindah yang ibu miliki. Nak, ini adalah surat terakhir yang ibu tulis, karena besok ibu sudah tidak bisa lagi menuliskan kata-kata di atas kertas. Karena besok ibu akan mendonorkan kedua mata ibu untukmu nak, agar kelak kau dapat melihat dan menikmati indahnya dunia, anugerah yang diberikan Tuhan. Nak suatu saat jika ibu sudah tiada dan kau ingin melihat ibu, berkacalah nak, karena dimatamu ada ibu yang selalu menemanimu.” 

Air mata Si Anak pun mengalir deras, ia menyesal karena sudah terlambat bagi dirinya untuk membahagiakan ibunya. Si Anak teringat dengan semua perbuatan yang ia lakukan terhadap ibunya, dia hanya duduk terdiam tersimpuh di depan kaki ibunya yang telah terbujur kaku. Semua telah terjadi dan kini ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.

Dalam hal ini mengajarkan betapa besar kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, tanpa mengharapkan balasan. Dbs



Leave a Reply