Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Mutiara dalam Lumpur




eBahana.com – Novarita Chrisela Siahaya: “Masuk SMA idola titik. Aku yakin bisa diterima, nilaiku bagus. Sama sekali tak ada keraguan di hatiku.”

Senang, lulus SMP Negeri 2 dengan nilai lumayan, nemku bagus. Aku yakin banget bisa masuk SMA favorit, SMA Negeri 2, SMA di kotaku, Ambon. Betapa bangganya!

Namun kenyataan bicara lain, aku tak diterima. Nemku kurang sedikit saja. Beda tipis dengan teman-teman yang lolos. Kecewa berat. Rasa malu menguasai hatiku. Apalagi beberapa sahabat karibku diterima.

Bangkit dari Ngambek
Mamaku adalah guru SMP. Biasanya guru sudah dapat ‘jatah’ memilihkan sekolah bagi anak-anak mereka. Melihat kekecewaanku itu, mama tak mau juga menggunakan ‘jatah’. Padahal aku sangat berharap mama menolongku. Itu sangat mudah baginya.“Kenapa, Ma?” tanyaku soal keputusannya itu dengan rasa kesal. Tapi mama percaya dan yakin maksud baik Tuhan dalam setiap peristiwa, termasuk yang kita anggap sebagai kegagalan. Pilihan ke dua adalah SMA swasta favorit, SMA Kristen YKPN. Jujur aku nggak senang lihat gedung sekolah yang jelek, bangunan tua peninggalan Belanda yang kurang terawat. Gedung sekolah itu dipakai bergantian, SD dan SMA. Di kelas banyak sekali coretan anak-anak SD.

“Dalam lumpur pun kamu bisa menemukan mutiara. Pasti ada maksud Tuhan,” kata mama menghiburku. Oh, mau bilang apa lagi? Aku tak bisa mendesak mama walau kecewa.

Hari-hari pertama masuk SMA, rasanya berat hati. Malu, minder dan rasa malas campur aduk. Berpisah dengan teman akrab kala SMP. Sendirian dalam kekecewaan.

Syukur kesadaran cepat datang. Aku nggak bisa lama-lama ngambek. Siapa yang paling rugi? Siapa yang akan menanggung akibatnya? Aku sendiri! Pikirku.

Kuputuskan belajar sungguh-sungguh di jurusanku, bahasa Jerman. Prestasiku menonjol. Beberapa kegiatan sekolah ku ikuti. Termasuk lomba kliping tingkat nasional. Aku juga terpilih menjadi ketua OSIS dan mengikuti pertukaran pelajar di Jawa Tengah. Wah… senang sekali. Menjadi pengalaman tersendiri bagiku yang lahir dan besar di Ambon. Pihak sekolah sangat memperhatikan perkembanganku. Selain itu pula di sekolah, aku bertemu dua sahabat yang kubawa pada Kristus.

Banyak Mutiara
Aku selalu masuk 3 besar, rangking satu atau dua. Saat lulus SMA 1991, aku mengantongi nilai bagus. Itulah yang membuatku bisa masuk Universitas Patimura tanpa tes. Namun bersama itu juga ada program beasiswa penuh bagi Indonesia bagian Timur dari Universitas Kristen Immanuel-Yogyakarta. Aku sangat ingin kuliah di pulau Jawa. Tak ku sia-siakan informasi itu. Aku mendaftar dan diterima. Puji Tuhan.

Selain kuliah, Tuhan mempertemukanku dengan banyak teman dari berbagai pelayanan. Atas kemurahan Tuhan juga, semasa kuliah, sempat mengikuti seminar dan pelayanan di Amerika. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan.

Kini aku telah menikah dengan Karel Siahaya, M.Th, pria yang ku kenal lewat bangku SMA itu. Anugerah Tuhan.

Sering ku mengingat jalan-jalan Tuhan dalam hidupku. Benar, Ia merancangkan kebaikan bagi kita anak-anak-Nya. Meskipun pada awalnya kita tidak mengerti bahkan rasanya ingin menolak. Aku ingat kata mamaku yang memberiku motivasi kala aku minder tak diterima di SMA idolaku, “Dalam lumpur, kamu bisa menemukan mutiara.” Mama saat itu mau bilang jangan pernah meremehkan hal-hal yang tampak buruk. Tuhan bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.

Untuk mamaku, “Terima kasih Mama, lewat sekolah yang memiliki gedung penuh coretan anak-anak SD itu, aku memperoleh banyak pengalaman, prestasi, beasiswa, teman yang kubawa mengenal Tuhan dan bertemu pasangan hidup. Kutemukan banyak mutiara dalam lumpur itu, Ma”. Kisah Novarita kepada Niken Simarmata



Leave a Reply