Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Sebelum Pentakosta: Roh Kudus Dalam Kehidupan Yesus – Apa yang Terjadi Pada Pentakosta?




eBahana.com – Melalui ayat-ayat Alkitab kita mendapat pengetahuan yang kita tidak bisa dapatkan dengan cara lain. Satu pewahyuan penting terbesar dalam Alkitab adalah kodrat dari Allah. Alkitab mengungkap misteri yang kita tidak bisa dapatkan dari sumber lain. Misteri Allah; tiga pribadi, tetapi satu Allah. Tiga pribadi yang diungkapkan dalam Alkitab adalah Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Kita akan membahas pribadi ketiga, Roh Kudus.

Satu pewahyuan paling besar dan istimewa dalam seluruh Alkitab adalah pribadi dan pekerjaan Roh Kudus. Hal pertama yang kita harus mengerti adalah bahwa Roh Kudus sendiri adalah satu pribadi, seperti Bapa dan Anak. Karena kesejajaran, secara komparatif, mudah bagi kita untuk mengerti bahwa Allah Bapa adalah satu pribadi dan Allah Anak adalah satu pribadi, tetapi tidak mudah untuk mengerti bahwa Roh Kudus adalah satu pribadi.

Melalui Roh Kudus, Allah mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah; dan melalui Roh Kudus, Allah hadir di mana‐mana pada saat yang sama. Dua karakteristik ini dipresentasikan dalam terminologi teologi—mahatahu dan mahahadir.

Ini diungkapkan dalam berbagai nas Alkitab. Contohnya, dalam Yeremia 23:23–24, “Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? Demikianlah firman TUHAN.”

Allah memenuhi surga dan bumi. Tidak ada tempat di mana Allah tidak ada. Tidak ada tempat di mana hal-hal terjadi yang Allah tidak tahu. Ini diungkapkan dengan indah dalam ayat-ayat pembukaan Mazmur 139:1–12

“TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan‐Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: ‘Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,’ maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”

Bahasa yang indah. Pengungkapan ajaib dari kebesaran hikmat Allah. Kehadiran Allah meresapi seluruh alam semesta. Tidak ada tempat untuk kita bisa pergi dan bersembunyi dari Allah. Tidak ada jarak yang bisa memisahkan kita dari-Nya. Tidak ada kegelapan yang bisa menyembunyikan kita dari-Nya. Allah di mana-mana, di seluruh alam semesta. Dia tahu semua yang terjadi di segala tempat.

Kunci yang membuka rahasia ada dalam ayat 7, di mana pemazmur berkata, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh‐Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan‐Mu?” Ini tipikal contoh puisi Ibrani, di mana ada dua bagian dalam satu ayat mengatakan hal yang sama. Kehadiran Allah dalam seluruh alam semesta adalah melalui Roh Kudus-Nya. Melalui Roh Kudus, Allah hadir di mana-mana; dan melalui Roh Kudus, Allah mengetahui semua yang terjadi di alam semesta kapan pun.

Roh Kudus sudah aktif dalam alam semesta sejak penciptaan. Pemazmur mengatakan proses dari penciptaan, “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya” (Mazmur 33:6).

Terjemahan kata “nafas,” dalam Ibrani adalah “Roh”. Ini mengubah pembacaannya menjadi: “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh ‘Roh Kudus’ dari mulut‐Nya segala tentaranya.” Dengan kata lain, dua perantara yang menciptakan seluruh alam semesta adalah firman Tuhan dan Roh Tuhan, atau Roh Kudus. Jika kita kembali ke ayat-ayat awal dari Alkitab mengenai penciptaan, hal diungkapkan secara detail. Dalam Kejadian 1:2–3 dikatakan, “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi.”

Kehadiran Roh Allah ada di sana dalam kegelapan yang belum berbentuk dan kosong. Kata “melayang” memberikan kesan seekor burung. Banyak sekali dalam Alkitab, Roh Kudus diidentifikasikan sebagai burung surgawi. Di sini kita melihat burung merpati surgawi, Roh Kudus, melayang di atas permukaan air yang gelap belum berbentuk.

Ayat 3 berkata, “Berfirmanlah Allah, ‘jadilah terang,’ lalu terang itu jadi.” Di sini lagi, dua perantara penciptaan: Roh Allah dan firman Allah. Ketika mereka bersatu, penciptaan terjadi. Ketika Roh Allah dan firman Allah ada, hal baru—dalam hal ini, terang—diciptakan. Terang terjadi, dibentuk oleh Roh dan firman Allah. Kita bisa melihat Roh Kudus sudah bekerja dalam alam semesta sejak penciptaan dan selalu hadir di mana–‐mana dalam alam semesta. Dalam banyak hal, Roh Kudus perantara aktif, efektif dari Allah.

Roh Kudus menginspirasi dan memberi kuasakan kepada hamba‐hamba Allah dalam Perjanjian Lama. Daftar namanya terlalu panjang, tetapi ada beberapa contoh.

Pertama, Bezaleel, orang yang ditunjuk oleh Allah untuk bekerja sebagai arsitek utama pembangunan Kemah Suci dan peralatannya. Tuhan berbicara dalam Keluaran 31:2–3: “Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan.”

Roh Allah yang memenuhi Bezaleel memberinya keahlian kreatif luar biasa membangun. Ia orang pertama dalam Alkitab yang dikatakan dipenuhi dengan Roh Allah. Hasilnya, keahlian dengan nilai sangat tinggi.

Dalam Ulangan 34:9 kita membaca tentang Yosua, “Dan Yosua bin Nun penuh dengan roh kebijaksanaan, sebab Musa telah meletakkan tangannya atasnya. Sebab itu orang Israel mendengarkan dia dan melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.”

Yosua adalah pemimpin militer besar yang menaklukkan Tanah Perjanjian, dan ia melakukannya dengan Roh Allah. Dalam Hakim‐Hakim 6:34, kita membaca tentang Gideon, “Pada waktu itu Roh TUHAN menguasai Gideon; ditiupnyalah sangkakala dan orang-orang Abiezer dikerahkan untuk mengikuti dia.”

Roh Tuhan turun atas Gideon dan membuatnya menjadi pemimpin besar. Sebelum itu, ia seorang muda yang penakut, bekerja di alat pemeras anggur, tidak bisa melakukan apa‐apa dengan efektif. Namun, ia diubah oleh Roh Allah yang turun atasnya.

Lalu, kita membaca tentang Daud, raja besar dan pemazmur, dalam 2 Samuel 23:1–2. Daud mengatakan, “Inilah perkataan Daud yang terakhir: ‘Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel: Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman‐Nya ada di lidahku ….’”

Daud memberi kita mazmur indah itu, “Roh Tuhan berbicara dengan perantaraanku … firman‐Nya ada di lidahku ….” Perhatikan lagi, Roh Allah dan firman Allah.

Dalam 2 Petrus 1:21, Petrus menyimpulkan pelayanan semua nabi Perjanjian Lama ketika ia berkata, “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang‐orang berbicara atas nama Allah.”

Setiap nabi yang membawa pesan yang benar dari Allah tidak pernah berbicara dari inisiatifnya sendiri atau dari pikiran, akal, atau pengertiannya sendiri, tetapi ia diinspirasi (digerakkan atau dibawa) oleh Roh Kudus. Itu membuat pesannya bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri.

Sementara kita melihat contoh‐contoh ini, kita sampai pada kesimpulan bahwa semua orang dalam Perjanjian Lama yang melayani Allah secara efektif melakukan itu hanya melalui kuasa dan inspirasi Roh Kudus. Ini pelajaran untuk kita. Jika mereka tidak bisa melayani Allah secara efektif tanpa Roh Kudus, demikian pula kita. Kita juga butuh Roh Kudus.

Sekarang bagaimana dengan Roh Kudus dalam pelayanan dan pengajaran Yesus sendiri. Pertama, kita perlu melihat bahwa Yohanes Pembaptis, yang datang secara spesifik untuk memperkenalkan Yesus dan mempersiapkan jalan bagi pelayanan–‐Nya, memperkenalkan Dia dengan satu gelar khusus, “Pembaptis dalam Roh Kudus”.

“Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut‐Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Matius 3:11).

Perhatikan perbedaan antara Yesus dan semua orang yang datang sebelum Dia: “Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Pelayanan Yesus sebagai pembaptis dalam Roh Kudus ini disebut dalam semua empat Kitab Injil. Alkitab melekatkan kepentingan khusus kepada Dia sebagai Pembaptis.

Kita menemukan juga bahwa Roh Kudus sumber kuasa satu‐satunya dalam seluruh pelayanan Yesus. Sampai Roh Kudus turun ke atas Yesus di sungai Yordan setelah baptisan Yohanes, Dia tidak pernah mengajarkan atau melakukan mujizat. Dia menunggu sampai Roh Kudus turun ke atas-Nya.

Dalam Kisah Para Rasul 10:38, Petrus berbicara kepada kerumunan orang yang berkumpul di rumah Kornelius, menggambarkan pelayanan Yesus, “yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.”

Sumber dan kuasa pelayanan Yesus di bumi adalah Roh Kudus. Kita sudah menunjukkan bahwa Allah diungkapkan sebagai Trinitas—tiga pribadi dalam satu Allah—Bapa, Anak, dan Roh. Dalam satu ayat ini, semua ketiga pribadi diidentifikasikan. Allah Bapa mengurapi Yesus Anak dengan Roh Kudus. Manifestasi kerja Allah pada manusia adalah kesembuhan.: “… Dia, yang berjalan sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis.” Ini rahasia dan sumber pelayanan Yesus.

Bahkan setelah kebangkitan, Yesus masih bergantung pada Roh Kudus. Ini fakta yang luar biasa. Dalam Kisah Para Rasul 1:1–2, Lukas memulai dengan kata‐kata ini, “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah‐Nya oleh Roh Kudus kepada rasul‐rasul yang dipilih‐Nya.”

Lukas berbicara tentang pelayanan Yesus selama empat puluh hari antara kebangkitan‐Nya dan kenaikan‐Nya ke surga. Dikatakan bahwa Yesus memberikan perintah kepada para rasul‐Nya melalui Roh Kudus. Yesus adalah contoh pola kita dalam bergantung total kepada Roh Kudus. Dia bergantung kepada Roh Kudus untuk kuasa‐Nya, mukjizat‐Nya, dan pengajaran‐Nya; Dia tidak melakukan apa‐apa selain yang berasal dari Roh Kudus. Tantangan pelayanan Yesus adalah tantangan kita untuk bergantung kepada Roh Kudus seperti yang Dia lakukan.

Yesus tidak hanya bergerak dalam kuasa Roh Kudus selama pelayanan‐Nya, tetapi juga menjanjikan agar para murid‐Nya menerima Roh Kudus yang memberikan kuasa dan inspirasi‐Nya. Dalam Yohanes 7:37–39, kita membaca, “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: ‘Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada‐Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada‐Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’ Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Di sini ada kontras besar yang dramatis. Kita pertama dipresentasikan sebagai seorang yang haus: “Barangsiapa haus.” Lalu, melalui Roh Kudus yang akan datang dan tinggal, orang yang sama ini, yang haus dan kekurangan, menjadi saluran “aliran-aliran air hidup”. Ia tidak lagi kekurangan, bahkan menjadi sumber yang memberi melalui Roh Kudus. Bagi setiap orang percaya, Roh Kudus adalah sumber tak terbatas.

Penulis Injil memperjelas bahwa walaupun janji sudah diberikan selama pelayanan Yesus di bumi, itu tidak akan dipenuhi sampai Yesus sudah dimuliakan. Ia berkata, “Sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.”

Dalam Yohanes 14:15–18, Yesus berkata kepada para murid-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama‐lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.”

Ada beberapa hal penting perlu kita perhatikan di sini. Pertama, Yesus berkata, “Bapa … akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain.” Apa arti dari kata “lain” dalam konteks ini? Yesus, sebagai pribadi, sudah bersama murid‐murid‐Nya selama tiga setengah tahun. Dia berkata, “Sekarang, sebagai pribadi Aku akan meninggalkan kamu. Namun ketika Aku pergi, pribadi lain, Roh Kudus, akan datang menggantikan Aku.

Kedua, Dia menggunakan kata khusus untuk menggambarkan Roh Kudus yang diterjemahkan sebagai “Penasihat”. Kata Yunaninya adalah parakletos. Terjemahan lain “Penghibur” dan “Penolong”. Di sini kita memiliki tiga konsep yang berhubungan: penasihat, penghibur, dan penolong.

Ketiga, Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus akan tinggal dengan para murid‐Nya selama‐lamanya. Sekali lagi, ada kontras dalam hubungan‐Nya dengan para murid‐Nya. Pada dasarnya Dia berkata, “Aku sudah bersamamu selama tiga setengah tahun. Aku pergi sekarang, dan hatimu bersedih. Kamu merasa kamu akan ditinggalkan tanpa pertolongan. Namun Aku akan mengirim seorang Penolong lain kepadamu, Roh Kudus, dan ketika Dia datang, Dia tidak akan pernah meninggalkan kamu. Dia akan bersamamu selama‐lamanya.” Implikasi di sini tanpa Roh Kudus, mereka ditinggal sebagai yatim piatu tanpa seorang peduli kepada mereka, menolong atau mengarahkan mereka. Namun, melalui Roh Kudus, seluruh pemeliharaan Allah disediakan bagi mereka.

Dalam diskursus yang sama, Yesus kembali ke tema ini: “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”

Yesus pergi, namun ada pribadi lain datang menggantikan‐Nya. Dalam Yohanes 16:12–15, Yesus kembali ke pesan vital ini: “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri‐Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar‐Nya itulah yang akan dikatakan‐Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal‐hal yang akan datang.

Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima‐Nya dari pada‐Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima‐Nya dari pada‐Ku.”

Sejak janji itu dipenuhi, Roh Kudus sekarang menjadi penghuni perwakilan pribadi Allah di bumi. Dia penerjemah, pemberi pewahyuan, dan pengelola bagi Bapa dan Anak. Yesus berkata, “Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima‐Nya dari pada‐Ku.” Ia menambahkan, “Apa yang Aku punya,” karena “Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya.” Oleh karena itu, Roh Kudus adalah penerjemah, pemberi pewahyuan, dan pengelola atas semua yang Bapa dan Anak miliki—semua diwahyukan, diterjemahkan, dan dikelola oleh Roh Kudus.

Apa yang terjadi pada Pentakosta? Ingat Yohanes Pembaptis memperkenalkan Yesus sebagai Pembaptis dalam Roh Kudus. Penting bagi Israel. Kedua, Roh Kudus adalah sumber kuasa seluruh pelayanan dan pengajaran Yesus; Yesus bergantung secara total kepada Roh Kudus. Ketiga, Yesus menjanjikan kepada para murid‐Nya ketika Dia kembali ke surga, Dia akan mengutus Roh Kudus untuk mengganti‐Nya sebagai penghuni perwakilan pribadi‐Nya dalam diri para murid—menjadi paraclete mereka—penasihat, penghibur, atau penolong—”seseorang yang disebut pendamping untuk menolong mereka”.

Kita akan membahas pemenuhan janji Yesus ini. Khususnya, kita akan mempelajari hal luar biasa yang terjadi ketika Roh Kudus turun pada hari Pentakosta. Seperti banyak janji dalam Alkitab, janji Roh Kudus ini tidak dengan lengkap dipenuhi dalam satu kejadian; namun, dipenuhi dalam beberapa fase. Fase pertama terjadi pada Minggu Paskah, pada hari kebangkitan Yesus. Dalam Yohanes 20:19–22, kita membaca, “Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid‐murid Yesus di suatu tempat dengan pintu‐pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang‐orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung‐Nya kepada mereka. Murid‐murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.’ Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus.’”

Ayat ke 21 adalah suatu pernyataan penting. Kata Yunani untuk Roh, pneuma, juga berarti “nafas” atau “angin”. Tindakan menghembusi mereka dihubungkan dengan kata–‐kata Yesus, “… Ia menghembusi mereka dan berkata: ‘Terimalah nafas Kudus’ (Roh Kudus, nafas Allah).”

Ini satu dari fase yang paling kritis dan menentukan dalam seluruh solusi maksud penebusan Allah. Apa yang terjadi pada saat yang dramatis ini? Pertama, saat itu, murid‐murid pertama itu menerima keselamatan Perjanjian Baru. Dalam Roma 10:9, Paulus meletakkan syarat dasar untuk keselamatan, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan.”

Yohanes 20:19–22 adalah saat pertama di mana para murid benar‐benar percaya Allah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Sampai waktu itu mereka belum bisa menerima keselamatan seperti yang dipresentasikan dalam Perjanjian Baru. Baru ketika mereka mengaku Yesus sebagai Tuhan dan percaya bahwa Allah sudah membangkitkan‐Nya dari antara orang mati, mereka diselamatkan dengan keselamatan Perjanjian Baru.

Hal kedua yang terjadi adalah para murid diregenerasi atau dilahirkan kembali. Mereka menjadi ciptaan baru. Setiap orang pindah dari ciptaan lama ke dalam ciptaan baru melalui embusan napas Allah. Untuk mengerti ini, kita harus melihat kembali penggambaran penciptaan awal manusia dalam Kejadian 2:7, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (atau jiwa yang hidup).”

Penciptaan pertama manusia terjadi ketika Allah mengembuskan Roh Kehidupan (napas kehidupan atau Roh Kudus) ke dalam bentuk tubuh tanah liat yang berada di tanah itu. Embusan napas Allah, Roh Kudus, mentransformasi bentuk tubuh tanah liat itu menjadi jiwa yang hidup. Nas dalam Yohanes berbicara mengenai ciptaan baru, seperti digambarkan Paulus dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru.” Ada paralel langsung antara ciptaan pertama dan ciptaan baru.

Dalam ciptaan baru, Yesus adalah Tuhan yang dibangkitkan dan Juruselamat yang sudah mengalahkan dosa, kematian, neraka, dan Iblis. Sesudah melakukan itu, Dia muncul kepada para murid‐Nya dan mengembuskan ke dalam mereka napas kebangkitan hidup. Ini jenis hidup baru, yang sudah menang atas semua kekuatan jahat, kematian, dan dosa. Melalui pengalaman ini, para murid mati dari hidup lama dan menerima keselamatan Perjanjian Baru, menjadi ciptaan baru dalam Kristus, melalui napas kebangkitan hidup yang diterima dari Yesus.

Namun, penting untuk dimengerti bahwa bahkan sesudah pengalaman Minggu Paskah ini, pemenuhan total dari janji Roh Kudus belum terjadi. Sesudah kebangkitan, Yesus berkata kepada para murid dalam Lukas 24:49, “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa‐Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”

Tidak lama sebelum kenaikan‐Nya ke surga dan hampir empat puluh hari sesudah Minggu Kebangkitan, Yesus berkata kepada mereka, “Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.”

Berdasarkan ini kita melihat Minggu Kebangkitan bukan pemenuhan total dari janji. Hampir semua teolog dan komentator Alkitab sepakat bahwa pemenuhan final dan lengkap dari janji Yesus terjadi pada hari Pentakosta yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 2:1–4, “Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba‐tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah‐lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing‐masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa‐bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.”

Pentakosta adalah manifestasi sesungguhnya dan pemenuhan janji Yesus. Roh Kudus turun dari surga, sebagai pribadi, dalam bentuk angin besar, memenuhi setiap orang dari mereka secara individu, dan memberi setiap orang ucapan kata-kata supernatural baru dalam bahasa yang mereka belum pelajari.

Pada akhir dari pasal Kisah Para Rasul, Petrus memberikan penjelasan teologikal apa yang terjadi, “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini” (Kisah Para Rasul 2:32–33).

Lagi, seluruh tiga pribadi dari Trinitas ada dalam ayat ini. Yesus Anak menerima Roh Kudus dari Bapa dan mencurahkan Roh Kudus ke atas para murid yang menunggu di ruangan di Yerusalem. Pada titik itu, pemenuhan final dari janji kedatangan Roh Kudus terjadi. Roh Kudus sendiri dilepaskan dari surga oleh Bapa dan Anak bersama‐sama dan turun ke atas para murid yang menunggu di ruangan Yerusalem.

Perhatikan bahwa pada titik ini, Yesus tidak hanya dibangkitkan, tetapi juga ditinggikan dan dimuliakan. Ingat, juga, bahwa dalam Yohanes 7:39, penulis Injil menunjukkan bahwa janji Roh Kudus tidak bisa dipenuhi sampai Yesus dimuliakan.

Kita dikonfrontasi dengan dua Minggu gemilang yang dramatis. Pertama adalah Minggu Paskah, di mana kita memiliki Kristus yang dibangkitkan dan Roh yang diembuskan. Kedua adalah Minggu Pentakosta, di mana kita memiliki Kristus yang dimuliakan dan Roh yang dicurahkan. Ingat, masing‐masing contoh adalah pola yang diperuntukkan bagi semua orang percaya, bahkan pada hari ini.

Kita ringkas pentingnya dari kejadian‐kejadian yang kita sudah pelajari. Pada hari Pentakosta, Roh Kudus turun ke bumi sebagai pribadi. Dia sekarang penghuni, perwakilan pribadi Allah di bumi. Sudah menjadi hukum bahwa hanya satu pribadi dari Allah bisa menjadi penghuni di bumi pada satu waktu; untuk beberapa tahun, Yesus Anak. Namun, ketika Yesus pergi kembali ke surga, Dia berjanji pribadi lain akan datang menggantikan-Nya yang akan tinggal dengan kita selama‐lamanya. Janji itu dipenuhi pada hari Pentakosta. Yesus Anak, sebagai pribadi, sudah kembali ke Bapa di surga. Oleh karena itu, sejak Bapa dan Anak bersama‐sama, Roh Kudus datang untuk menggantikan Yesus.

Roh Kudus sekarang tinggal di mana? Ada dua jawaban. Pertama, Dia tinggal di gereja yang adalah tubuh Kristus. Paulus bertanya kepada orang‐orang percaya di Korintus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” Paulus berbicara di sini mengenai tubuh Kristus sebagai bait Roh Kudus.

Kedua, dalam 1 Korintus 6:19, Paulus mengatakan sesuatu bahkan lebih dramatis. Ia mengungkapkan bahwa bukan hanya tubuh Kristus tempat tinggal Roh Kudus. Tujuan Allah adalah agar tubuh setiap orang percaya juga menjadi tempat tinggal Roh Kudus. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah.”

Itu salah satu pernyataan yang paling mendebarkan hati dalam Alkitab. Jika kita adalah orang-orang percaya dalam Yesus Kristus, tubuh fisik kita menjadi tempat tinggal Allah Roh Kudus.

 

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply