Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Iri dengan Orang Berdosa




eBahana.com – Pernahkah kita melihat kehidupan orang yang jauh dari Tuhan nampak lebih sukses, nampak lebih bahagia.

Sehingga kita menjadi seolah yang lebih berdosa karena kehidupan mereka nampak lebih baik dibanding dengan kehidupan kita.

Kisah anak terhilang, biarlah menjadi perenungan buat kita saat ini, Lukas 15:11-32, mengisahkan perumpamaan tentang anak yang terhilang.

Sering kali kita berfokus pada si bungsu yang tidak baik karakternya, bapaknya masih sehat, si bungsu sudah meminta warisan pada bapaknya. Bahkan hasil dari warisan itu buat foya-foya hingga tak tersisa, membuat hidupnya terpuruk tak berdaya. Di saat seperti itu, ingatlah si bungsu dengan bapaknya yang kaya dan murah hati, sehingga ia bertobat hendak pulang untuk menjadi pengerja bapaknya.

Di saat bapaknya menyambut pertobatan anaknya, maka si sulung menjadi sakit hati, dia tak rela bahwa orang yang sudah mengecewakan bapaknya disambut meriah oleh bapaknya.

Kalau hal itu terjadi pada kita, tentunya kita menjadi jengkel, mengapa orang yang berdosa disambut oleh Tuhan sedemikian rupa, kalau tahu begitu lebih baik kita berdosa saja, mungkin itu pernah ada dalam benak kita. Nah mari kita lihat respon bapaknya terhadap si sulung.

Si sulung pada Luk. 15:28, tidak mau masuk rumah bapaknya, karena ia marah dirumah bapaknya ada orang berdosa. Dalam hal itu, si sulung sudah bersalah karena ia meragukan bapaknya yang murah hati.

Dulu si bungsu keluar dari rumah bapaknya, sekarang si sulung tidak mau masuk rumah bapaknya. Mereka berdua sama sama diluar rumah bapaknya. Sehingga kesalahannya sama yaitu tak berada dalam rumah bapaknya.

Kalau hal itu diibaratkan bahwa rumah bapaknya adalah kebenaran atau kasih maka kedua anak itu sudah diluar kebenaran atau kasih bapaknya.

Yang dilakukan anak bungsu sadar lalu kembali ke rumah bapaknya, namun si sulung tidak sadar sehingga bapaknya menjemputnya untuk kembali.

Dari hal ini kita tahu hati si sulung lebih keras dari hati si bungsu. Kekerasan hati itulah yang membuat kita tidak peda terhadap orang berdosa, sehingga kita tak punya belas kasihan lagi.

Pada Lukas 15:29, muncullah iri hati, si sulung merasa kenapa si bungsu yang baru bertobat disambut dengan pesta namun dirinya yang lebih baik, perlakuan nya biasa saja.

Namun tahukah kita bahwa bapaknya adalah orang kaya, pastilah tiap hari mereka si sulung dan bapaknya makan dan pesta sehingga hal itu menjadi terasa biasa.

Namun karena iri hati merasuk dalam jiwanya kebaikan bapaknya menjadi tidak nampak lagi. Hanya satu lembu untuk menyambut si bungsu yang makan ampas babi saja tak bisa, itu dipersoalkan bagi orang yang iri hatinya.

Kadangkala kita merasakan bahwa hidup kita tak menjadi lebih baik dari pada hidup orang lain, itu dikarenakan iri sudah merasuki hidup kita, sehingga berkat berkat yang sudah kita raih, kita tak bersyukur atas segala berkat berkat itu.

Lukas 15:31-32, adalah berkat berkat yang besar kita peroleh karena kita hidup bersama kebenaran dan kasih Tuhan dibandingkan dengan berkat orang yang diluar kebenaran atau kasih Tuhan.

Jika mereka bertobat maka sambutlah mereka menjadi bagian hidup kita, karena sukacita yang besar adalah pertobatan orang berdosa bagi kita yang memiliki kasih Tuhan. YrSurya



Leave a Reply