Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

KURSUS TEOLOGI JEMAAT: GEREJA INTERGENERASI




Semarang, eBahana

Demi memperkuat dan mempersatukan antargenerasi dalam gereja, PWG GKJ Kabluk Gayamsari, Semarang menggelar seminar Kursus Teologi Jemaat, Rabu (15/05). Turut hadir Pdt. Nicolaus Satrio Nugroho, S.Si., fungsionaris, jemaat GKJ Kabluk Gayam, Semarang, dan pemateri tunggal, Pdt. Andreas Tri Febriantoro, S,Si.

Pesatnya perkembangan teknologi, ternyata memberikan dampak luar biasa bagi gereja, terutama dalam hal interaksi antargenerasai. Perbedaan pola pikir, perilaku, dan komunikasi membuat gap antargenerasi dalam gereja semakin lebar.Pdt. Nicolaus Satrio Nugroho mengungkapkan bahwa secara komposisi antargenerasi secara kuantitas di GKJ Kabluk merata. Namun, jemaat dari generasi tua dan generasi muda berjalan masing-masing. “Selama ini jemaat masih berjalan dengan lokus dan fokus masing-masing. Padahal jika kedua generasi ini bersatu, akan menjadi kekuatan yang luar bisa bagi gereja,” tegasnya.

Dengan mengambil tema “Gereja Intergenerasi”, Pdt. Andreas Tri Febriantoro mengajak seluruh peserta menjalankan Kursus Teologi Jemaat. Mengingat tidak sedikit gereja yang ia jumpai teramat sulit memahami dunia luar. “Kuatnya dominasi generasi tua membuat generasi muda tersingkir, 70% pemuda usia 22 tahun, dan 80% orang dewasa usia 30 tahun menghilang dari gereja,” ungkapnya.

Lebih lanjut,  Andreas Tri Febriantoro mendorong agar setiap generasi memiliki wawasan berteologi yang baru dalam pola komunikasi dan interaksi bergereja. “Sebagai pemimpin harus sanggup mengatur dan memberdayakan segenap warga untuk terlibat dalam kehidupan bergereja. Dengan demikian, gereja menjadi teman dan keluarga (Intergenerational Church).”

Andreas Tri Febriantoro memaparkan beberapa gereja masih menjadikan kehadiran dan aktivitas gereja sebagai ukuran sentral iman, struktur dan relasi dalam gereja bersifat transaksional dengan menjaga aturan dan regulasi, jumlah anggota dan ukuran fisik gedung sebagai fokus, dan perhatian pada pemuasan diri dan kelompok sendiri. Supaya gereja tetap relevan dan bisa diterima oleh intergenerasi, gereja harus mulai mengubah fokus.Pertama, fokus pada spiritual desire sehingga banyak orang sudah mengalami & ingin memperdalam pengalaman-pengalaman spiritualnya yang tidak dibatasi oleh organisasi, keanggotaan, aktivitas gerejawi dan tradisi ajaran tertentu. gambaran Allah. Kedua, fokus pada komunikasi iman melalui komunitas cinta kasih dalam konteks kehidupan yang luas. Ketiga, terbuka pada pilihan (pengalaman dengan Allah) melalui eksplorasi, spiritualitas, ibadah, pelayanan gereja,” pungkasnya. Why/Naf



Leave a Reply