Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bukan Melayani Hukum Dosa




eBahana.com – Banyak orang Kristen salah memahami maksud Paulus dalam Roma 7:26. Dalam ayat itu Paulus mengatakan, “Dengan akal budiku aku melayani hukum Allah.” Kata “akal budi” dalam teks aslinya adalah nous (νους) yang sama artinya dengan pikiran. Adapun kata “melayani” dalam teks aslinya adalah douleuo (δουλεύω) yang artinya diperbudak/ dibelenggu/diperhamba, hal ini sama dengan “menundukkan diri”. Paulus mengatakan bahwa dengan akal budinya ia melayani hukum Allah, artinya Paulus menundukkan
pikirannya pada kehendak Allah. Paulus melakukannya dengan sengaja dan sadar. Ini berarti Paulus harus menggerakkan dirinya sendiri untuk menundukkan pikirannya kepada kehendak Allah.

Kemudian Paulus menyatakan, “… tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.” Tubuh insani
dalam teks aslinya adalah sarks (σαρξ) yang menunjuk pada daging yang memuat “kodrat dosa”, yang
dalam teks aslinya adalah nomo hamartias (νομω αμαρτιας). Hal ini sulit dimengerti sebab bagaimana
Paulus juga menundukkan diri pada hukum dosa. Dalam teks aslinya, Roma 7:26 tertulis: ara oun autos ego to men noi douleo nomo theou te de sarki nomo hamartias (Αρα οὖν αὐτὸς ἐγὼ τῷ μὲν νοῒ δουλεύω νόμῳ
θεοῦ τῇ δὲ σαρκὶ νόμῳ ἁμαρτίας). Kalau kalimat Roma 7:26 dibagi dalam dua bagian, bagian pertama berbunyi: Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, dan kalimat berikutnya adalah: tetapi dengan
tubuh insaniku aku melayani hukum dosa. Kalimat pertama memuat kata douleuo, tetapi di kalimat kedua
tidak terdapat kata douleuo. Memang kata douleuo bisa digunakan dalam dua kalimat tersebut, tetapi kita
harus berhati-hati agar jangan menimbulkan kesan seakan-akan Paulus (sengaja) menundukkan diri pada dosa untuk menuruti atau melayani kodrat dosa.

Kalau kita teliti, sebenarnya Paulus menundukkan pikirannya pada hukum kesucian Allah, dan sebenarnya ia tidak mengatakan bahwa dirinya sengaja menundukkan diri pada hukum atau kodrat dosa. Ada bagian penting di kalimat pertama, yaitu ego to men (ἐγὼ τῷ μὲν), yang artinya “aku sendiri dengan sungguh-sungguh”. Supaya tidak salah mengerti yang dimaksud Paulus dalam Roma 7:26, mestinya ayat ini diterjemahkan: Aku
sendiri dengan sungguh-sungguh menundukkan pikiranku pada hukum kesucian Allah, sementara aku masih tinggal dalam tubuh yang ada dalam kodrat dosa. Kalimat ego to men, hanya ada di kalimat pertama, tetapi tidak ada pada kalimat kedua. Hal ini mengisyaratkan bahwa hal melayani hukum dosa bukanlah tindakan
yang sengaja dilakukan. Hukum dosa atau kodrat dosa yang ada dalam kehidupan kita harus diubah menjadi kodrat ilahi agar kita dapat disebut sebagai anak-anak Allah.

Jadi, sementara Paulus sungguh-sungguh bermaksud menundukkan dirinya pada kehendak Allah, sementara itu juga ia masih ada dalam daging yang memiliki godaan untuk melawan kehendak Allah atau ia masih ada dalam kodrat dosa. Dalam logika sederhana saja sangat jelas bahwa sangatlah tidak mungkin Paulus yang menasihati jemaat untuk hidup menurut roh, tetapi dirinya sendiri tunduk pada hukum dosa. Dalam tulisannya ini Paulus dengan jujur mengakui bahwa dalam tubuhnya masih ada kodrat dosa. Itulah sebabnya
Paulus berseru, “Aku, manusia celaka” dalam Roma 7:24. Kata celaka dalam teks aslinya adalah talaiporos (ταλαίπωρος). Kata talaiporos artinya “aku harus bekerja keras”. Adapun untuk kata celaka yang benar-benar
mendatangkan “bencana atau kecelakaan” dalam bahasa Yunani menggunakan kata ouai (οὐαί). Jadi, kata celaka di Roma 7:26 menunjukkan bahwa Paulus harus bekerja keras menaklukkan kodrat dosanya.

Kalau seseorang salah memahami ayat Roma 7:26, ia memiliki kecenderungan menoleransi atau berkompromi dengan perbuatan dosa yang masih dilakukan, dengan alasan bahwa Paulus sendiri masih melayani hukum dosa. Itulah sebabnya banyak orang Kristen juga berpikir bahwa selama di dunia ini, tidak mungkin seseorang
dapat mencapai kesempurnaan. Mereka berpikir bahwa dosa adalah bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan. Ini pandangan yang sangat keliru dan menyesatkan. Oleh sebab itu, dengan tulisan ini diharapkan
pengertian kita dapat dicerahkan guna melakukan kehendak Bapa.

Oleh Pdt. Dr. Erastus Sabdono.



Leave a Reply