Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Puasa & Pancasila: ‘Selamat Merayakan Bulan Suci Ramadhan, Saudaraku’




eBahana.com – Marhaban ya Ramadhan (selamat datang wahai bulan Ramadhan). Jumat, 24 April 2020 Ramadhan, bulan penuh berkah dan ampunan. Begitulah kiranya pengibaratan sebuah bulan suci bagi umat muslim. Namun ramadhan kali ini cukup berbeda dengan ramadhan-ramadhan sebelumnya di mana Indonesia dan dunia sedang dilanda pandemi Covid-19. Walaupun demikian semua umat Islam di dunia dan Islam Indonesia akan tetap melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Bulan Ramadhan suatu bulan yang agung, bulan yang suci, jika melakukan amal kebajikan maka nilai pahalanya yang sangat tinggi dan berlipat ganda. Puasa bulan Ramadhan itu ibadah yang sangat rahasia hanya Allah dan pelakunya yang tahu. Bertepatan dengan bulan ramadhan, seakan sekat-sekat hubungan sosial antar umat beragama terbuka sehingga menjalin sebuah rasa toleransi serta empati terhadap sesama bangsa Indonesia, dimana umat agama lain turut serta dalam kebahagiaan di bulan ramadhan. Hal ini terlihat dengan berbagai perilaku empati terhadap umat muslim, satu hal yang penulis pikir merupakan sebuah penghargaan dan mampu menjalin persatuan antar umat beragama didalam sebuah negara Indonesia. Dimana sebenarnya inilah tujuan daripada pendirian bangsa ini, sebagai sebuah samudera yang mampu menampung segala perbedaan menjadi satu untuk menjalin persatuan dan saling menghargai satu sama lain meskipun dari sisi privasi berbeda. Dari situlah akan tumbuh suatu kesadaran bahwa kehidupan bangsa ini tidak melulu mengenai perbedaan saja akan tetapi mengenai keindahan perbedaan tersebut sehingga perbedaan didalam diri bangsa ini bukanlah hal yang harus dipertentangkan sebab perbedaan ini adalah sebuah “rahmatan lil alamin” yang sengaja Tuhan turunkan dinegeri ini. Bertepatan dengan bulan ramadhan ini juga, rasanya adalah suasana yang pas untuk membangun komunikasi, persatuan, toleransi antar umat beragama.

Berbeda keyakinan tak menyurutkan niat Penulis, untuk mendukung keluarganya yang akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebagai Kristen, penulis juga ikut berbahagia menyambut datangnya bulan suci umat Islam tersebut. Sebab Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Momen sakral umat muslim ini juga disebut sebagai momentum perdamaian bagi seluruh umat. Bulan Ramadhan menjadi simbol perdamaian. Tak terkecuali bagi mereka yang berbeda agama sekali pun. Saling mendukung dalam beribadah meski tak seagama, merupakan sebuah toleransi yang ditunjukkan untuk menghormati keyakinan dan keimanan pemeluk agama lain. Seperti yang ditunjukkan oleh keluarga penulis. Penulis berasal dari keluarga yang berbeda suku dan agama.

Keluarga Penulis (dari pihak ibu) sangat menjunjung tinggi toleransi dalam beragama. Hal itu terlihat disaat Penulis memilih memeluk agama Kristen, tidak ada penghakiman, tidak ada hujatan, tidak ada ancaman. Penulis dan keluarga tetaplah keluarga. Agama tidak membuat kami menjadi terpisah. Hal yang sangat penulis ingat pesan dari Almarhum kakek penulis (Kakek Minto) pada waktu penulis berkunjung kala itu di Bagan Batu. Beberapa bulan sebelum meninggal, penulis bersama Alm beberapa kali mengobrol. Sambal terbaring di tempat tidur Alm berkata kepada saya “ Alm : le…(panggilan akrab untuk anak atau cucu laki-laki) kakek ate takon, kowe iki dadi Kristen dipokso bapa mama mu opo piye “ (artinya kakek mau nanya kamu jadi Kristen dipaksa bapak mama apa gimana) penulis berkata “ ora kek, aku ora dipokso bapa mama “ (artinya tidak kek saya tidak dipanksa bapa mama ). Lantas alm melanjutkan “ iku sing penting, agama ojo di dadek ke dolanan, kowe tetep cucuku, pesen ku..ne kowe ate melu nabi isa meluo sing tenanan, dadi pengikute nabi isa sing tenan ojo mek agama mu sing genti, nek kowe dadi pengikute nabi isa sing tenan kakek yo seneng lan ikhlas. Ojo ngawe isin keluargo tapi dadi kebanggaan keluargo men pun kowe saiki pengikute isa “ (artinya itu yang penting, agama jangan dijadikan mainan, kamu tetap cucuku, pesanku kalo kamu jadi pengikutnya Nabi Isa , ikutlah yang sungguh-sungguh dan benar, jangan agamamu saja yang ganti. Kalo kamu jadi pengikut isa yang benar, aku senang dan ikhlas. Jangan bikin malu keluarga tapi jadilah kebanggaan keluarga sekalipun kamu sekarang pengikutnya Nabi Isa “. Sejak memasuki usia SD kelas 2 penulis tinggal bersama Alm, bersama Bibik (Adek Mama) Bik Bodrex, Bi Narni, Bi welas. Ada banyak didikan, kenangan yang penulis ingat sampai sekarang, termasuk kenangan di kala penulis ikut berpuasa kala itu. Sekali waktu ketika penulis ikut bersama Lek Supri (Suami dari adik mama perempuan) mengantar sewa ke daerah Rejosari tepat ketika beduk buka puasa terdengar, penulis dan lelek berhenti sejenak di pinggir jalan untuk membeli pecal dan gorengan untuk berbuka puasa. Meski sekarang berbeda keyakinan, penulis tetap merasakan kehangatan dan dukungan kasih dari keluarga dengan saling mendukung dan menghormati masing-masing.

Tidak dapat dipungkiri momen-momen bulan Ramadhan, juga merupakan momen yang istimewa dan khusus bagi penulis. Penulis kembali diingatkan momen saat menjalani puasa kala itu buka puasa bersama, sholat tarawih bersama, sahur keliling kampung bersama puncaknya merayakan Idul Fitri dengan berkumpul bersama dengan keluarga besar. Mungkin inilah juga yang diharapkan dan dari saudara-saudari kita muslim pada umumnya untuk bisa berkumpul bersama di momen yang sakral ini tetapi menjadi terkendala dikarenakan situasi yang tidak mendukung saat ini. Penulis mendoakan keluarga dan para sahabat agar tetap lancar menjalankan ibadah puasa meski di tengah situasi pandemi wabah virus Corona. Mengutip apa yang disampaikan Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) telah mengimbau umat Islam untuk tidak menggelar buka puasa bersama di tengah wabah Covid-19. “Kita berharap buka puasa bersama ditiadakan, sholat tarawih dilaksanakan di rumah masing-masing, kemudian Nuzulul Qur’an juga ditiadakan, begitu juga tadarus di masjid akan ditiadakan,” pinta Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag RI, Kamaruddin Amin melalui keterangan pers daring, Jumat (10/4/2020). Pihaknya juga berharap selama bulan Ramadan, umat Islam di Indonesia tetap menjaga pembatasan sosial secara fisik guna memerangi COVID-19 dengan cara mencegah penyebarannya. “Mudah-mudahan pelaksanaan ibadah di rumah masing-masing Insyaallah tidak mengurangi kualitas ibadah kita, tidak mengurangi pahala kita karena kita sedang keadaan darurat,”.

Kepada keluargaku, saudara-saudari ku umat Islam di seluruh dunia izinkan saya menyampaikan salam: As-salāmu ʻalaykum! Salam sejahtera untuk kalian semua! Atas nama Pancasila, dengan penuh sukacita kami menyampaikan ucapan selamat kepada kalian semua yang mulai merayakan bulan suci Ramadhan. Dalam bulan suci ini, kalian sungguh-sungguh lapar dan haus akan Allah (swt) sebagaimana ditunjukkan melalui puasa harian kalian yang ketat. Seperti tertulis dalam al-Qur’ān, hal utama yang diwahyukan kepada kalian di bulan ini: “Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu semakin menyadari kehadiran Tuhan” (Q. 2:183). Dengan menjadi lebih sadar akan kehadiran Tuhan dan menjadi lebih bersyukur kepada Tuhan yang Maha Pemurah (al-Karīm), kita bisa menjadi lebih peka terhadap kebutuhan sesama, terutama mereka yang berkekurangan disekitar kita. Bulan Ramadan harus menjadi penerang bagi kehidupan berbangsa kita yang sedang berkemelut dengan Covid-19. Bulan Ramadan harus kita jadikan momentum untuk mengingat kembali janji kita pada Negara Pancasila.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th.



Leave a Reply