Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Ketika Karier Terhenti oleh Faktor Usia, Saatnya Membangun Kampung Halaman




eBahana.com – Ketika karier terhenti oleh faktor usia yang membatasi, bukan berhenti juga untuk berkarya. Banyak kesempatan dan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk hasil yang bisa dirasakan oleh banyak orang. Perubahan inilah yang mesti dilakukan oleh Pindondang Simanjuntak, SH, MSi, selepas ia menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Museum DKI Jakarta.

Kesempatan berkarier di jalur birokrasi ingin ia gapai dengan menjadi seorang bupati kampung halaman di Bona Pasogit, tepatnya di Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara. Pilihan yang ia rasa sangat mampu dilakukannya dengan pengalamannya berkarya selama puluhan tahun di Jakarta. “Sebagai putra daerah, saya
merasa memiliki panggilan untuk membangun kampung tempat saya dilahirkan. Itu pun kalau Tuhan izinkan saya memimpin di sana,” ujar pria kelahiran Tarutung ini.

Untuk merintis jalan ke arah sana, bersama Yayasan Kasih Peduli Hutan yang dipimpinnya, ia sudah meretas jalan dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Sampai saat ini, Taput merupakan daerah yang paling tertinggal dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Sumatera Utara. Hal ini disebabkan iklim dan geologis
Taput yang merupakan tanah hasil gempa vulkanik yang memiliki unsur bebatuan yang sangat banyak. Namun, bapak tiga anak ini memiliki pandangan lain. Taput masih memiliki potensi di bidang pertanian.

Dalam kurun waktu 2 tahun, ia sudah mengajarkan masyarakat setempat untuk menamam ubi dan singkong tapioka di lahan seluas 100 ha dan hasilnya sudah siap dipanen. Selain itu, ia pun memberikan
pelatihan pengolahan pupuk buatan. Dengan lokasi sangat dekat dengan Danau Toba, ia sudah mengadakan pembibitan ikan dan peternakan.

Jiwa Kepemimpinan Teruji
Keinginan menjadi bupati, bukan berasal dari dirinya saja. Banyak temannya mendukung untuk ia dapat membangun kampung halaman. “Desakan dari berbagai pihak memengaruhi pikiran saya. Saya akhirnya memutuskan untuk pulang kampung dan menetap beberapa waktu di rumah-rumah penduduk.”

Selama di kampung, ia menelusuri daerah-daerah di Taput. Dari pengamatannya, Taput membutuhkan pemimpin yang berpengalaman di bidang birokrasi, yang memiliki keberanian dan jujur. Hal ini menjadi sangat penting untuk menciptakan kemajuan bagi daerah yang masih kuat memegang adat istiadat budaya Batak.

Maju sebagai calon bupati Taput, Pindondang sudah memiliki jiwa kepemimpinan yang teruji, dengan menjabat sebagai Camat di Menteng, Jakarta selama 8 tahun. Kepemimpinan di wilayah yang dihuni oleh petinggi negara dan juga Mantan Presiden Soeharto. Di sini ia harus menjadi pemimpin wilayah dari banyak mantan pemimpin di berbagai instansi besar di negara ini. “Dilematis menjadi Camat di Menteng. Banyak ajudan dan pejabat yang mendatangi saya minta dispensasi ini dan itu. Di sinilah keberanian dan kebijaksanaan saya diuji. Aturan tetap aturan. Semua yang tinggal di wilayah saya harus taat aturan,” kenangnya.

Inspirasikan Nomensen
Tapanuli Utara yang merupakan awal pertumbuhan iman Kristen dengan kehadiran Nomensen, memiliki potensi besar di sektor ekonomi kerakyatan. Dengan mengedepankan pendidikan dan kesehatan, masyarakat di Taput dapat mengembangkan ekonomi industri pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Lalu
di sektor wisata rohani, Taput memiliki Salib Kasih yang berlokasi di Tarutung.

Kehadiran Nomensen di tanah Batak 150 tahun silam membawa perubahan bagi banyak orang Batak saat ini. “Bila orang yang bukan asli putra daerah saja mau datang dan membawa perubahan bagi Taput, masak saya yang dilahirkan dan dibesarkan di sini tidak mau memberikan sisa hidup untuk membangun kampung,” jelas
Jemaat HKBP ini. Gro



Leave a Reply