Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

“Meng-iklankan Diri”




Oleh: Imanuel Kristo

Perkataan, perbuatan, dan sikap kita adalah “iklan” diri kita di hadapan sesama.

Sekali kesempatan, dalam sebuah lift, saya bertemu dengan seorang wanita yang begitu menarik. Ia tampak anggun dan cantik dengan balutan kemeja putih yang tergulung sebatas siku, celana jin ketat, dengan ikat pinggang kulit yang membuat penampilannya tampak sporty.

Sementara, sepatu hak tinggi dengan tas jinjing branded plus gadget yang ditenteng di tangan kirinya membuat dirinya tampak berkelas. Kacamata tipis yang dikenakannya membuat dirinya tampak smart.

Wanita itu tampak sempurna. Diam-diam saya mengaguminya. Namun, sayang lift terhenti dan kami sampai di lantai yang kami tuju, secara kebetulan kami turun di lantai yang sama. Baru saja kami ke luar dari lift, dalam jarak yang tidak terlalu jauh, seorang petugas cleaning service sedang membersihkan lantai. Secara tidak sengaja ia mengganggu jalan wanita cantik itu. Saat itulah secara spontan wanita itu menunjukkan sikap tidak sukanya, dan mengomel kepada petugas cleaning service tersebut. Hal itu membuat saya sangat terkejut. Apa yang sebelumnya saya kagumi dan tampak begitu menarik tiba-tiba berubah menjadi kekecewaan. Ia berhasil membangun image dengan penampilannya di depan saya, tetapi ia merusak image itu dengan sikapnya.

Perkataan, perbuatan, dan sikap kita adalah “iklan” diri kita di hadapan sesama. Bagaimana sikap orang lain terhadap diri kita tidak lepas dari apa yang kita tampakkan kepada mereka. Hidup itu bagaikan gema: apa yang kita teriakkan, itu jugalah yang akan kembali kita dengar. Ketika kita meneriakkan yang baik, hal yang baik pula yang akan kita dengar. Demikian sebaliknya. Sebuah pohon dikenal dari buahnya, manusia dikenal dari kehidupannya, dan kehidupan itu tidak pernah dilupakan.

John Dewey, penggagas “sekolah kerja” berpendapat: “Pendidikan yang sesungguhnya adalah hidup itu sendiri.” Setiap hari dan setiap tanggapan kita terhadap pengalaman kehidupan kita akan menjadi proses yang berlangsung terus-menerus, menjadi rekonstruksi hidup kita yang sesungguhnya di hadapan sesama. Sementara, Albert Einstein mengatakan, “Agama sejati adalah hidup yang sesungguhnya, hidup dengan seluruh jiwa, dengan seluruh kebaikan dan kebajikannya.” Selanjutnya, Einstein juga berkata, “Lebih dari berusaha menjadi pribadi yang berhasil, jadilah pribadi yang berguna.” Karena dari sanalah kemudian orang lain memosisikan diri kita di hadapannya.

Hal-hal Kecil

“Iklankanlah” diri kita bukan dengan penampilan, gelar, kepemilikan, kedudukan dan jabatan kita, melainkan dengan kepantasan diri kita di hadapan sesama. Semua yang di luar kepantasan diri kita adalah sementara dan fana, tidak pernah kekal dan abadi. Namun, kepantasan diri kita akan senantiasa diingat oleh banyak orang, sekalipun mungkin peristiwanya sudah lama terjadi.

Anthony Robbins pernah berkata: “Sebagian besar orang gagal dalam hidupnya karena menumpahkan sebagian besar perhatiannya pada hal-hal kecil yang kurang berarti dalam hidupnya.” Penampilan lahiriah dengan berbagai pesonanya hanyalah hal kecil dibandingkan hidup itu sendiri. Sayangnya banyak orang memberikan perhatian berlebih kepada hal-hal itu, tetapi mengabaikan hal penting yang harusnya diupayakan.

Akhirnya, jika kita tidak dapat menunjukkan semua yang indah dari diri kita kepada sesama, kita pun tidak pantas mengoreksi apa yang kita anggap tidak baik dari diri orang lain. Dan yang tidak boleh kita lupa, “iklan diri” yang baik itu tidak pernah akan mengecil apalagi hilang, justru semakin membesar. William Shakespeare pernah berucap, “Kemuliaan itu seperti lingkaran di dalam air, yang tidak pernah berhenti membesarkan diri, sampai bentangannya yang luas memencarkannya menjadi tiada.”

 



Leave a Reply