Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Lucifer Menentang Allah – Bagian 2




eBahana.com – “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit” (Lukas 10:18).

Yesus menggambarkan kepada murid-murid-Nya suatu pemandangan yang Ia saksikan di surga berabad-abad sebelum inkarnasi-Nya sebagai Anak Maria. Ia memperingatkan mereka bahaya kesombongan. Pemandangan yang Ia gambarkan adalah penghakiman Allah atas malaikat agung (archangel) yang diciptakan bernama Lucifer.

Lucifer menduduki posisi kehormatan unik di surga. Allah berkata padanya:
“Hai anak manusia, ucapkanlah suatu ratapan mengenai raja Tirus dan katakanlah kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah.
Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu.

Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya. Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu” (Yehezkiel 28:12-15).

Ada dua pertanyaan. Pertama, dari daerah surga mana Lucifer diusir keluar? Kedua, ke daerah mana ia di lempar kebawah?

Lucifer tidak punya akses ke surga ketiga untuk melakukan pemberontakan disana. Surga ketiga adalah tempat kekudusan total sehingga dosa tidak bisa dimulai disana.

Tidak ada nas-nas Kitab Suci yang menggambarkan lokasi spesifik darimana Lucifer dan malaikat-malaikatnya di usir, akan tetapi mereka mendirikan kerajaan tandingan di daerah surgawi lain, di suatu tempat di surga kedua.

Dalam Kitab Suci ada tiga daerah berbeda yang disebut “surga.” Pertama, surga diatas kita yang bisa dilihat. Kedua surga kedua yang digambarkan dalam Wahyu 8:13; 14:6; dan 19:17. Ketiga, surga ketiga – tempat tertinggi dari semua dan tempat sakral – tempat tinggal Allah yang Salomo katakan dalam 2 Tawarikh 2:6 sebagai “heaven of heavens”: “Tetapi siapa yang mampu mendirikan suatu rumah bagi Dia, sedangkan langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Dia? ”

Dalam Yehezkiel 28:14, Lucifer digambarkan “Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga.” Lucifer menutupi dengan kedua sayapnya tempat kemuliaan Allah di bait surgawi-Nya, seperti kerub di tabernakel Musa yang menutupi takhta kasih karunia tempat kemuliaan Allah bisa dilihat. Ini digambarkan dalam Keluaran 37:9: “Kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah menghadap muka kerub-kerub itu.”

Lucifer sempurna dalam kecantikan, namun ia makhluk ciptaan. Kesombongan memotivasinya untuk menentang Allah dan mengklaim tempat sejajar dengan Allah.

Lucifer memiliki otoritas atas sekelompok malaikat, dan ia berhasil menghasut sebagian dari mereka dibawahnya untuk meninggalkan kesetiaan mereka pada Allah. Ia memimpin mereka bergabung dengannya dalam pemberontakan melawan Allah. Allah merespons dengan mengusir Lucifer dan malaikat-malaikatnya yang memberontak dari hadirat- Nya.

Untuk menggambarkan aktifitas Lucifer menghasut sebagian malaikat melawan Allah, Kitab Suci menggunakan kata “dagang,” – yang bisa diaplikasikan juga sebagai “plot”:
“Dengan ‘dagangmu’ yang besar engkau penuh dengan kekerasan dan engkau berbuat dosa….Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu” (Yehezkiel 28:16, 18).

Kata “dagang” ini bisa juga diaplikasikan pada “seseorang yang berkeliling menjajakan barang dan menyebarkan fitnah.” Dalam berbagai kitab lain Alkitab – contohnya, Imamat, Amsal, dan Yeremia – kata “dagang” diterjemahkan sebagai “penjaja barang” atau “fitnah.” Sebagai contoh, Imamat 19:16 berkata: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu.”

Dalam Amsal 20:19, praktik “penyebar fitnah” dihubungkan erat dengan seseorang yang membujuk dengan bibirnya. Kita diperingatkan terhadap dua jenis orang ini:
“Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut.”

Ini menggambarkan apa yang Lucifer lakukan. Ia mendekati makhluk-makhluk malaikat ciptaan, mempromosi dan mengorganisir pemberontakkan melawan Allah. Bisa di ilustrasikan Lucifer berkata kepada malaikat-malaikat dibawahnya bahwa “Allah tidak benar-benar mengapresiasi kamu. Posisi kamu jauh dibawah potensi kamu dan jauh dibawah apa yang seharusnya kamu dapatkan. Jika aku mengambil alih, aku tahu kemampuan kamu dan aku akan mempromosi kamu. Aku akan memberi kamu posisi tanggung jawab lebih besar dalam pemerintahan alam semesta.”

Sudah pasti semua ini tidak terjadi tiba-tiba, atau bahkan dalam beberapa hari. Kita tidak memiliki cara untuk mengukur waktu yang dibutuhkan Lucifer untuk mempromosi pemberontakkannya, namun cukup lama untuknya mengorganisir pemberontakan terencana secara hati-hati melawan Allah dan meyakinkan sepertiga dari malaikat untuk bergabung dengannya.

Estimasi ini berdasarkan pernyataan mengenai Satan dalam Wahyu 12:4: “Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan ke atas bumi.”
Interpretasi frasa “bintang-bintang di langit” mengacu pada seluruh jumlah malaikat.

Mungkin kita tidak pernah membayangkan perilaku seperti ini diantara malaikat-malaikat di surga. Meski demikian tindakkan- tindakkan pemberontakkan berawal di surga dan bukan di bumi. Satan tidak pernah merubah taktiknya baik di surga maupun di bumi karena satu alasan: “masih berhasil.”

Sebagai “master” penyebar fitnah, ia terus menerus mencoba mengerogoti berbagai bentuk otoritas yang Allah bangun dalam Gereja dan dunia.

Ketika Lucifer diusir keluar dari surga, ia tidak menghentikan pemberontakkannya, melainkan meneruskan dengan mendirikan kerajaannya sendiri melawan Kerajaan Allah.

Dalam Lukas 11:17-18, Yesus mengungkapkan bahwa Satan memiliki kerajaannya sendiri: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”

Dalam Kolose 1:16, Paulus memberi garis besar struktur pemerintahan Kerajaan Allah di surga sejak awal didirikan melalui Yesus dalam kodrat kekal-Nya: “Karena di dalam Dialah (Yesus Kristus) telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa.”

Ada empat tingkat otoritas menurun dalam ayat ini:
• Singgasana • Kerajaan
• Pemerintah • Penguasa

Satu ciri besar pemberontakkan Lucifer adalah mengambil alih struktur awal pemerintahan Allah yang ia kenal dan menggunakannya melawan Allah. Dalam Efesus 6:12, Paulus mendaftar struktur pemerintahan kerajaan pemberontak Satan:

“karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”

Dalam daftar ini Paulus tidak menyebut “singgasana” atau “kerajaan.” Implikasinya dua tingkat ini tidak diasosiasikan dengan Lucifer dalam pemberontakkanya. Pemberontakkan digambarkan dimulai ditingkat “pemerintah” dan “penguasa.”

Mari kita kembali ke nas dalam Yehezkiel 28, yang menggambarkan pemberontakkan Lucifer: “Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya” (ayat 17).

Hati Lucifer penuh dengan kesombongan (pride) karena kecantikkannya dan ini alasan ia di lempar keluar dari gunung Allah. Ini penting untuk kita sadari dosa pertama di alam semesta bukan pembunuhan, bukan perzinahan, melainkan “kesombongan.”

Kesombongan yang menghasilkan pemberontakkan. Lebih jauh, kesombongan yang datang melalui berkat-berkat yang Allah Sendiri Penciptanya.

Allah yang memberi Lucifer kuasanya, otoritasnya, kecantikkannya, hikmatnya – semua itu karunia-karunia dari Allah. Namun sikap salah Lucifer merubahnya menjadi instrumen-instrumen yang menghancurkan dirinya sendiri.

Hari ini banyak orang yang dipanggil dan diperlengkapi oleh Allah masih membuat kesalahan tragik sama seperti Lucifer.
Banyak orang Kristen mulai dengan baik, namun hanya sedikit yang berakhir baik. Betapa cepat dan mudahnya, sebagai hamba-hamba Allah, kita lupa bahwa setiap keberhasilan dalam pelayanan kita, mensyaratkan kerendahan hati.

Dalam Yesaya 14:12-15, nabi menganalisa motif dibelakang pemberontakkan Lucifer adalah ambisi menjadi setara dengan Allah: “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Sebaliknya, kedalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.”

Seperti kutipan di atas, Lucifer membuat lima deklarasi berturut- turut yang dimulai dengan frasa Aku hendak. Ia berkata, “Aku hendak naik ke langit….Aku hendak mendirikan takhtaku….Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan….Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan. “Terakhir klimaksnya, “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi. Promosi ambisi pribadi Lucifer adalah sebab kejatuhannya.

Kitab Suci mengonfrontasi kita dengan kontras antara Lucifer dan Yesus. Lucifer bukan dalam bentuk Allah; ia makhluk ciptaan. Ia tidak memiliki hak menjadi setara dengan Allah. Namun ia merebut kesetaraan dengan Allah, ia menjangkau ke atas, ia terpeleset dan jatuh. Dilain pihak, Yesus ilahi melalui kodrat kekal dan menikmati kesetaraan dengan Allah. Ia tidak perlu merebutnya, namun sebaliknya, Ia merendahkan diri-Nya.

Paulus dengan jelas menggambarkan cara Yesus merendahkan diri dalam Filipi 2:6-8:
“yang walaupun dalam rupa Allah, tidak mengganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Ayat-ayat ini memberi garis besar tujuh langkah turun yang Yesus lakukan dari kemuliaan surga sampai kematian-Nya di salib:

1. Ia tidak membuat reputasi untuk diri-Nya. Ia mengosongkan seluruh diri-Nya kecuali kasih.

2. Ia mengambil rupa seorang hamba. Ia “TUHAN kemuliaan,” namun Ia melangkah turun menjadi seorang hamba.

3. Ia dibuat serupa dengan manusia. Ia menjadi anggota dari umat Adamik, sedikit lebih rendah dari malaikat-malaikat.

4. Ia seorang manusia. Ia seperti orang normal pada zaman-Nya. Tidak ada tampak luar yang membedakan-Nya dari orang-orang yang hidup diantara-Nya.

5. Ia merendahkan diri-Nya. Ia seorang yang rendah hati. Ia bukan pendeta atau penguasa, melainkan anak tukang kayu.

6. Ia taat sampai mati. Ketaatan-Nya membawa-Nya pada kematian menebus dosa umat manusia.

7. Ia taat menderita sampai mati di salib untuk seorang kriminal yang paling keji.
Itu tujuh langkah turun yang Tuhan Yesus lakukan. Namun tujuh langkah turun itu membawa-Nya pada tujuh langkah naik yang digambarkan dalam Filipi 2:9-11:
“Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa!”
Tujuh langkah keatas meninggikan Yesus:

1. Allah meninggikan-Nya.

2. Allah memberi-Nya nama diatas segala nama.

3. Dalam nama Yesus, bertekuk lutut segala yang ada di surga, di bumi dan di bawah bumi.

4. “Mereka yang di surga” – semua malaikat-malaikat ciptaan yang melayani Allah.”

5. “Mereka yang di bumi.” Semua makhluk di bumi berada dibawah otoritas Kristus.

6. “Mereka yang di bawah bumi.” – mengacu pada alam Satan dalam Hades. Termasuk kematian, neraka, kuburan dan orang fasik yang sebelumnya menolak belas kasih Allah.

 

7. “Setiap lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan. Ketuhanan Yesus diproklamasikan di seluruh alam semesta.

Yesus adalah pola sempurna kita. Paulus mendorong kita sebagai pengikut-pengikut Yesus untuk merendahkan diri:
“dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia- sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:3-5).

Paulus menasihati dua motivasi yang harus disingkirkan dari hidup kita: ambisi dan kesombongan yang berpusat pada diri. Hanya ada satu jalan untuk mendapatkan promosi: merendahkan diri. Dalam Lukas 14:11, Yesus menyatakan prinsip ini sangat jelas: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Mengacu pada orang-orang di Filipi, kita melihat kebenaran luar biasa: “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia [Yesus]” (Filipi 2:9).

Kata “karenanya” menjelaskan Yesus tidak di promosi karena Ia Anak favorit, melainkan karena Ia memenuhi syarat-syaratnya. Ia harus “melakukan tugas-Nya” agar ditinggikan. Kita beranggapan di akhir penderitaan-Nya di salib Ia akan kembali pada posisi setara dengan Bapa. Namun Ia harus “melakukan tugas-Nya” untuk mendapatkan hak itu dengan cara merendahkan diri. Ia melakukannya bukan hanya untuk diri-Nya, tetapi untuk semua orang percaya yang mengikuti-Nya.

Mungkin ada keinginan kita untuk merespons dengan berdoa, “Tuhan, saya butuh kerendahan hati. Tolong buat saya rendah hati.” Yang Allah akan jawab, “Aku tidak bisa melakukan itu. Hanya engkau yang bisa merendahkan dirimu sendiri.”

Merendahkan diri adalah kehendak pribadi, bukan emosi. Keputusan yang setiap dari kita harus buat untuk diri sendiri: “Tuhan, saya memutuskan untuk merendahkan diri saya dihadapan- Mu. Saya menolak kesombongan, arogansi dan ambisi pribadi saya dihadapan-Mu dan dihadapan sesama orang percaya.” Itu harus menjadi doa kita.

Untuk memberi contoh praktikal mengenai merendahkan diri, Yesus berbicara tentang tamu-tamu yang diundang ke pesta perkawinan:

“Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.

Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan.

Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Lukas 14:8-11).
Setiap dari kita dikonfrontasi untuk membuat keputusan pribadi.

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply