Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sekolah Alkitab GPdI Riau Pemuridan Misioner Dalam Menyiapkan Perluasan Gereja




eBahana.com – Perkembangan dan perluasan gereja merupakan idaman bagi banyak gerejaa lokal. Salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan atau melakukan ekspansi gereja lokal adalah melakukan penginjilan sesuai amanat agung dalam Matius 28:19-20. Untuk dapat melakukan kegiatan misi diperlukan pemuridan secara misioner. Seperti yang Alkitab beritahu kepada kita bahwa menjelang Yesus terangkat ke Sorga, Ia menyampaikan suatu Amanat Agung kepada para murid-Nya untuk pergi, agar menjadikan semua bangsa murid-Nya, membaptis, mengajar mereka tentang segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya. Tuhan Yesus berjanji untuk menyertai para murid senantiasa sampai kepada akhir zaman. Oleh sebab itu, Ia mencurahkan Roh Kudus pada Hari Pentakosta.

Murid-murid-Nya diperlengkapi dengan Roh Kudus dalam melaksanakan Amanat Agung-Nya. Kitab Kisah Para Rasul menunjukkan sejarah bagaimana gereja mula-mula mengalami tuaian jiwa-jiwa secara luar biasa. Pertumbuhan pesat tersebut merupakan buah dari ketekunan anggota jemaat gereja mula-mula yang menerima pengajaran misi para rasul. Dengan demikian maka pelaksanaan pemuridan misioner memegang peran penting bagi gereja untuk dapat mengalami pertumbuhan, baik secara kualitas, kuantitas dan secara ekspansif. Masalah yang dihadapi gereja masa kini adalah lambannya pertumbuhan secara ekspansif. Gereja tidak cukup hanya melakukan pemuridan yang diorientasikan kepada kebutuhan pelayanan di dalam gedung gereja saja. Tanpa disadari gereja telah mengabaikan tugas melahirkan para penuai untuk pergi dan menjadikan segala bangsa murid Tuhan Yesus.

GPdI & Sejarah Singkat Sekolah Alkitab GPdI Riau

Bila mencermati Amanat Agung Tuhan Yesus yang Tuhan wariskan kepada orang percaya (Matius 28: 18-20). Disini kita menemukan visi dan misi yang diemban oleh gereja. Gereja harus mengajarkan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan kepada orang percaya. Gereja harus bergerak dan mendidik umat kearah ini. Itulah sebabnya Tuhan memperlengkapi gereja-Nya dengan orang-orang yang menerima jawatan tertentu guna Pembangunan Tubuh Kristus. Dalam Efesus 4:11-12 Alkitab mengatakan “dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. Menjadikan umat menjadi murid Kristus adalah mutlak. Penyelenggaraan pemuridan harus berlangsung terus. Harus diakui bahwa Amanat Agung Yesus bersifat mandataris-estafetis yang diekspresikan dalam empat kata kerja imperatif; Pergilah, Jadikanlah, Baptislah dan Ajarlah. Keempat perintah ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kata kerja utama adalah menjadikan murid.

Pemahamannya adalah bahwa sebelum seseorang diutus menjadi pemberita Injil, maka ia harus terlebih dahulu menjadi murid, ia harus menempuh tindakan menjadi orang yang diajar. Dengan kata lain, sebelum pergi, membaptis dan mengajar ia harus terlebih dahulu menempuh sebuah proses menjadi murid, orang yang belajar dari guru. Jadi ada semacam estafet yang harus ditempuh. Dilatarbelakangi kecintaan akan pekerjaan Tuhan, serta hati yang terbeban untuk melihat pertumbuhan gereja dalam hal ini khususnya Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI–Riau) sehingga Program Perluasan Pekerjaan Tuhan menjadi program aktif yang di usung dan di kerjakan oleh Pdt. P L Manullang S.Th sampai saat ini. Diawali dengan pencalonannya sebagai ketua MD Riau periode 2017-2022 Pdt P.L Manullang, S.Th Gembala Sidang GPdI Elshadai Pangkalan Kerinci, beliau mengusung salah satu program untuk kemajuan pekerjaan Tuhan melalui organisasi GPdI di Provinsi Riau yakni jika terpilih akan mendirikan Sekolah Alkitab Riau. Setelah Musda GPdI Riau yang dilaksanakan pada 20-22 Juni 2017 di Pekan Baru, Pdt. P L Manullang terpilih sebagai Ketua MD Riau untuk periode 2017-2022 langsung menjalankan beberapa program unggulan yang salah satunya adalah program mendirikan Sekolah Alkitab Riau.

Dan akhirnya berdirilah Sekolah Alkitab Riau yang telah diresmikan tepatnya pada hari selasa, 26 September 2017, serta melantik Pdt. Dr Donald Kumayas M.Th sebagai Kepala Sekolah, Pdt. Andreas Susanto M.Pd sebagai Pimpinan Harian, serta Pdt. Rudi Simbolon sebagai Bendahara Sekolah. Adapun tempat pelaksanaannya di GPdI “SILOAM“ Air Molek Penggembalaan Pdt. Andreas Susanto M.Pd dan Puji Tuhan sebuah kebanggaan kalau Penulis ada menjadi salah satu dari 15 siswa/I angkatan pertama di SAR, sekaligus penulis jugalah satu-satunya siswa yang juga berstatus sudah gembala (punya penggembalaan).

 

 

 

SAR Warisan Monumental Kerajaan Allah

Dalam beberapa kesempatan ketika penulis berbincang-bincang dengan Pdt. P L Manullang S.Th (Gembala Sidang GPdI ElShadai dan Ketua MD GPdI Prov. Riau) menjadi kerinduan terbesar beliau adalah ketika dapat melakukan banyak hal untuk pekerjaan Tuhan melalui GPdI, “saya akan bertambah tua wijaya, generasimu dan generasi yang akan datang yang akan melanjutkan pekerjaan Tuhan di GPdI ini, itu sebabnya saya bergerak cepat mendirikan Sekolah Alkitab sebagai Warisan dari kami untuk generasi yang akan datang, mempersiapkan mereka untuk tuaian dimasa yang akan datang“, itulah ungkapan beliau kala itu saat berbincang-bincang dengan penulis. Program Sekolah Alkitab yang sedang berjalan saat ini adalah sebuah upaya untuk memperluas ladang-ladang baru, sebab memang khususnya Riau daratan masih banyak daerah yang di mana Injil belum sampai kesana artinya adalah ini sebuah peluang dan kesempatan yang Tuhan beri.

Mengestafetkan Pelayanan pekerjaan Tuhan dengan terlebih dahulu memperlengkapi para pekerja untuk siap menuai dengan pengetahuan dan mental yang baik dan tangguh. Pemuridan (SAR) merupakan momentum untuk membentuk orang-orang yang akan bertumbuh dewasa memiliki pengetahuan akan firman Tuhan, sehingga mereka siap mengambil bagian dalam pemberitaan Injil keselamatan guna berdirinya gereja-gereja baru, secara khusus gereja GPdI yang akan bermunculan di Provinsi Riau. Sebagai Alumni dan angkatan pertama dari Sekolah Alkitab GPdI Riau ini, penulis melihat beberapa metode dan penerapan, pendekatan psikologis spiritual yang penulis anggap hal ini berbeda dari beberapa Sekolah Alkitab yang pernah penulis ikuti.

Strategi dan Fitur Perlengkapan Murid di SAR

Sebagai mana yang penulis sampaikan tadi, sebagai alumnus dan angkatan perdana, penulis mengalami dan menilai secara langsung bahwa SAR memiliki beberapa metode, strategi dan pendekatan yang tidak penulis dapatkan di sekolah Alkitab lain. Dan memang tidak dapat dipungkiri setiap organisasi, yayasan sekolah pasti memiliki peraturan dan administrasi yang berbeda-beda. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan karena merasa penulis mendapatkan sesuatu yang baru dari SAR ini tidak ada salahnya bila penulis tuangkan dalam tulisan ini guna kepentingan Kerajaan Allah semata-mata

Strategi Pemerlengkapan Murid di SAR

  1. Strategi Lintas Budaya

Selama kurang lebih sembilan bulan penulis mengikuti pendidikan di SAR hal pertama yang sangat membekas dihati penulis adalah bahwa kita (para siswa/i) diperlengkapi dengan kegiatan-kegiatan langsung atau istilahnya Praktik Kerja Lapangan, dimana para siswa/i (murid/misioner) diajar secara langsung dengan mengikuti kegiatan-kegiatan lintas budaya yang ada di INHU. Mengapa hal itu bisa dilaksanakan? Penulis menaruh rasa kagum kepada Pdt. Andreas Susanto M.Pd (Gembala GPdI Siloam & Pengurus Harian SAR) beliau adalah salah satu tokoh dari kalangan Kristen yang dihormati baik dalam pemerintahan maupun dalam persekutuan gereja-gereja di INHU tidak lain adalah karena cara pendekatan beliau melalui kegiatan lintas budaya sehingga mengakibatkan kerukunan antar umat beragama bisa terjalin dengan baik di INHU. Masih membekas dalam ingatan penulis kala itu, saat dimana kami para siswa ikut terlibat langsung dalam kegiatan Kirab Budaya dan Kegiatan Lansia di INHU. Pengenalan dan pendekatan lintas budaya dalah salah satu pelajaran berharga bagi penulis, pelajaran ini tidak akan di dapat dalam buku pelajaran tapi di SAR ini pelajaran yang dipraktikkan langsung selama kita belajar. “masuk dalam kegiatan-kegiatan lintas budaya adalah metode penginjilan yang memberi ruang gerak secara luas untuk kita menampilkan Injil dalam kehidupan kita, dan orang tidak akan menolak hal itu“ pungkas Pdt. Andreas kala itu. Memang harus di akui bahwa penginjilan door to door akan menimbulkan gesekan teologis dan berujung penolakan akan injil. Di SAR para siswa/i di perlengkapan dengan kegiatan-kegiatan lintas budaya sebagai modal di pelayanan kelak

  1. Strategi Sosial

Ini juga menarik bagi penulis. Kami angkatan pertama kala itu, setelah ditahbiskan menjadi Murid SAR kegiatan pertama adalah memindahkan sampah yang hampir setengah truk banyaknya,membuat kebun. Kemudian hari-hari berikutnya para murid digenjot untuk ikut dalam kegiatan renovasi kelas, ruangan belajar dan kamar. Di sanalah para murid belajar untuk bertukang, dasar-dasar membangun rumah. Pemuridan Misioner memiliki tujuan yang bersifat ganda, yaitu secara umum dan secara khusus untuk maksud yang telah ditetapkan. Secara umum murid belajar mengenai gaya hidup, prinsip-prinsip yang dianut dan yang berkenan kepada Allah, suatu kebudayaan Kerajaan Sorga. Secara khusus murid dipersiapkan untuk pergi melakukan perintah memberitakan Injil Keselamatan ke seluruh dunia. Untuk itulah para murid SAR diperlengkapi dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat sosial yang dibutuhkan masyarakat. Tentu saja pengetahuan di bidang ini akan menjadi pintu masuk yang baik di masyarakat tempat pelayanan kelak. Adapun kemampuan sosial yang diajarkan di SAR adalah bertukang, mencetak batu bata, berkebun, beternak ikan, membuat kue dll. Hal-hal ini tentu akan sangat bermanfaat dan menjadi pintu masuk untuk bergaul dengan masyarakat. Terakhir penulis ingat adalah bagaimana memanfaatkan limbah WC untuk menjadi bahan bakar dan pupuk organik. Hasilnya luar biasa terong yang kami tanam gemuk-gemuk dan enak, maknyus rasanya.

Fitur Perlengkapan Murid SAR

Selain kita diperlengkapi oleh hal-hal yang penulis sebutkan di atas. Para murid juga diperlengkapai dengan pengetahuan Alkitab dan fitur-fitur menarik lainnya guna menghadapi perkembangan zaman yang serba teknologi. Berikut fitur-fitur Perlengkapan di SAR dalam mempelajari Alkitab

  1. Pengajaran dan Pendidikan berbasis Teknologi Multimedia

Hal ini bertujuan agar,

  • Para murid memahami Teks Alkitab dengan Interpretasi yang benar dan akurat
  • Secara kritis, inovatif dan konstruktif dalam menyelidiki kebenaran-kebenaran Alkitab
  • Mengambil bagian dalam pelayanan dan kepemimpinan gereja serta kehidupan masyarakat luas.
  1. Diperlengkapi dengan Pengetahuan membuat Khotbah dengan PowerPoint

Tidak dapat dipungkiri bahwa di zaman teknologi ini para pelayan juga harus memperlengkapi diri dengan kemampuan berkhotbah dengan menggunakan media PowerPoint. Tujuannya adalah bagaimana umat yang digembalakan dapat lebih memahami Alkitab oleh karena bantuan visual dan warna yang disediakan di aplikasi ini. Di SAR fitur berkhotbah dengan media PowerPoint menjadi poin penting dan di ajar oleh dosen yang ahli di bidang ini.

  1. Diperlengkapi dengan Pengetahuan Musik

Musik menjadi komponen penting dalam pelayanan. Nah, di SAR ini para murid juga diajar dan diperlengkapi dengan pengetahuan bermain music yang tentunya akan sangat berguna dalam pelayanan.

Konsep Pemuridan di SAR

Konsep menjalin hubungan sehari-hari (kekeluargaan). Dalam beberapa pengalaman penulis mengikuti pendidikan sekolah Alkitab dan Teologi ada sebuah aturan pendisiplinan yang disebut Hukum Taurat semasa sekolah. Hal ini berisi peraturan dan pendisiplinan yang salah satunya adalah peraturan bahwa selama mengikuti pendidikan tidak diizinkan berpacaran. Hal itu didukung dengan pembatasan komunikasi antara siswa dan siswi. Dalam perbincangan penulis dengan Pdt. Dr Donald Kumayas M.Th (Kepsek SAR) beliau mengatakan bahwa SAR tidak sepenuhnya menerima dan mengaplikasikan sistem ini. “Saya lebih memilih pendekatan kekeluargaan dari pada sistem taurat“, pungkas beliau kala itu. Tentu saja alasan beliau mengatakan hal itu bahwa di beberapa kasus penerapan sistem taurat malah menjadi celah atau pintu masuk penyimpangan seksual, moral dan mental. Itu artinya tidak sepenuhnya taurat itu baik, tentu harus dikondisikan dengan zaman ini.

Di SAR kita dididik dengan konsep bahwa kita adalah keluarga. Saling support, saling bantu, kerja sama, saling memperhatikan dan saling menyayangi. Hal ini menumbuhkan rasa percaya diri, kedewasaan dan rasa tanggung jawab dalam diri murid. Penulis sendiri merasakan hubungan emosional yang kuat selama sekolah di SAR, berhubung karena penulis yang paling tua dan sudah menikah dan menggembalakan, kedekatan penulis dengan rekan seangkatan adalah hubungan keluarga yang sangat berkesan. Demikian juga dengan para staf guru yang mengajar, perhatian dan pendekatan dari para guru yang mengajar penulis menilai lebih menekankan kekeluargaan. Hubungan keluarga, guru sebagai bapa murid sebagai anak. memastikan terjadinya suatu hubungan yang intensif setiap saat, antara bapa dan anak–guru dan murid. Pemuridan konsep ini merupakan bentuk yang terbaik dan berkuasa untuk menjadikan murid sebagai imitator gurunya. Dengan demikian seorang murid akan siap untuk menggantikan atau meneruskan tugas dan jabatan pelayanan sang guru atau mentornya. Ditambah lagi dengan figur Pdt. Andreas Susanto dan Istri Tante Rosita Paparang selaku pengurus harian, orang tua kami, yang kaya ide, kaya ilmu dan pengalaman membuat hari-hari selama sekolah terasa nyaman dan menyenangkan, tidak sungkan ikut main bola dan gabung dengan para siswa/i, tidak ada jarak. Sebuah hubungan kekeluargaan yang indah.

Peran aktif gembala-gembala senior GPdI dalam Perluasan Ladang Baru

Luasnya ladang pelayanan yang ada di Riau merupakan kesempatan untuk memenangkan sebanyak-banyaknya jiwa bagi Tuhan. Tidak dapat dipungkiri dan bentuk apresiasi penulis kepada gembala-gembala senior yang dengan perjuangan yang luar biasa, menjangkau pelosok-pelosok desa, membuka pos-pos pelayanan dan dengan hati yang mencintai pekerjaan Tuhan sehingga rela untuk menempatkan gembala junior untuk melanjutkan pelayanan tersebut. Penanaman gereja baru merupakan wujud riil dari kedewasaan gereja yang serius mengemban amanat agung Yesus Kristus. Pekerjaan menanam gereja baru adalah suatu pengabdian kepada Allah yang empunya tuaian. Pengabdian merupakan motivasi yang benar yang akan menjaga kita tetap kehendak Allah.

Panggilan Allah kepada kita adalah suatu pelayanan dapat disamakan dengan seseorang yang mempekerjakan kita untuk bekerja bagi Dia. Sangat penting untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh seorang majikan dari seorang yang bekerja padanya. Gereja merupakan alat bagi Allah untuk mendirikan jemaat-jemaat yang baru di seluruh dunia. Menanam gereja baru harus merupakan suatu wujud respons dari kerinduan Allah bagi perluasan kerajaan-Nya di bumi. Pertumbuhan gereja bukanlah untuk mendirikan “kerajaan sendiri”. Pertumbuhan gereja bukanlah untuk menambah keuntungan pribadi, baik yang bersifat financial, nama besar atau pujian. Di SAR ini, para murid sudah diarahkan ke tujuan yang jelas akan ladang pelayanan yang akan dikerjakan kelak. Dengan tetap mengikuti aturan organisasi siswa/i SAR telah dipersiapkan untuk melanjutkan pelayanan atau membuka pelayanan baru dengan bimbingan dan dibina oleh gembala Senior.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan dari penulis adalah kehidupan gereja mula-mula dan para rasul berkembang secara pesat oleh karena adanya pemuridan misioner yang dilakukan Yesus; karena dengan pemuridan misioner Yesus sedang mengalirkan gairah-Nya untuk menjangkau orang-orang dunia yang terhilang dengan menawarkan Injil Keselamatan. Pemuridan misoner menjadi kunci untuk menciptakan tenaga misi dalam rangka memperluas pengembangan gereja lokal. Amanat Agung Yesus merupakan perintah langsung kepada murid-murid-Nya. Itu adalah tongkat estafet yang harus diterima oleh gereja masa kini dan siap untuk menyerahkan tongkat tersebut kepada generasi muda gereja. Oleh karena itu, pemuridan misioner merupakan pekerjaan utamanya. Ia menjadi jantung kehidupan gereja yang bertumbuh menjadi gereja yang dewasa, sehingga akan melahirkan gereja-gereja lokal yang baru dalam masyarakat yang membutuhkan. Tanpa pemuridan misioner gereja akan menjadi mandeg atau mengalami obesitas dan tidak mampu melakukan penjangkauan kepada jiwa-jiwa yang terhilang dalam dunia ini.

Sekolah Alkitab GPdI MD-Riau hadir untuk menjadi Sarana bagi umat Tuhan yang terpanggil untuk menjadi Pelayan Tuhan (gembala atau pendeta). Memperlengkapi para murid dengan pengetahuan umum dan khusus. Mendidik para murid untuk ikut bergerak aktif dalam mewujudkan dan mengaplikasikan Amanat Agung sampai kedatangan-Nya kedua kali. Berperan aktif dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan sebagai bentuk kecintaan akan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menciptakan kerukunan dan kenyamanan dalam kebersamaan bingkai Pancasila. Ladang telah menguning siap untuk di tuai. Yang seorang menabur yang seorang lagi menuai. Bagi anda sekalian yang memiliki panggilan khusus untuk melayani Tuhan, silahkan hubungi nomor handphone yang tercantum di brosur artikel ini. Akhir kata bagi Dialah segala pujian dan kemuliaan sekarang dan selama-lamanya. Amin.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Alumni Angkatan Pertama Sekolah Alkitab GPdI MD-Riau, Gembala GPdI Alhayat Desa Lubuk Ogung.



Leave a Reply