Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Masihkah Relevan Merayakan Natal Sekarang?




eBahana.com – Saat Sang Juruselamat dilahirkan ke dunia, Dia lahir dalam suasana yang hening. Mengapa Yesus Kristus lahir dalam keheningan? Karena Dia bukan Juruselamat dunia yang ingin dilihat banyak orang. Dia justru lahir di tengah kesunyian tatkala hampir semua orang di Betlehem tertidur lelap. Sementara mereka semua tertidur pulas, di sebuah tempat, tepatnya di sebuah kandang domba, Yesus Kristus dilahirkan.

Bercermin dari peristiwa Natal pertama 2.000 tahun lalu, alangkah indahnya jika kita bisa kembali dalam suasana Natal seperti saat Yesus lahir di kandang domba Betlehem. Begitu syahdu, hening, sunyi, dan penuh kedamaian. Sesungguhnya merasakan kehadiran Kristus dalam keheningan bisa membuat hati kita lebih peka terhadap suara-Nya. Merasakan kehadiran Kristus di tengah kesederhanaan bisa menggugah rasa empati kita terhadap sesama yang hidup dalam kekurangan/kemiskinan, dan juga yang tengah dilanda bencana ataupun yang sedang dirundung kesedihan/kedukaan.

Jika setiap tahun kita merayakan Natal dengan acara yang meriah ataupun pesta yang ingar bingar, bagaimana mungkin kita bisa merasakan kehadiran Kristus di tengah kehebohan dan kebisingan duniawi yang demikian itu? Jika dengan cara demikian kita umat percaya merayakan kelahiran Sang Juruselamat dunia, tak heran apabila Natal menjadi tidak begitu berkesan dalam hidup kita. Sama sekali tidak membekas, bahkan akan berlalu begitu saja. Makna Natal yang sejati diganti dengan aneka bentuk perayaan yang bersifat lahiriah berupa pesta pora, hura-hura, dan kemewahan yang sia-sia.

Inti Natal yang sesungguhnya adalah KASIH! Kasih Allah kepada dunia yang terhilang akibat dosa, dan diwujudkan-Nya secara nyata melalui kelahiran Yesus Kristus ke dunia untuk kita. Jadi, kita pun harus meneladani Kristus. Dalam cara yang sama, kasih kita kepada Allah harus diwujudkan secara nyata dalam
perbuatan kasih kepada Dia dan sesama.

Inti Natal adalah memberi diri, sebagaimana dilakukan Yesus yang adalah Tuhan rela dan bersedia lahir ke dunia dengan penuh kesederhanaan demi kita karena kasih-Nya. Kita pun harus meneladani Yesus dengan memberi diri kita kepada sesama yang membutuhkan. Ulurkan tangan kita kepada mereka di sekitar kita yang membutuhkan. Jadikan diri kita sebagai pembawa damai dan sukacita bagi semua orang.

Jadi, sesungguhnya momen Natal haruslah kita renungkan dan peringati, bukan dirayakan secara duniawi. Maknai peristiwa kelahiran Yesus Kristus dengan benar. Hargai dan hormati Dia yang telah lahir/hadir dalam dunia ini, dalam hidup kita. Peringati Natal 2018 dengan merefleksi diri: “Apakah saya sudah menjadi perwujudan kasih Allah kepada sesama yang membutuhkan?”

Satu pertanyaan besar yang patut kita renungkan saat ini: “Masihkah relevan gereja dan umat kristiani merayakan Natal dengan menghabiskan dana puluhan hingga ratusan juta rupiah pada masa sekarang?” Bukankah ini sebenarnya sama saja dengan penghamburan uang dalam kemasan perayaan Natal yang sia-sia? Andai saja dana sebesar itu dipakai untuk aksi berbagi kasih dengan mereka yang membutuhkan pada setiap momen Natal, bisa dipastikan dampaknya akan sangat berbeda!

Bagaimana damai dan sukacita Natal bisa dibagikan kepada mereka yang masih hidup di luar kasih Allah pada zaman milenial? Bagaimana umat kristiani bisa menjadi garam dan terang di tengah masyarakat majemuk pada era digital? Dengan demikian, damai dan sukacita Natal mampu memberikan pengaruh positif untuk
terwujudnya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan ketenteraman di negeri tercinta. Red



Leave a Reply