Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

B.S.Sidjabat: KETIKA YANG LAHIR HANYA ANAK PEREMPUAN




Sumber: brilio.net

Oleh karena pengaruh adat dan tradisi budaya, banyak suami istri mengutamakan kehadiran anak laki-laki dalam pernikahan mereka. Karena dipandang bahwa anak laki-laki akan mendapat warisan dari ayah dan ibunya. Marga dari ayah akan terus lestari melalui anak laki-laki. Dengan begitu warisan nilai dari leluhur tidak hilang.

Kerap kita melihat ada keluarga yang telah memiliki anak pertama dan kedua perempuan, masih berusaha dan berharap supaya anak ketiga laki-laki. Ada kalanya walau anak perempuan sudah empat atau lima orang, suami istri terus melakukan upaya agar setidaknya anak bungsu mereka laki-laki. Jika niat itu terwujud, barulah mereka berhenti menambah keturunan.

Seorang kerabat mengaku tetap sedih hatinya sebab belum dikaruniai Tuhan anak laki-laki yang menjadi ahli warisnya pada masa depan. Padahal, ia sudah mempunyai empat anak perempuan. Sekalipun ia dan istrinya adalah warga jemaat yang setia, tetapi suara hati mereka tetap merasa belum diberkati oleh Tuhan. Ia mengaku cenderung menghindari pertemuan dengan kawan-kawan sebaya di  kampungnya.

Tulisan singkat ini mengemukakan sebuah pemikiran tentang bagaimana sepatutnya suami istri menyikapi tidak hadirnya anak laki-laki sementara mereka sudah Tuhan karuniai anak-anak perempuan.

1. Keturunan Merupakan Berkat Khusus dari Tuhan

Cara pandang suami istri terhadap pernikahan patut berubah. Pikiran mereka harus diterangi oleh ajaran firman Tuhan. Bukan semata-mata oleh adat dan nilai budaya. Firman Tuhan menekankan bahwa ketika laki-laki menikah dengan perempuan, mereka menjadi suami istri yang dipanggil menjadi satu. Artinya, setiap hari mereka berupaya untuk saling mengerti, memahami, dan menerima. Allah sudah memberkati pernikahan itu sekalipun belum mempunyai keturunan (Kej. 2:24–25). Apabila dalam pernikahan mereka dihadirkan-Nya keturunan, perkara itu merupakan berkat tambahan. Alkitab mengajarkan bahwa hadirnya anak bukan berkat utama bagi pernikahan.

2. Laki-laki dengan perempuan Setara

Kemudian, pasangan suami istri perlu menanamkan dalam pikiran dan hati mereka bahwa dalam pandangan Allah Sang Pencipta, laki-laki dan perempuan yang diciptakan sama-sama membawa rupa dan gambar-Nya (Kej.1:26–27). Artinya, kedua jenis gender itu setara di hadapan-Nya. Yesus Kristus datang kali kedua menyatakan kasih karunia Allah yang besar bagi dunia (Yoh. 1:14; 3:16) baik bagi laki-laki maupun perempuan. Kitab Injil juga memperihatkan bagaimana Tuhan Yesus menghargai derajat perempuan (band. Luk. 8:1–3). Dia sendiri dikandung dalam rahim seorang perawan bernama Maria.Haruslah diakui bahwa kromosom laki-laki dan perempuan berbeda. Orientasi seksualitas mereka tentu saja berlainan. Oleh sebab itulah, mereka ditugaskan untuk saling melengkapi. Kelemahan perempuan ditutupi oleh kekuatan laki-laki. Demikian pula sebaliknya kekurangan laki-laki dipenuhi oleh perempuan. Misalnya, perempuan saja yang hamil dan melahirkan. Laki-laki tidak harus melakukan operasi agar ia dapat melahirkan keturunan.

3. Dipanggil Tuhan Hadapi Tantangan Nilai Budaya

Sebagaimana dikemukakan di atas, walau suami istri yang hanya memiliki anak-anak perempuan merupakan warga jemaat aktif, ada kalanya mereka merasa minder di tengah komunitasnya. Mereka tidak tangguh berhadapan dengan penilaian keluarga besar yang memegang keistimewaan berkat melalui hadirnya anak laki-laki.

Oleh sebab itu, mereka perlu belajar untuk memihak pada nilai-nilai yang bersumber dari firman Tuhan. Mereka patut sehati–sepikir untuk menyaksikan bahwa tuntutan nilai budaya relatif sifatnya bila dibandingkan dengan ajaran Tuhan. Pasangan itu patut memahami bahwa mereka dipanggil Tuhan berani bersyukur dengan hadirnya anak-anak perempuan, sebab tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana besar dan berharga dalam hidup mereka (Yer. 29:11).

 4. Mengasuh Anak dengan Penuh Kasih Sayang

Suami istri kenalan saya berasal dari Sumatera Utara. Mereka dikaruniai Tuhan dua anak perempuan. Anak pertama mereka lulusan perguruan tinggi terkenal dan sudah bekerja. Putri kedua berbakat dalam bidang pemberitaan di media televisi. Keberhasilan kedua anak perempuan itu jelas terwujud karena suami istri mengasuh mereka dengan penuh kasih. Tidak pernah ayahnya menunjukkan keluhan karena tidak punya anak laki-laki. Kedua putri yang cerdas dan sudah dewasa itu tampak mengasihi Tuhan dan pekerjaan-Nya. Jadi, panggilan luhur bagi suami istri yang hanya memiliki anak perempuan ialah tetap membesarkan mereka dengan baik dan benar, juga dengan penuh kasih sayang.

5. Membangun Relasi dengan Saudara Sepupu

Saat putri pertama kawan saya berpacaran, ia memberi tahu bahwa kekasihnya tidak mempunyai saudara kandung laki-laki. Namun, ia dan tiga adiknya mempunyai beberapa saudara sepupu laki-laki dari kakak ayahnya. Pacarnya itu berterus terang kepada orangtuanya. Oleh pertolongan Tuhan, niatnya untuk menikah disetujui oleh orangtua dan keluarga besarnya.

Oleh karena itu tepat bila anak-anak perempuan yang tidak memiliki saudara kandung laki-laki membangun ikatan batin dan sosial yang kuat dengan saudara laki-laki sepupu mereka. Orangtua perlu dengan rendah hati membuka ruang untuk keperluan tersebut.

 

Jadi, mengakhiri tulisan ini dikemukakan bahwa banyak suami istri yang hanya dikaruniai Tuhan keturunan perempuan, mengalami pergumulan batin tidak ringan. Sepatutnyalah mereka bersyukur karena masih diberi Tuhan keturunan. Bagaimana jika tidak demikian? Suami tidak patut merendahkan istri di hadapan anak-anak perempuannya apalagi di tengah keluarga besar.  Dalam rencana Tuhan, mereka ditetapkan untuk berani tampil beda di tengah dunia yang lebih mengutamakan penilaian budaya dibandingkan ajaran firman Tuhan []


Leave a Reply