Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Natal, Sang Firman Turun ke Bumi




eBahana.com – Natal bukanlah perayaan, lebih tepat disebut peringatan. Kita mengingat kasih-Nya yang besar. Dia meninggalkan surga, turun ke bumi memberi keselamatan kekal. Itulah Natal.

Sejak Natal diperingati oleh gereja sekitar abad keempat Masehi, Natal menuai kritik dari banyak pihak. Beragam alasan diungkapkan. Namun, di sini saya menjelaskan esensi Natal yang sesungguhnya. Natal adalah peristiwa turunnya Firman ke bumi. Firman itu telah menjadi daging melalui perawan Maria. Kitab Suci mengatakan, “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14).

Natal dapat juga dikatakan peristiwa pewahyuan Allah secara penuh. Sebuah peristiwa pembaruan, yakni peristiwa penebusan. Sejak awal, Allah menciptakan manusia bukan karena kebutuhan-Nya, melainkan karena kasih-Nya. Untuk itulah ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Allah berusaha mengembalikan manusia itu pada posisinya semula.

Sejatinya, Natal telah dinubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama (PL). Dalam Kejadian 3:15 dikatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” Di sana disebutkan tentang keturunan perempuan. Mengapa dikatakan keturunan perempuan? Karena memang Yesus tidak berasal dari benih laki-laki. Yesus tidak berasal dari hubungan biologis pria dan wanita. Itulah sebabnya ketika Yesus lahir Alkitab mencatat Dia dikandung dari Roh Kudus.

Harus Diperingati
Di luar sana berkembang pemahaman bahwa Natal tidak perlu diperingati. Menurut saya, pemahaman seperti itu tidak tepat. Memang ada yang memperingati Natal dengan konsep yang keliru. Orang mengatakan Natal itu merayakan kelahiran Yesus, karena itu harus dilakukan secara besar-besaran. Sebenarnya saya lebih senang menyebutnya peringatan dan bukan perayaan. Kalau perayaan itu identik dengan pesta.

Lalu, apakah dengan adanya ekses negatif itu lalu kita mengatakan Natal tak usah diperingati? Seharusnya tidak demikian. Natal harus diperingati oleh umat Tuhan.

Saya mengatakan dengan jujur bahwa saya tidak tahu pasti kapan persisnya Yesus dilahirkan (tapi, antara akhir Desember—awal Januari, sebelum ditetapkan 25 Desember, gereja perdana-Orthodox-memperingati Natal setiap 6 Januari).

Namun, tanggal, tahun, dan bulan kelahiran bukanlah esensi. Esensi yang harus ditangkap adalah kelahiran Yesus tersebut adalah fakta, bukan legenda, dan bukan pula maya. Yesus sungguh-sungguh lahir di dunia.

Dalam sejarah kita belajar, sekitar abad ke-4/5, gereja merayakan pada 25 Desember sebagai hari Natal. Mengapa tanggal 25 yang adalah lahirnya dewa matahari diperingati sebagai hari Natal? Ini sebuah inkulturasi. Inkulturasi itu artinya kita menggunakan budaya setempat, suatu budaya lokal, tetapi isi dari budaya itu diganti dengan sesuatu yang baru.

Gereja memakai tanggal itu agar orang-orang kafir dapat mengikut Kristus. Tuhan Yesus mengatakan Akulah Terang Dunia. Dalam hal ini gereja tidak berlaku sinkretis. Gereja tidak mencampuradukkan antara budaya dan firman Tuhan. Sejatinya yang terjadi adalah inkulturasi.

Kalau ada orang Kristen tidak merayakan Natal, berarti ia mengingkari fakta sejarah. Sejarah mencatat Sang Firman betul-betul telah turun ke dunia. Dia adalah Yesus. Dengan demikian, keselamatan juga betul-betul terjadi. Keselamatan dalam Kristus, bukan hanya impian. Namun,
peristiwa Natal meneguhkan bahwa keselamatan dalam Yesus adalah pasti.

Di sisi lain, sebagian orang menolak Natal karena pikirnya Kristus belum datang. Persoalannya, apakah Anda percaya Alkitab atau tidak? Kalau Anda percaya Alkitab sebagai firman Tuhan seharusnya percaya juga pada yang tertulis di dalamnya. Alkitab katakan firman telah turun ke bumi. Dia, Yesus Kristus Tuhan dan Juru Selamat dunia.

Penulis, Romo Lazarus Bambang Sucanto, MTS adalah imam di Gereja Orthodoks Indonesia
(GOI) di bawah Keuskupan Agung Hong kong dan Asia Tenggara serta Kepatriatan Oikumenis
Konstantinopel. 



Leave a Reply