Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Diri Kita” Harus Bekerjasama – Bagian 6




eBahana.com – “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?

Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (Roma 7:24-25).

Dua orang tanpa nama menguasai posisi unik penting dalam seluruh pewahyuan Perjanjian Baru. Sebenarnya benar mengatakan, kita tidak pernah bisa mengerti dengan benar pesan Perjanjian Baru, sampai kita mengenal dua orang ini – asal usul mereka, kodrat mereka dan takdir mereka.

Siapa mereka? Dalam Alkitab “King James Version” kedua orang itu adalah “manusia lama” dan “manusia baru.”

Dalam suratnya kepada gereja Efesus, Paulus berkata: “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.

Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus” (Efesus 4:20-21). Signifikan untuk dicatat Paulus menulis kepada orang-orang Kristen yang memiliki komitmen, namun ia mengungkapkan kemungkinan mereka belum mendengar kebenaran yang Allah ingin mereka dengar mengenai posisi mereka dalam Yesus. Hal yang sama terjadi hari ini pada banyak orang Kristen yang tulus. Mereka belum pernah mendengar kebenaran mengenai manusia lama dan manusia baru.

“yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan [manusia lama], yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan [manusia baru], yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Efesus 4:22-24).

Kitab Suci mensyaratkan kita mengambil tindakkan spesifik terhadap dua manusia ini: pertama, menanggalkan manusia lama. Kedua, mengenakan manusia baru.

Sudah pasti, jika kita ingin mampu melakukan ini, kita harus mengidentifikasi manusia lama dan manusia baru. Mari kita pelajari asal-usul dan kodrat manusia lama, yang disimpulkan dalam katakata Paulus: “Manusia lama…menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan.”

Nas ini memegang tiga kata kunci: “kebinasaan, nafsu, dan menyesatkan.” Manusia lama adalah hasil dari kesesatan atau penipuan – secara spesifik, tipu daya Satan. Manusia lama akibat manusia mengikuti tipudaya Satan.

Agar mengerti kodrat penipuan sepenuhnya, kita harus kembali pada catatan penciptaan manusia dan asal-usul sejarah manusia. Kita ingat setelah Adam dan Hawa diciptakan, Allah memperingatkan mereka untuk tidak makan dari satu pohon di Taman Eden – pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat. Allah memberi peringatan serius: “…sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kejadian 2:17).

Dalam pasal Kejadian selanjutnya kita membaca Satan, dalam bentuk ular, datang pada perempuan, Hawa, dan mencobainya. Pencobaan ditujukan agar Hawa mengabaikan peringatan Allah dan tidak mentaati apa yang Allah katakan padanya dan suaminya. Dalam meyakinkan Hawa untuk melakukan ini, Satan mengemukakan kebohongannya.

Allah berkata, “Pastilah engkau mati.” Satan berkata, “Sekali-kali kamu tidak akan mati!”(Kejadian 3:4). Itu kebohongan! Penyangkalan kebenaran Allah melahirkan manusia lama. Manusia lama, maka, hasil dari penipuan, kebohongan Satan. Camkan dipikiran penipuan adalah aktifitas utama Satan terhadap umat manusia. Dalam Wahyu 12:9, Satan disebut “Naga besar itu…si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, menyesatkan seluruh dunia.”

Penipuan menggerakan proses degenerasi. Kitab Yakobus mengatakan pada kita bahwa penipuan menghasilkan “hawa nafsu”. Hawa nafsu adalah keinginan sesat memberontak – keinginan yang berlawanan dengan kehendak Allah dan berlawanan dengan keberadaan orang yang melakukan keinginan itu. Hawa nafsu menghasilkan dosa. Dan dosa menghasilkan kematian.

“Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.

 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut” (Yakobus 1:13- 15).

Manusia lama “korup” dalam setiap bidang – spiritual, moral dan fisikal. Manusia lama, sebenarnya, anak atau keturunan Satan. Dalam Kejadian 3:15, setelah ketidaktaatan manusia, Tuhan berbicara pada Satan dan berbicara mengenai benih ular: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Manusia lama anak atau benih Satan karena reproduksi dari kodrat Satan.

Yesus berkata kepada pemimpin-pemimpin agamawi pada zamanNya, “Iblislah yang menjadi bapamu”(Yohanes 8:44). Satan adalah bapa anak-anak ketidaktaatan dan kodratnya di reproduksi dalam mereka. Kodrat Satan bisa disimpulkan dalam satu kata: “pemberontakkan”. Ia pemimpin semua pemberontakan di alam semesta. Maka, perilaku kodrat manusia lama tidak bisa dihindari – perilaku pemberontakkan, seperti di verifikasi Kitab Suci: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” ( Yesaya 53:6). Tanda kodrat manusia lama adalah mengambil jalannya sendiri. Berpaling dari Allah dan mencari kehendak, kesenangan dan kepuasannya sendiri.

Fakta ini digambarkan secara detail dalam Kitab Efesus dimana Paulus mengatakan: “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.

Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati ‘penguasa kerajaan angkasa’, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam ‘hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat’. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain” (Efesus 2:1-3).

Perhatikan frasa itu, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai.” Kenapa kita menjadi objek yang harus dimurkai? Karena sesuai kodrat kita “orang-orang durhaka” dan kedurhakaan (ketidaktaatan) selalu menurunkan murka Allah. Jadi dalam diri kita, kita memiliki kodrat korup, pemberontakan sebagai produk penipuan Satan dan hawa nafsu. Untuk menyimpulkan: ada satu pemberontak didalam setiap dari kita. Dalam Kitab Suci pemberontak itu disebut “manusia lama.”

Manusia pada umumnya mencoba menangani pemberontakan ini dengan cara-cara yang “bukan” solusi Allah. Pertama, kita bisa menyingkirkan semua solusi yang dimulai dengan “diri,” banyak darinya bermultiplikasi setiap hari dalam psikologi zaman sekarang dan pikiran – kesadaran diri, pemenuhan diri, ekspresi diri. Kenapa menyingkirnnya? Karena semua dari “solusi” ini memberi kendali pada diri pemberontak. Kita sudah melewati beberapa generasi yang mempercayai bahwa suatu kesalahan mendisiplin atau membatasi anak-anak – mereka harus mendapat kebebasan mengekspresi diri. Generasi-generasi itu, sayang telah terlambat belajar apa yang mereka lakukan dengan memberi kebebasan ekspresi kepada pemberontak.

Kedua, solusi Allah “bukan” sistim hukum. Banyak orang melihat pada hukum untuk menangani problem manusia lama. Namun kegagalan Israel, yang kepadanya Hukum Musa diberikan, mendemonstrasikan bahwa hukum tidak mencapai hasil yang diinginkan. Alasannya bukan tidak ada yang salah dengan hukum. Hukum sendiri baik, seperti Paulus katakan dalam Roma 7, namun tidak bisa merubah pemberontak. Dan apa pun yang tidak merubah pemberontak bukan solusi permanen.

Ketiga, solusi Allah untuk manusia lama “bukan” agama. Agama seperti lemari es. Bisa secara temporer menyembunyikan kefanaan (korupsi) atau menahannya, namun tidak bisa merubahnya. Ambil contohnya buah persik yang enak rasanya. Tampak segar dan berselera – dan namun, ditinggalkan sendiri, akan cepat layu karena proses kefanaan (korup) bekerja dalamnya. Dimungkinkan menahan proses kefanaan sebentar sementara menaruh buah persik itu di lemari es. Namun pada akhirnya, bahkan dalam lemari es, akan busuk.

Solusi Allah untuk manusia lama bisa disimpulkan dalam satu kata: “eksekusi.” Allah tidak mengirim manusia lama ke gereja atau psikiater. Ia tidak memaksanya, Ia tidak mereformasinya, Ia tidak membuatnya menjadi agamawi. Melainkan Allah mengeksekusi manusia lama. Tidak ada solusi lain untuk pemberontak itu. Namun Kabar Baik dari Injil eksekusi itu sudah terjadi dalam Kristus! Ini kuncinya untuk mengerti pesan Injil. Paulus berkata bahwa Yesus sudah membebaskan kita (Roma 7:24-25). Bagaimana Yesus membebaskan kita? “Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa” (Roma 6:6).

Satu-satunya jalan untuk lolos dari perbudakan dosa adalah mengenal dan percaya bahwa manusia lama kita, kodrat lebih rendah yang mematikan, disalibkan bersama Yesus. Ketika Yesus mati di salib, pemberontak itu, manusia lama, dieksekusi bersamaNya.

Dalam substitusi itu, Kristus memberi diri-Nya untuk kita. Ia diidentifikasi dengan pemberontakan kita dan Ia membayar hukuman bagi pemberontak. Ia dieksekusi dibawah penghakiman Allah menggantikan kita. Karena pertukaran, Paulus melihat bukan hanya identifikasi Yesus dengan kita, namun identifikasi kita dengan Yesus. Ia menyatakannya dalam kata-kata: “..aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).

“Ketika Kristus mati, aku mati,” deklarasi Paulus. “Itu kematianku.” Dan lalu Paulus mengatakan, “Sebagai akibatnya, aku tidak lagi hidup.” Jika itu benar, lalu bagaimana ia masih hidup? Jawaban Paulus sederhana: “Kristus hidup di dalam aku.”

Setiap dari kita bisa berkata apa yang Paulus katakan: “Aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Bukan lagi manusia lama, pemberontak, kodrat jatuh yang bekerja. Sebaliknya, kodrat baru, kodrat ilahi Yesus, yang mengerjakan di dalam aku kebenaran Yesus, memampukan aku untuk hidup dalam hidup yang seluruhnya beda.”

Paulus menyatakan kembali prinsip sama ini dalam suratnya kepada orang-orang Kolose, menulis kepada orang-orang percaya Kristen: “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan” (Kolose 3:3-4). Kapan kita mati? Kita mati ketika Yesus mati; itu kematian kita. Kita tidak lagi memiliki hidup kita – kita memiliki hidup yang tersembunyi, hidup rahasia, hidup yang dunia ini, yang terbatas pada pancaindera, tidak bisa mengapresiasi atau mengerti.

Lagi, kita bisa berkata bersama Paulus, “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Hidup yang kuhidupi sekarang – pada zaman sekarang, dalam tubuh yang sekarang – aku hidup melalui iman dalam Anak Allah yang mengasihiku dan memberi diri-Nya untukku.” Maka disini kebenaran gemilang yang Kitab Suci deklarasikan: Kita sudah melewati dari kematian kepada kehidupan.

Karena pertukaran luar biasa yang membawa kita dari kematian kepada kehidupan, pertukaran lain terjadi. Kita diidentifikasikan dengan Yesus dalam semua yang mengikuti kematian-Nya: penguburan dan kebangkitan. Lihat pada kesimpulan Injil yang diberikan oleh Paulus dalam 1 Korintus: “Dan sekarang, saudarasaudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.

Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci” (1 Korintus 15:1-4).

Paulus menyatakan disini esensi Injil. Berpusat pada Kristus dan mengandung tiga pernyataan berturut-turut. Pertama, Kristus mati; kedua, Ia dikuburkan; ketiga, Ia dibangkitkan pada hari ketiga. Itu jantung absolut dan esensi Injil, dan tidak bergantung pada kontribusi tambahan manusia.

Dalam zaman dan konteks Paulus, “sesuai Kitab Suci” berarti “sesuai dengan Perjanjian Lama.” Kita mungkin bertanya, “Dimana dikatakan dalam Perjanjian Lama bahwa Yesus akan dibangkitkan pada hari ketiga?”

Pertama, Yesus berkata Ia akan seperti Yunus Perjanjian Lama. Kita tahu Yunus tiga hari dalam perut ikan. Dalam cara serupa, Yesus berkata Ia akan berada tiga hari dalam perut bumi. Itu presentasi gambaran, namun tempat satu-satunya dalam Perjanjian Lama dimana ini secara spesifik dinyatakan adalah dalam Kitab nabi Hosea:

“Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada ‘hari yang ketiga “Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya” (Hosea 6:1-2).

Apa yang sudah dibunuh akan dibangkitkan. Akan dibawa kembali pada hidup, dan akan terjadi setelah dua hari – pada hari ketiga. Poin disini signifikan. Ini semua juga diaplikasikan pada kita, bukan hanya pada Yesus. Tidak dikatakan bahwa Allah akan “membangkitkan-Nya kembali,” namun Ia akan “membangkitkan kita” juga.

Yesus diidentifikasi dengan kita dalam kematian-Nya untuk dosa kita. Seperti Paulus berkata, “Aku disalibkan bersama Kristus,” maka jalan terbuka bagi kita untuk di identifikasi dengan Yesus dalam semua yang mengikutinya: penguburan-Nya, kebangkitan-Nya dan bahkan kenaikan-Nya.

Dalam ayat selanjutnya, nabi Hosea berkata: “Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi” (Hosea 6:3).

Kita melihat gambaran lebih jauh kebangkitan Yesus dalam katakata. “Ia pasti muncul seperti fajar.” Kebangkitan seperti fajar setelah malam gelap yang panjang. Lalu, Hosea berkata, “Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi.” Hujan pada akhir musim dan hujan yang mengairi bumi digunakan banyak dalam Alkitab sebagai gambaran turunnya Roh Kudus.

Maka disini kita mendapat gambaran awal, bukan hanya kebangkitan, namun yang terjadi lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya – turunnya Roh Kudus. Ayat ini dalam Hosea menunjukan pada kita bahwa Yesus mati, di kuburkan dan di bangkitkan pada hari ketiga. Namun juga dikatakan pada kita bahwa kita di identifikasi dengan-Nya dalam kematian, penguburan dan kebangkitan dari mati. Janjinya jika kita berusaha sungguh-sungguh mengenal Tuhan, kita akan tahu bukan hanya Ia akan muncul seperti fajar namun datangnya hujan Roh Kudus.

Ada tindakan spesifik dimana Allah mensyaratkan kita dan memampukan kita di identifikasi dengan Yesus dalam kematian, penguburan dan kebangkitan-Nya. Ini tindakan luar baptisan. Dibaptis adalah dikubur dengan Kristus. Dipersatukan dengan-Nya dalam kematian-Nya. Dan Kitab Suci memberi kita jaminan: Jika kita dipersatukan dengan-Nya dalam penguburan, maka kita akan mengikut terus dengan-Nya kedalam kebangkitan, kedalam hidup baru (Roma 6:3-5; Kolose 2:12).

Dalam kelahiran natural, kepala harus keluar lebih dulu. Ketika kepala muncul, kita tahu tubuh akan menyusul. Begitu pula dalam kelahiran spiritual. Dalam kelahiran-Nya keluar dari kematian, Yesus, Kepala dari Tubuh, muncul lebih dulu. Apa yang dimaksud disini? Kita yang dipersatukan dengan-Nya sebagai Kepala akan mengikutiNya dalam kelahiran kedalam orde baru penciptaan. Kita akan mengikuti-Nya kedalam kepenuhan yang Ia masuki melalui kematian dan kebangkitan-Nya dari mati.

Dengan Yesus sebagai Kepala kita, kita, sebagai anggota Tubuh-Nya, yang dipersatukan dengan-Nya, mengikuti-Nya dilahirkan kembali. Kita mengikuti-Nya keluar dari kematian kedalam orde baru, secara total hidup baru – kesatuan dengan-Nya yang membawa kita kemanapun Ia pergi. Hubungan dengan Yesus itu membawa kita bukan hanya kedalam kebangkitan, namun juga kedalam kenaikan kedalam kemuliaan surga, dan kedalam tempat otoritas disebelah kanan Allah. Petrus mengekspresikan:

“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu” (1 Petrus 1:3-4).

Ini kelahiran dari orde lama kedalam orde baru, kedalam cara hidup baru, kedalam jenis hidup baru. Dalam nas di atas dari Petrus, tiga kata menggambarkan orde baru ini, yang mana semua jauh melewati hidup orde lama yang kita kenal. Warisan ini “abadi” dan “murni” dan “tidak akan pudar.” Tidak bisa di jamah oleh kefanaan (korupsi), oleh kerusakan, oleh kontaminasi dosa. Tidak bisa dikotori. Tidak akan pernah pudar. Tidak tunduk pada kejahatan apapun, kekuatan-kekuatan kefanaan (korup) yang kita kenal.

Warisan baru ini tidak seperti orde lama sama sekali, yang menarik kita semua kebawah dan mengalahkan kita. Kita sudah melewati alam itu kedalam alam baru Yesus melalui identifikasi dengan-Nya. Kita sudah dilahirkan kembali pada harapan hidup.

Sementara kita mengerti sepenuhnya satu kebenaran kemuliaan ini, bahwa Yesus mati kematian kita agar kita bisa masuk sepenuhnya kedalam hidup-Nya, maka kita akan menemukan diri kita mengarah kedalam hidup baru, hidup yang berbeda secara total. Dalam orde lama tampak seolah-olah panggilan kita tidak diketahui, tidak bisa dijangkau. Dalam orde baru kita melewati kekalahan itu. Kita melihat dan memenuhi tugas-tugas Kerajaan kita karena kita mengerti identifikasi kita dengan Yesus. Kita bisa berkata, seperti Paulus berkata, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan
Kita” (Roma 7:24-25).

 

OLEH LOKA MANYA PRAWIRO



Leave a Reply