Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Umat Katolik Siap Sambut Bulan Misi Luar Biasa




Jakarta, eBahana.com – Umat Katolik di Indonesia telah membekali diri dengan sejumlah rencana aksi konkret yang dihasilkan dalam Kongres Misi yang berlangsung selama empat hari untuk menyambut Bulan Misi Luar Biasa pada Oktober 2019 nanti. Lebih dari 300 peserta – uskup, imam, biarawati dan umat awam – dari 37 keuskupan di Indonesia menghadiri program yang diadakan pada 1-4 Agustus 2019 di Mercure Convention Center Ancol, Jakarta Utara tersebut.

Diselenggarakan oleh Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KKM-KWI) dan Karya Kepausan Indonesia (KKI) dengan tema “Dibaptis dan Diutus: Menginjili Dunia,” program itu diisi dengan berbagai kegiatan antara lain ceramah, sharing dan tanya-jawab. Romo Markus Nurwidi Pranoto, sekretaris eksekutif KKM-KWI dan direktur KKI, mengatakan program itu diselenggarakan untuk menyambut Bulan Misi Luar Biasa yang sebelumnya diumumkan oleh Paus Fransiskus dan untuk merayakan peringatan ke-100 Surat Apostolik Maximum Illud tentang Pewartaan Iman yang dikeluarkan oleh Paus Benediktus XV pada 30 November 1919.

Diperkenalkan secara resmi oleh Paus Fransiskus dalam sebuah surat yang dikeluarkan pada 22 Oktober 2017 dan disampaikan kepada Prefek Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa, tema global Bulan Misi Luar Biasa adalah “Baptized and Sent: The Church of Christ on Mission in the World.” “Ini tidak sekedar selebrasi seremoni tetapi lebih-lebih untuk menyadari kembali, membangkitkan kembali akan semangat dan jiwa misioner,” kata Romo Nurwidi.

“Untuk itulah Bapa Suci memberikan tema pada perayaan ini, ‘Dibaptis dan Diutus: Gereja Kristus Dalam Misi di Tengah Dunia.’ Di Indonesia kemudian sedikit dikemas atau dirumuskan lagi menjadi ‘Dibaptis dan Diutus: Menginjili Dunia’ untuk semakin menyadarkan bahwa semua orang yang dibaptis adalah misionaris, semua orang yang dibaptis mendapat amanat perutusan untuk mewartakan Kristus ke setiap makhluk, setiap orang,” lanjut Romo Nurwidi.

Dalam homili saat Misa penutupan, ketua KKM-KWI Uskup Palangkaraya Mgr Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF mengatakan meskipun Kongres Misi telah berakhir namun masih ada tindak lanjut yang perlu dilaksanakan baik secara pribadi maupun bersama-sama. “Dengan adanya Kongres Misi inilah saya yakin kita akan semakin bisa membuat kongres ini akan berkembang, mengadakan tindak lanjut yang membuahkan hasil,” kata prelatus itu.

“Kalau ada kesan yang luar biasa … saya mengatakan yang kita perhatikan bukan kongresnya yang hebat … tetapi nanti apa yang dibuat, buah-buahnya nanti apakah ada atau tidak,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia akan melakukan evaluasi terkait berbagai aksi konkret pada Oktober 2019 nanti. Sementara Uskup Banjarmasin Mgr Petrus Boddeng Timang Pr mengatakan keuskupannya memutuskan untuk memberi perhatian lebih kepada Warga Dayak Meratus dan Banjar “yang masih terpinggirkan.”

“Mengenai masyarakat Dayak yang bermukim di Pegunungan Meratus, kami juga hadir di sana untuk bersama-sama dengan mereka menyadari keberadaan mereka yang sangat tertinggal dan terpinggirkan. … mereka masih sangat jauh dari katakanlah fasilitas hidup yang sangat layak, misalnya air bersih. WC pun tidak ada, listrik apa lagi. Kami coba hadir ke sana untuk melihat situasi,” kata prelatus itu.

“Untuk orang Banjar, kami sementara mengadakan pendekatan budaya. Kami bertemu, berkomunikasi, menghidupkan kembali kebudayaan khususnya tarian dan lagu-lagu Banjar yang kita bawakan di sekolah-sekolah Katolik. Dan itu diapresiasi oleh masyarakat,” lanjutnya. Meskipun demikian, Mgr Petrus mengakui bahwa masih ada isu Kristenisasi di sejumlah wilayah.

“Meskipun di beberapa tempat ada isu Kristenisasi, tetapi kalau kita datang dengan ketulusan, senjata cinta kasih dan Injil dan berbuat keadilan sebanyak-banyaknya, saya kira Tuhan akan membuka pikiran dan hati orang-orang, siapa pun juga, untuk mengakui bahwa yang hadir di sana bukan umat Katolik tetapi Allah yang menyapa mereka,” tegasnya.

Salomina Oktavina Gobay dari Paroki Katedral Kristus Raja di Jayapura berjanji akan terlibat secara aktif dalam sejumlah program pendampingan untuk Serikat Karya Anak-Remaja Misioner (Sekami) dan Orang Muda Katolik (OMK) setempat. “Kami akan melakukan pendekatan untuk tetap merangkul mereka untuk tetap menjadi orang yang terus bermisi,” kata perempuan berusia 24 tahun itu. Menurut Salomina, melakukan karya misi di Papua sangat penting mengingat sejarah Gereja Katolik lokal berasal dari para misionaris.

Salomina mengaku bahwa ia telah terlibat aktif dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh sejumlah komunitas di Keuskupan Jayapura. “Seperti Kelas Inspirasi Papua di mana saya mengajar adik-adik di pelosok yang jauh dan tertinggal serta belum disentuh. Ini saya lakukan secara sukarela,” lanjutnya. Salomina pun berpesan kepada OMK di Indonesia agar memahami kembali arti penting melakukan karya misi.

“Mari kita melayani mereka yang jauh yang mengalami ketertinggalan dan sulit untuk dijangkau, mari kita layani mereka. Karena sehebat-hebatnya kita, kita hanya punya Tuhan yang satu yang kita muliakan. Pada akhirnya kita akan kembali ke rumah yang sama, yaitu kuburan. Jadi mari kita terus bermisi, meninggalkan segala keegoisan dan kesombongan yang kita miliki,” katanya. MK.

(sumber: indonesia.ucanews.com)



Leave a Reply