Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menjadi Pendengar yang Baik




eBahana.com –

Markus 4:9

Dan kata-Nya:

“Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Dalam proses berinteraksi, kejelasan komunikasi memegang peranan yang begitu penting. Baik komunikasi secara verbal maupun non-verbal, semuanya itu merupakan alat untuk memperlengkapi dan mempertegas sebuah makna yang disampaikan. Terkadang dalam sebuah komunikasi non-verbal, bahasa tubuh sudah cukup dimengerti tanpa harus mengeluarkan kata-kata. Namun untuk berkomunikasi dengan baik, diperlukan pula cara mendengarkan dengan baik.

Panca indera memegang peranan penting untuk menerima setiap pesan dari berbagai informasi yang beredar. Setiap hari ada bermacam-macam berita baru yang beredar dalam kehidupan, dari berita yang menyenangkan hingga berita hanya sebatas gosip saja. Apabila berita yang kita dengar adalah berita yang buruk, maka yang dibicarakan adalah hal keburukan tersebut. Namun apabila yang didapatkan adalah berita kisah kesuksesan maka yang menjadi topik pembicaraan pasti juga mengharukan. Dalam berkomunikasi, perkataan yang diucapkan otomatis diterima oleh telinga, kemudian berproses dalam pikiran menuju pertimbangan nurani dan menjadi sebuah interaksi baru. Apabila salah menerima pesan dari percakapan tersebut, maka akan salah pula dalam memahami pesan percakapan tersebut. Jika sudah salah dalam memahami makna dari percakapan, maka akan bergeser pula kisah yang akan diceritakan. Disitulah munculnya benih konflik. Jadi, pendengaran yang baik merupakan kunci penting dalam sebuah komunikasi.

Sejak zaman dahulu tradisi tutur dan mendengarkan adalah sebuah metode yang sangat erat kaitannya dengan proses pendidikan. Ketika seorang guru mengajar muridnya hal yang umum adalah menggunakan tutur kata. Sebaliknya para murid ketika menerima pengajaran sang guru yaitu dengan cara mendengarkannya. Murid yang mampu mendengarkan pengajaran gurunya dengan baik, maka akan ada perubahan sikap dalam kehidupannya. Dari tidak paham menjadi paham dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Pada bacaan Injil Markus 4:1-9, Tuhan Yesus memberikan pengajaran dalam bentuk perumpamaan tentang seorang penabur. Tuhan Yesus menjelaskan kepada orang banyak tentang hakikat sabda Allah yang dapat memberikan kehidupan berlimpah ruah kepada manusia. Menanam sabda, ibarat menanam sebiji benih. Apabila mendapat tempat yang baik dan dirawat setiap hari, maka benih tersebut akan tumbuh subur seiring dengan berjalannya waktu. Namun pada ayat ke 9 dengan tegas Tuhan Yesus mengatakan; “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” Pengajaran Tuhan Yesus kepada orang banyak tersebut memberi penegasan betapa pentingnya telinga dalam menerima pengajaran. Apabila pengajaran yang disampaikan tersebut didengarkan dengan baik, maka akan ada transformasi dalam kehidupannya.

Mata adalah pelita tubuh, telinga adalah tongkat kehidupan, dan mulut adalah terang kehidupan.

Refleksi:

  1. Dari seluruh panca indera yang saudara miliki, manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kehidupan saudara?
  2. Bagaimanakah saudara mengendalikannya?

Doa:

Ya Tuhan, kendalikanlah seluruh panca inderaku, sehingga pendengaran dan perkataanku selaras dengan kehendakMu. Amin.

Perutusan:

Dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, jadikanlah aku untuk menjadi pendengar yang baik demi kehidupan yang lebih baik. Amin.



Leave a Reply