Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Anak-anak dan Seks




eBahana.com – Sahabat eBahana, para pembaca setia, apakah pendidikan seks bagi anak itu bisa dilakukan sejak dini? Apakah mandi bersama anak merupakan salah satu pendidikan seks? Apakah boleh mandi bersama anak yang berlawanan jenis?

Apakah pertanyaan-pertanyaan tersebut pernah muncul di benak para Sahabat eBahana khususnya yang sudah memiliki putra dan putri?

Mari simak penjelasan dari Dr. Andik.

Seksualitas adalah bagian yang melekat dalam kemanusiaan kita. Kehidupan seks yang sehat dan benar sangat dipengaruhi oleh proses tumbuh-kembang seorang pribadi.

Saya asumsikan, Anda ingin mengetahui apa yang orangtua perlu lakukan agar kelak anak-anak memiliki kehidupan seks yang sehat dan benar.

Pertama, orangtua perlu memahami bahwa setiap anak adalah imago dei (gambar Allah). Baik anak laki-laki
maupun anak perempuan, mereka setara dalam hakikat sebagai manusia, tetapi masing-masing unik dalam fungsinya. Menerima mereka apa adanya, adalah dasar yang kuat dalam proses tumbuh kembang seksualitas mereka. Menerima anak laki-laki sebagai laki-laki, menerima anak perempuan sebagai perempuan akan membuatnya mudah dalam proses pengembangan gender identity, yang berlangsung pada kurun usia 0-3 tahun. Dalam masa inilah seseorang akan menyadari dirinya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Bila masa ini tidak dilalui dengan baik, atau adanya penolakan atau perlakuan yang salah oleh orangtua, maka anak bisa mengalami gender ambiguity (kebingungan identitas gender yang berpotensi menimbulkan sikap atau perilaku transseksual. Contohnya, anak laki-laki yang didandani sebagai perempuan, akan berpotensi menjadi shemale (waria).

Kedua, orangtua harus menjadi model relasi pria-wanita, suami-istri yang sehat dan benar. Relasi yang salah dan tidak benar, akan menggangu anak dalam proses pengembangan gender role behaviour (perilaku peran gender), yang berlangsung pada usia 3-5 tahun. Suami yang tidak mau bekerja, istri yang mengontrol suami, kekerasan dalam rumah tangga, akan menyulitkan anak dalam pengembangan perannya yang sehat dan benar, sebagai pribadi yang sesuai dengan identitas gender yang dikembangkannya pada tahap sebelumnya. Bila masa ini tidak dilalui dengan baik, maka anak bisa mengalami deviasi orientasi seksual (homoseks/lesbian).

Ketiga, dalam sepanjang masa hidup anak, sampai mereka bertemu dengan jodoh mereka dan menikah, orangtua harus memenuhi kebutuhan intimasi dalam diri anak, melalui ungkapan cinta-kasih yang memadai dalam bentuk pemberian pujian, pemberian hadiah, sentuhan, pelukan kasih sayang, pertolongan pada saat diperlukan, serta berbagi dalam waktu yang memadai dan berkualitas. Bila anak kekurangan intimasi dengan orangtua, anak akan cenderung pacaran dini (SMP-SMA), dan berpotensi besar untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

Keempat, orangtua harus waspada terhadap berbagai ancaman yang bisa merusak kehidupan anak-anak,
karena itu orangtua harus melakukan pendampingan, pengawasan, dan perlindungan anak-anak dari bahaya
media, pergaulan, dan lingkungan. Karena itu perlu hikmat Tuhan dalam memilih tempat tinggal dan sekolah. Saat ini banyak sekolah yang hanya berorientasi pada prestasi akademik, tetapi tidak peduli pada kehidupan anak didik itu sendiri, termasuk dalam perilaku seksnya. Dalam soal media, orangtua harus melakukan pembatasan penggunaan media oleh anak. Pendampingan, pengawasan, perlindungan orangtua sangat diperlukan saat anak menggunakan media, terutama internet. Orangtua perlu menanam software K9-Webprotector pada fasilitas internet keluarga, agar anak terlindung dari berbagai bahaya pornografi.

Mandi bersama anak bisa dilakukan sampai usia anak 2 tahun. Setelah itu anak sudah harus diajarkan untuk
menghormati privacy dirinya dan privacy orang lain. 

Oleh Dr. Andik Wijaya, M.Rep.Med. Seksolog.



Leave a Reply