Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Bersyukur, Menaikkan Puji-­Pujian & Penyembahan




eBahana.com – Kita tidak dapat memiliki jalan ke hadirat Tuhan tanpa “ucapan syukur.” Ucapan syukur, pujian dan penyembahan adalah jalan untuk menghampiri Allah dan membangun hubungan dengan Allah. Setiap tindakan dari ketiganya menghubungkan kita dengan Allah dengan cara yang berbeda-beda.

Dengan mengucap syukur kita mengakui “kebaikan Allah”. Dengan memuji kita mengakui “kebesaran Allah”. Dengan menyembah kita mengakui “kekudusan Allah” yang adalah tingkat tertinggi dari jiwa manusia.

Ibrani 12:28 berkata “Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada-­Nya, dengan hormat dan takut.”

Kata Yunani untuk “terima kasih” adalah charis atau kasih karunia. “Kasih karunia” berhubungan dengan
“ucapan syukur”. Kita tidak bisa berada dalam “kasih karunia” Allah tanpa mengucap syukur. Ada hubungan
langsung antara kasih karunia dan mengucap syukur.

Kolose 3:13-­15 berkata “Dan bersyukurlah”.

Bersyukur adalah suatu perintah bukan pilihan.

Mengucap syukur adalah perintah. Dalam melakukan apapun kita harus mengucap syukur. Mengucap syukur
bukan pilihan, namun perintah.

Efesus 5:18-­20 berkata “Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus
Kristus kepada Allah dan Bapa kita”.

Kita harus selalu mengucap syukur kepada Allah ketika kita dipenuhi dengan Roh Kudus.

Tesalonika 5:16-­18 berkata “Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”.

Kita harus selalu bersuka cita, dalam segala sesuatu mengucap syukur, kalau tidak kita berada diluar
kehendak Allah. Kita harus merespon perintah Allah agar bersuka cita dan mengucap syukur.

Filipi 4:2 berkata “Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-­jagalah sambil mengucap syukur.”

Mazmur 100:4 berkata “Masuklah melalui pintu gerbang-­Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran­-Nya dengan puji-­pujian, bersyukurlah kepada-­Nya dan pujilah nama-Nya!.”

Masuk gerbang-­Nya dengan mengucap syukur dan pelataran-­Nya dengan puji-­pujian, Allah memberi perintah ini dan tidak akan merubahnya.

Mazmur 100:5 berkata “Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-­Nya untuk selama-­lamanya, dan kesetiaan-­Nya
tetap turun temurun.”

Tuhan itu baik dan kasih setia-­Nya untuk selama-­lamanya.

Mengucap syukur adalah kunci untuk membuka “kuasa supernatural Allah.”

Yohanes 6:10-11 berkata “Maka duduklah orang-­‐orang itu, kira-­‐kira lima ribu laki-­‐laki banyaknya.

Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-­bagikannya kepada mereka yang duduk di
situ, demikian juga dibuat-­Nya dengan ikan-­ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.”

Yesus mengucap syukur kepada Bapa, perhatikan Dia tidak berdoa, Dia hanya mengucap syukur, mukjizat
terjadi ketika kita mengucap syukur.

Demikian pula waktu Yesus membangkitkan Lazarus, Yesus berkata kepada Bapa di sorga, Aku mengucap syukur kepada-­Mu, Ia lalu membangkitkan Lazarus, doa-doa yang penuh kuasa di Alkitab sangat pendek.

Kebalikan dari mengucap syukur adalah “tidak” bersyukur.

Roma 1:21 berkata “Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau
mengucap syukur kepada-­Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-­sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.”

Ini menunjukan menurunnya dan degradasi umat manusia, walaupun mereka mengetahui Allah, mereka tidak tidak memuliakan Allah dan tidak mengucap syukur kepada-­Nya. Setiap kali kita tidak mengucap syukur, kita mendegradasi diri kita sendiri.

2 Timotius 3:2 berkata “Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan
membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama.”

Ketahuilah ini di masa dunia yang makin sulit, manusia akan mencintai uang, mencintai diri mereka sendiri, tidak berterima kasih, dan tidak kudus.

Kebalikan dari mengucap syukur adalah “mengeluh”, jika kita mengucap syukur kita “tidak” akan mengeluh.

1 Korintus 10:10 berkata “Dan janganlah bersungut-­sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.”

Ini suatu peringatan bagi orang-­orang Kristen mengenai kesalahan yang sama yang dibuat bangsa Israel ketika keluar dari Mesir.

Dalam Bilangan 21 dikatakan “Bangsa Israel menjadi tidak sabar dan mengeluh terhadap Allah.”

Mengucap syukur atau tidak bersyukur adalah suatu “pilihan”, kita harus melatih diri kita untuk bersyukur
kepada Allah.

1. Dengan bersyukur kita mengakui kebaikan Tuhan.

2. Dengan memuji kita mengakui kebesaran Tuhan.

3. Dengan menyembah kita mengakui kekudusan Tuhan.

Mazmur 48:1 berkata “Besarlah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita!”

Ayat ini mengakui kebesaran Allah.

Mazmur 100:1-­5 berkata “Bersorak-­soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-­Nya dengan sorak sorai!

Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-­Nya dan
kawanan domba gembala-­Nya.

Masuklah melalui pintu gerbang-­Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-­Nya dengan puji-­pujian,
bersyukurlah kepada-­Nya dan pujilah nama-­Nya!

Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-­Nya untuk selama-­lamanya, dan kesetiaan-­Nya tetap turun temurun.

Bersyukur adalah langkah pertama untuk menghampiri Tuhan, langkah kedua adalah menaikkan puji-­pujian, lebih banyak kita menaikkan pujian “lebih mudah” kita mengajukan permohonan-­permohonan doa kita, karena Tuhan itu baik.

Yesaya 60:18 berkata “Tidak akan ada lagi kabar tentang perbuatan kekerasan di negerimu, tentang kebinasaan atau keruntuhan di daerahmu; engkau akan menyebutkan tembokmu “Selamat” dan pintu-­
pintu gerbangmu “Pujian”.”

Ini adalah gambaran kota Allah dimana kita memperoleh keselamatan melalui Yesus. “Tembok” adalah keselamatan dan “gerbang” adalah pujian. “Tanpa pujian” tidak ada jalan menghampiri Allah, tidak ada akses.

7 Ayat-­Ayat tentang Pujian:

1. Mazmur 22:4, “Engkaulah Yang Kudus bersemayam di atas ‘puji-­pujian’ orang Israel.”

Ketika kita memuji Tuhan kita membangun takhta, kita tidak akan mengenali Allah sebagai penguasa sampai
kita memuji Dia.

Tuhan harus diperlakukan dengan cara demikian, dalam bahasa Ibrani, ketika kita memuji Allah, kita membangun sebuah “takhta”, kita tidak akan mengakui kedaulatan-­Nya sebagai Raja sampai kita “memuji” Dia.

2. Mazmur 106:47 berkata “Selamatkanlah kami, ya Tuhan, Allah kami, dan kumpulkanlah kami dari antara
bangsa-­bangsa, supaya kami ‘bersyukur’ kepada nama-­Mu yang kudus, dan bermegah dalam ‘puji-­pujian’
kepada-­Mu.”

Kita memperoleh kemenangan setelah mengucap syukur dan menaikkan puji-­pujian. Kita merayakan kemenangan yang “sudah” dimenangkan oleh Tuhan.

3. Mazmur 30:11-­12 berkata “Dengarlah, Tuhan, jadilah penolongku! Aku yang meratap telah Kau ubah
menjadi orang yang menari-­nari, kain kabungku telah Kau buka, pinggangku Kau ikat dengan sukacita.”

Mazmur 16:9 berkata “Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-­‐sorak, bahkan tubuhku akan diam
dengan tenteram.”

Kisah Para Rasul 2:26 mengutip Mazmur 60:9.

Lidah kita untuk memuji Tuhan.

Yesaya 61:3 berkata “Untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-­pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka pohon terbantin kebenaran, tanaman Tuhan untuk memperlihatkan keagungan-­‐Nya.”

Nyanyian puji-­pujian “menyembuhkan” depresi dan “menyingkirkan” roh yang menekan, opresi, stress dan lain-­lain.

4. Yeremia 33:11 berkata “Akan terdengar lagi suara kegirangan dan suara sukacita, suara pengantin laki-­laki dan suara pengantin perempuan, suara orang-­orang yang mengatakan: Bersyukurlah kepada Tuhan semesta alam, sebab Tuhan itu baik, bahwasanya untuk selama-­lamanya kasih setia-­Nya! Sambil mempersembahkan korban syukur di rumah Tuhan. Sebab Aku akan memulihkan keadaan negeri ini seperti dahulu, firman Tuhan.”

Korban puji-­pujian, tidak selalu mudah, membutuhkan pengorbanan.

Ibrani 13:15-­16 berkata “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-­Nya.”

Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-­korban yang demikianlah yang
berkenan kepada Allah.

Korban pujian membutuhkan pengorbanan, tidak selalu mudah, Ibrani 13:15-­16 mengingatkan agar kita terus mempersembahkan korban, jangan pernah berhenti, bahkan ketika segala sesuatunya bertentangan.

5. Mazmur 8:2 berkata “Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya nama-­Mu di seluruh bumi! Keagungan-­Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.”

Ada cara untuk membungkam setan, Allah memaksa setan untuk bungkam ketika kita menaikkan puji-­pujian, karena setan selalu “mendakwa” dan “menuduh” manusia.

Matius 21:16 adalah “pelayanan Yesus terakhir mentahbiskan puji-­pujian.”

Lalu mereka berkata kepada-­Nya: “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-­anak ini?” Kata Yesus kepada
mereka: “Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-­bayi dan anak-­anak yang menyusu
Engkau telah menyediakan puji-­pujian?”

6. Mazmur 50:23 berkata “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.”

Dia menyediakan jalan keselamatan bagi mereka yang memuji Dia. Dalam 2 Tawarikh 20 dikatakan ketika
mereka bernyanyi dan menaikkan pujian mereka mengalahkan musuh, terjadi “kuasa supernatural” yang sangat besar.

7. Yunus 2:9-­10 berkata “Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-­Mu; apa
yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!

Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.”

Yunus diselamatkan ketika ia “menaikkan puji-­pujian….”

Kisah Para Rasul 16:25-­26 menceritakan “Tetapi kira-­kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan
menyanyikan “puji-­pujian” kepada Allah dan orang-­orang hukuman lain mendengarkan mereka.

Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-­sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.”

Ketika mereka “berdoa dan menyanyi” di penjara…terjadi “kebebasan supernatural…”

Kapan kita harus menaikkan puji-­pujian kepada Allah? Jawabannya, setiap hari, setiap waktu dan selama-­‐
lamanya.

Bagaimana cara kita menaikkan puji-­pujian? “Dengan segenap hati” dan dengan pengertian, dengan mengangkat tangan, dengan mulut dan bibir yang penuh sukacita, dan dengan mempersembahkan korban.

Mazmur 148 mengingatkan “Seseorang yang tidak memuji Tuhan secara spiritual mati.”

Menaikkan puji-­pujian dan syukur keluar dari mulut, kita berkata-­kata, menyanyi, dan mengucapkan doa.

Namun “penyembahan berbeda”, penyembahan, menggambarkan “sikap tubuh”, menundukkan kepala, bagian tubuh, dan tangan, Ibrani bukan bahasa yang abstrak, berlutut sikap yang jelas, menyembah juga, dengan muka ke tanah di hadapan takhta Tuhan,” kita tidak memiliki hikmat dan kebenaran tanpa Tuhan.”

Yesaya 6:2-­3 menceritakan “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang
tinggi dan menjulang, dan jubah-­Nya memenuhi Bait Suci.

Para serafim berdiri di sebelah atas-­Nya, masing-­masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-­layang.

Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya:

“Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-­Nya!”

Yesaya 6:2-­3 menggambarkan penyembahan surgawi, kudus, kudus, kudus, menyembah dan memuji, serafim memiliki 6 sayap, 2 untuk menutupi muka dan 2 untuk menutupi kaki menyembah, 2 sayap untuk melayani, menyembah dan melayani.

Matius 4:10 mencatat “maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Engkau harus “menyembah” dan “berbakti” kepada Allah,” keduanya tidak bisa dipisahkan.”

Mazmur 95:1-­7 menjelaskan “mengucap syukur dan memuji” adalah alasan kenapa kita harus berdoa mengucapkan terima kasih kepada Allah. Ketika kita menyembah, kita berdiam diri mendengar suara Allah.

Yohanes 4:23-­24 menjelaskan “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-­
penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-­‐
penyembah demikian.”

Allah Mahabesar harus di sembah dalam roh dan kebenaran, roh kita berhubungan langsung kepada Allah, tanpa Roh Kudus kita tidak bisa berkomunikasi dengan Allah, dan kebenaran mensyaratkan ketulusan.

Imamat 2:1-­2 mengingatkan “Apabila seseorang hendak mempersembahkan persembahan berupa korban sajian kepada Tuhan, hendaklah persembahannya itu tepung yang terbaik dan ia harus menuangkan minyak serta membubuhkan kemenyan ke atasnya.

Lalu korban itu harus dibawanya kepada anak-­anak Harun, imam-­imam itu. Setelah diambil dari korban itu
tepung segenggam dengan minyak beserta seluruh kemenyannya, maka imam haruslah membakar semuanya itu di atas mezbah sebagai bagian ingat-­ingatan korban itu, sebagai korban api-­apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan.”

Ini sesuatu yang material tapi memiliki arti spiritual dalam mempersembahkan hidup kita kepada Allah.
Minyak dalam ayat ini melambangkan Roh Kudus dan membawa aroma wangi-­‐wangian kemenyan yang
mengacu pada penyembahan melalui Roh Kudus.

Penyembahan hanya dilakukan kepada Allah bukan kepada pengkhotbah atau pendeta atau siapapun atau
apapun

Imamat 2:11 mengingatkan “Suatu korban sajian yang kamu persembahkan kepada Tuhan janganlah diolah
beragi, karena dari ragi atau dari madu tidak boleh kamu membakar sesuatu pun sebagai korban api-­apian
bagi Tuhan.”

Arti ayat ini jika kita menyembah Allah kita harus tulus janganlah kita mengucapkan kata-­‐kata manis kepada
Allah yang tidak dapat kita pertanggungjawabkan.

1 Korintus 6:17 menjelaskan “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.”

Ketika kita “menyembahan” Allah…roh kita “bersatu” dengan Roh-­‐Nya.

Oleh Loka Manya Prawiro.



Leave a Reply