Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Global Leadership Summit Pertama di Medan Bangkitkan Semangat Penginjilan




Medan, eBahana

Global Leadership Summit dari Global Leader Network kini telah menjangkau Kota Medan. Untuk pertama kali, setelah pelaksanaannya dominan di Pulau Jawa, seperti Jakarta dan sekitarnya, kini Kota Medan mendapatkan kesempatan yang sama untuk digelar pada tanggal 24-25 Oktober 2019 yang lalu.

GLS menyiapkan source atau sumber yang bisa menginspirasi para peserta yang hadir pada saat itu. Selama dua hari tersebut, Kamis dan Jumat membahas tentang Manajemen perubahan oleh Craigh Groescel (founder Life Church) dan Ben Sherwood (mantan presiden Disney ABC Television); Karakter dan Nilai oleh Devon Franklin (CEO dari Franfklin Entertainment), Patrick Lencioni (CEO The Table Group); Negosiasi oleh Chirs Voss (mantan anggota FBI dan Pendiri The Black Swan Group); Mengambil Resiko oleh Bear Grylls (Pembawa acara TV), Jia Jiang (Wirausahawan), Liz Bohannon (CEO Sseko Design); dan Pemimpin dan Millenial oleh Jason Dorsey (Pembicara dan Peneliti) dan Todd Henry (CEO Accidental Creative, konsultan Kepemimpinan).

Dengan dihadiri lebih dari seribu peserta yang mendaftar kepada meja panitia, dari berbagai lembaga denominasi yang hadir, maka sesungguhnya GLS Medan sesungguhnya telah memunculkan semangat yang baru bagi para peserta yang hadir pada saat itu. Semangat untuk melakukan perubahan pada tujuh area yang bisa kita berikan pengaruh yang dampaknya bisa mengubah suatu bangsa.

7 Area tersebut yang  bisa dan siap untuk dipengaruhi, yaitu Keluarga, Gereja, Pendidikan, Pemerintahan, Media, Seni/Hiburan dan Bisnis. Dimana setiap kita pasti punya pengaruh untuk melakukan tranformasi di tujuh area tersebut. Dan bicara pengaruh sesungguhnya bicara tentang kepemimpinan.

Maka GLS hadir khususnya di Kota Medan, sesungguhnya menjadi secuil pemantik, supaya orang-orang muda ataupun para hamba Tuhan yang hadir bisa menunjukkan pengaruh kepemimpinannya di 7 area tersebut.

Sebab kita tinggal dan hidup  di dunia yang hancur. Korupsi yang merajalela, kekerasan, anarkisme, ekstrimis hingga terorisme kerap kita lihat. Di area keluarga, dimana banyak keluarga yang kehilangan figur ayah, ibu yang jadi teladan, anak yang tak menghormati lagi orang tua. Di area media banyak bertebaran berita-berita hoaks atau bohong dan kebanyakan kita justru suka membaca dan mendengar berita-berita bohong tersebut tanpa lakukan kroscek terlebih dulu.

Ini akan berakibat sangat buruk, jika kita tidak mengambil gerakan literasi untuk mengubahnya. Atau bersikap menunggu tanpa ambil bagian di dalamnya. Tapi jika setiap orang percaya benar mau menggarap dan bersedia menjadi agent pembaharu maka tak mungkin tidak terjadi tranformasi seperti yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus.

Khusus penulis sendiri saat menghadiri acara tersebut sangat diingatkan dengan janji 9 tahun yang lalu ketika berada di Baturaja, Sumatera Selatan. Sebuah janji yang sempat kami (para orang-orang muda)  ucapkan waktu itu di lapangan terbuka Baturaja. Bahwa dalam 10 tahun sejak 2010 lalu hingga 2020, maka pulau Sumatera sudah akan kami layani dan beritakan kabar baik. Tapi kenyataannya, sudahkah tugas panggilan untujk memberitakan injil tersebut terealisasi?

GLS hadir khusus mengingatkan saya dan mungkin kita semua, bahwa Pulau Sumatera adalah pulau yang pertama sekali mendapatkan Injil itu, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara (Tapanuli). Tapi bagaimanakan Injil tersebut, sudahkah orang-orang sulung (Bangsa Batak) yang sudah mendapatkan Injil pertama kali memberitakan injil ke suku bangsa yang ada di Sumatera ini?

Penulis Rinto Simorangkir, Staf Pelayanan Desa Terpadu Sibolangit.



Leave a Reply