Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Refleksi dari Kisah Herodes Agung




Situasi politik ketika Yesus Kristus dilahirkan di Betlehem tanah Yudea, menurut laporan Matius 2:1-18, dalam situasi yang sangat sulit, yaitu pada zaman pemerintahan raja Herodes Agung. Konon Herodes Agung disebut sebagai pemimpin yang memiliki sindrom kekuasaan absolut. Sosok kepemimpinannya super sensitif, sehingga tidak ada dari kalangan masyarakat yang bolehmenyainginya. Jika ada orang yang berusaha menyaingi dirinya, maka hukumannya adalah mati. Dalam uraian ini, akan mengeksplorasi sejarah singkat tentang Herodes Agung serta berefleksi dari kisah tersebut. Uraian ini dianggap penting, karena kepemimpinan Herodes terkait erat dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus atau perayaan Natal. Setiap memperingati hari Natal, nama Herodes akan selalu muncul dan disebut.

 

HerodesAgung

Menurutcatatan Wycliffe bahwaRaja Herodes, yang disebut dalam kitab Matius pasal 2, merupakan sosok yang disebut juga sebagai Herodes Agung. Dia berasal dari keluarga Idumea keturunan putra Antipater, darisuku Edom, dandiangkat menjadi raja boneka oleh Roma padatahun 43 sM.Keluarga Idumea merupakan keluarga terpandang pada masanya, karena keluarga tersebut, memiliki kekayaan, pengaruh serta punya kekerabatan dengan tokoh-tokoh pembesar di Roma.

Orang Idumea sendiri merupakan keturunan Edom yang mendiami tanah Yudea yang disebut dalam Perjanjian Lama.Ada beberapa pengertian Edom, yaitu;Edom disebut sebagai nama lain dari Esau keturunan Isak (bandingkan Kejadian 25:30; 36:1, 8, dan 19).Edom juga diartikan sebagai kelompok bangsa(bandingkan Bilangan 20:18, 20, 21; kitab Amos 1:6). Edom diartikan sebagai wilayah yang diduduki olehketurunan Esau (bandingkan Kejadian 32:3; 36:20, 21, 30; kitab Bilangan 24:18).

Sejarah orang Idumea menjadi pemeluk agama Yahudi terjadi pada kisaran tahun 130-140 SM, yaitu pada saat Idumea ditaklukan oleh Yohanes Hirkanus dari keluarga Makabe. Pada masa penaklukan tersebut, semua warga Idumea wajib menaati hukum Torah atau hukum Yahudi yang diberlakukan pada saat itu. Jikalau tidak ditaati, maka pilihannya adalah harus hengkang atau keluar dari negeri itu. Momentum tersebut menjadi dasar Herodes Agung mengaku dan mengidentifikasikan dirinya sebagai pemeluk agama Yahudi. Meskipun, sesungguhnya secarahukum Torah, Herodes tidak masuk hitungan dalam kalangan Yahudi.

Jika melihat paparan dalam nats Matius 2:4-6, Herodes memiliki keyakinan bahwa ada Mesias yang akan dilahirkan. Hal ini terlihat dari tindakannya dengan mengundang semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi untuk dimintai keterangan mengenai lokasi kelahiran Mesias, Raja Israel. Berdasarkan laporan dan masukan dari pemuka agama Yahudi tersebut, Herodes Agung membuat keputusan untuk menghabisi anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah di seluruh Betlehem, karena tidak boleh ada pemimpin selain dirinya.

 

Kehidupan Herodes penuh gejolak

Herodes Agung mepraktikkan poligami sehingga setiap istrinyaberambisi agar anak-anak merekalah yang harus menggantikan posisi ayahnya.Berbagai intrik dilakukan oleh istri dan anak-anaknya di istana. Hal ini yang menimbulkan kecurigaan Herodes dan memicu aksi kekejamannya. Alasanya jelas, yaitu dia tidak mau digantikan oleh orang lain selagi dia masih hidup. Bahkan anaknya sendiripun tidak boleh menggantikan dirinya. Misalnya, pada tahun 7 SM, Herodes mengeksekusi mati anaknya dari hasil pernikahannya dengan Mariamme, yaitu Alexandros dan Aristobulos.Pada tahun 4 SM, atas persetujuan kaisar Augustus, Herodes juga mengeksekusi mati anaknya Antipatros dari istri pertamanya, Doris.

Kisah kekejaman Herodes lainnya, seperti yang dipaparkan sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus,yaitu mengeksekusi istrinya dan mertuanya sendiri. Atas dasar cemburu, Herodesmengajukan Mariamne ke pengadilan dengan tuduhan palsu, yaitu Mariamnemelakukan zina. Saudara perempuan Herodes, Salome danibu Mariamne, Alexandra, menjadi saksi utama yang memberatkan Mariamne atas tuduhan perzinahan tersebut. Akhirnya Mariamne dihukum mati pada usia 25 tahun.

Alasan ibu Mariamne muncul sebagai saksi yang memberatkanMariamne, agar dia bisa lolos dari target hukuman mati selanjutnya oleh Herodes, sebab ia mengetahui bahwa dirinya menjadi salah satu daftar yang akan dihukum mati berikutnya. Setelah eksekusi mati anaknya, Alexandra kemudian berupaya untuk mengkudeta kekuasaan Herodes dengan mendeklarasikan dirinya sebagai Ratu. Ia menyatakan bahwa Herodes secara mental sudah tidak layak lagi berkuasa. Atas tindakan Alexandra tersebut, Herodes menjatuhkan hukuman mati kepadanya tanpa melalui proses pengadilan.

Herodes juga mengambil tindakan keras pada kaum Farisi yang mengumumkan, bahwa ketika Mesias lahir, pemerintahan Herodes akan berakhir. Herodes juga menangkap dan menghukumberat para siswa Torah, karena siswa Torah tersebut menghancurkan patung elang emas yang ada di atas pintu masuk ke Bait Suci di Yerusalem. Para siswa Torah menghancurkan patung elang emas tersebut, karena para guru Farisi mengumumkan, bahwa patung tersebut adalah lambang Romawi yang diidentikkan dengan kekafiran.

Jika melihat paparan Matius 2:16 bahwa Herodes menyuruh untuk membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, maka hal ini sangat selaras dengan tempramen yang dimiliki oleh Herodes Agung. Tempramennya keras dan kejam. Ia rela menghabis siapapun yang mungkin menjadi saingannya. Tidak peduli, apakah itu istrinya, mertuanya atau anaknya sekalipun akan dihabisi demi kekuasaannya. Konon ceritanya, setelah Herodes mengetahui dirinya tidak disukai oleh rakyatnya, maka ia berencana pada saat kematiannya tiba, agar menangkap semua para pemuka agama yang ada di Yudea untuk dibunuh. Tujuannya agar kematiannya ditangisi oleh seluruh rakyat. Namun, perintah itu tidak pernah dilaksanakan.

 

Refleksi dari Kisah Herodes Agung

Ada beberapa hal yang bisa direfleksikan dari kisah Herodes Agung ini, diantaranya adalah kita bisa melihat sosok pemimpin yang hatinya sudah dikuasai keegoisan kekuasaan, maka tindakannya pun akan mengikuti. Dia menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Semua kebenaran yang merugikan dirinya akan ditolak. Meskipun yang hadir itu adalah kebenaran yang sesungguhnya.

Kedua, kita melihat Herodes sebagai pemimpin yang memakai otoritasnya hanya untuk memperalat orang lain. Seperti memperalatpara imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, sebagai perwakilanpemuka agama,dan orang majus dari Timur, yang mewakili “ilmuan”. Dia meminta petunjuk kepada pemuka agama dan meminta tolong kepada orang majus untuk menyelidiki fakta tentang kelahiran Mesias. Namun, lagi-lagi, itu dipakai untuk kepentingan kekuasaannya semata. Memperalat orang lain, agar bisa menghabisi orang yang dianggapnya sebagai saingannya.

Herodes tahu tentang kebenaran, namun dia justru menghabisi kebenara itu, demi memuaskan ego kekuasaannya. Ego ini terlihat adalah dalam Matius 2:16, yaitu ketikaHerodestahu, bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Ini salah satu ciri pemimpin yang egois, mau memperdaya orang lain, namun dia tidak mau untuk “diperdaya” orang ain. Dari uraian ini dapat kita lihat, apa yang ditabur oleh Herodes itu pula yang dia tuainya.

Bagaiman dengan kitasaat ini yang sedang memimpin di gereja, di institusi umum maupun di institusi Kristen, apakah kita justru mempraktikkan ciri kepemimpinan Herodes yang mengedepankan ego kekuasaan? Lalu, apakah ketika kebenaran menghampiri kita dan mengungkapkan kebenaran, justru respons kita bukannya tunduk pada kebenaran tersebut, melainkan menghabisi kebenaran itu, karena bertentangan dengan kebenaran ego kita? Melalui momen natal ini, mari kita mengoreksi kehidupan kita, agar semakin tunduk dan taat pada kebenaran, bukan memonopoli kebenaran.

 

Oleh: Ashiong P. Munthe

Dosen FIP Universitas Pelita Harapan

Email: apmunthe@gmail.com



Leave a Reply