Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pdt. Dr. Joshua M Sinaga : GEREJA VIRTUAL




“Sebab aku, sekalipun secara badani tidak hadir, tetapi secara rohani hadir,….” (1 Kor 5:3a)

 

Masyarakat modern ini sedang berada di zaman virtual. Secara otomatis, kita pun hidup di zaman virtual. Kita semua serta-merta dapat mengaminkan pernyataan bahwa hampir semua arena kehidupan kita bersentuhan dengan internet. Sejak kita bangun pagi dan sampai tidur dimalam hari, sentuhan internet hampit tak terelakkan. Fenomena ini tak terbantahkan bahkan bagi semua kalangan. Yang menjadikan topik virtual menjadi lebih fenomenal lagi adalah ketika imbas pengaruh virtual meluas sampai kepada gereja. Seperti judul di atas, Gereja virtual!

Virtual dapat bermakna seperti atau seolah-olah (secara) nyata. Kata virtual bermakna ‘maya’ atau ‘seolah-olah’ nyata. Itu adalah keadaan simulasi dari bentuk nyata. Ada perbedaan mendasar dengan fatamorgana karena virtual bukan berarti palsu pada tataran out put (hasil). Teknologi virtual merupakan dinamika pasti dari dunia media sosial. Virtual adalah media yang dapat dirasakan dan dinikmati secara visual dan telah menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat dewasa ini.

Media yang telah mensosialkan umat manusia pada tataran virtual tanpa keharusan interaksi material. Media sosial telah memungkinkan semua manusia yang mempunyai koneksi internet, terhubung dengan semua orang di seluruh belahan dunia ini. Media sosial telah mendekatkan semua orang yang mana dahulu adalah suatu hal yang hampir tidak mungkin. Namun faktanya kini, semua orang dapat terhubung dengan sangat mudah melalui media sosial dimana pun berada. Jarak sudah tidak lagi menjadi penghalang yang berarti.
Hampir tidak ada batasan yang berarti karena media sosial telah menjembatani semua aspek. Dengan mudah kita melacak keberadaan teman masa kecil kita puluhan tahun silam hanya dengan menuliskan namanya dalam kolom search sosial media. Atau dengan cepat kita dapat mengetahui berita-berita terkini dari seluruh penjuru bumi hanya dengan mengakses media sosial. Beragam kemudahan informasi yang mendukung akifitas bisnis telah melambungkan beberapa pengusaha menjadi ikon sukses dengan memanfaatkan peluang media sosial. Terobosan teknologi virtual teah memotong ongkos produksi hingga pemasaran yang memungkinkan harga barang dan jasa yang diterima konsuen menjadi lebih murah. Kita tak dapat menyangkal bahwa media sosial kini menjadi kekuatan tak terbendung yang merajalela dalam hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Akan tetapi, media sosial bukan puncak dari teknologi internet. Karena teknologi terus bertumbuh dan berlari dengan cepat. Dapat dipastikan bahwa era media sosial yang fenomenal akan segera berlalu. Dunia akan segera memasuki era yang baru, era yang merupakan kelanjutan era media sosial. Era itu adalah era virtual. Dengan memanfaatkan jaringan internet yang akan segera memenuhi seluruh lekuk permukaan bumi, teknologi virtual akan memungkinkan orang-orang memanfaatkan teknologi virtual secara maksimal.

Ini adalah terobosan luar biasa yang memungkin orang dapat berjumpa dan melaksanakan aktifitas secara virtual. Inilah yang sudah kita saksikan dalam film-film virtual dimana manusia tidak lagi perlu pindah tempat untuk melaksanakan urusan-urusan, cukup melalui teknologi hologram. Melalui gambar empat dimensi, seseorang dapat hadir dimana saja pada saat yang bersamaan melalui tekonologi hologram. Ini akan memudahkan urusan komunikasi. Yang sangat fenomenal adalah bahwa teknologi ini pun dapat dan akan segera diterapkan dalam hal beribadah.

Gereja Virtual adalah gereja yang seolah-olah nyata, tetapi sesungguhnya tidak. Di dalamnya ada persekutuan yang bersifat maya, walaupun output, tetap merupakan suatu fakta. Artinya, gereja virtual memungkinkan adanya kehidupan persekutuan tanpa harus lagi direpotkan dengan tempat atau gedung. Gereja virtual memungkinkan para pendeta melaksanakan fungsi pastoralia melalui kantornya. Pendeta tidak lagi harus mengendarai mobilnya dan menuju rumah jemaat untuk melakukan perkunjungan sebab ia dapat hadir secara “nyata” melalui hologram. Jemaat pun tidak lagi harus direpotkan setiap minggu pagi untuk berkumpul dalam ibadah raya minggu pagi di gedung gereja. Ia cukup menyediakan waktu untuk duduk tenang disalah satu ruangan rumahnya dan mendengarkan pendetanya berkhotbah secara virtual.

Kehadiran Virtual Vs Kehadiran Spiritual?

Rasul Paulus menulis bahwa ia hadir secara rohani sekalipun tubuh jasmaninya tidak. Ini adalah kehadiran secara maya yang disebut dengan istilah kehadiran spiritual. Kehadiran secara rohani yang disebutkan disini merupakan kehadiran yang tidak melibatkan fisik. Artinya, Paulus tetap ada disuatu tempat dan tidak hadir secara fisik ditengah-tengah jemaat Korintus. Pernyataan Rasul Paulus tersebut menjadi menarik karena sepertinya ini adalah bersifat propetik. Tunggu dulu? Apakah benar itu adalah suatu pernyataan propetik? Apakah Paulus sebenarnya sedang menjelaskan kehadiran tanpa fisik yang digambarkan sebagai kehadiran virtual?

Tentunya, Rasul Paulus belum dapat memahami arti kata virtual pada zaman itu. Namun demikian, kehadiran Paulus tanpa fisik diantara jemaat di Kota Korintus karena terpaut jarak yang sangat jauh dari kota Efesus, tempat ia menulis Surat 1 Korintus, adalah suatu analogi yang sepertinya menjelaskan kehadiran virtual? Situasi yang digambarkan adalah, Rasul Paulus ada di sebuah kamar di Kota Efesus dan pada saat yang sama ia hadir di Kota Korintus dan berinteraksi dengan jemaat. Ini yang disebtu sebagai kehadiran spiritual.

Harus dibedakan kehadiran Allah dalam konteks omnipresent2sebab Paulus bukan Tuhan. Paulus tetap seorang manusia biasa yang terbatas. Paulus tidak dapat hadir didua tempat dalam waktu yang bersamaan. Dan Paulus tidak dapat menembus jarak dan hadir dibeberapa tempat dalam waktu yang bersamaan. Pada kenyataannya, pernyataan dia hadir walau tidak secara fisik diantara jemaat Korintus adalah sebuah pernyataan simbolis. Jadi yang hadir dari Paulus di kota Korintus adalah Paulus virtual. Ia tidak hadir secara sungguh-sungguh nyata, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kehadirannya juga bukan suatu yang nihil.

Pertanyaan penutupnya adalah: Apakah persekutuan kristiani dapat digantikan dengan persekutuan virtual. Atau kalau kita katakan bahwa kehadiran spiritual itu dapat menjelaskan konsep gereja virtual, dapatkah itu menjelaskan kebenaran hakiki dari koinonia3? Atau untuk lebih menghemat kata, apakah koinonia dimungkinkan melalui teknologi virtual? Ini adalah pertanyaan logis dan sekaligus teologis. Memang pertanyaan itu bukan lahir dari suatu kajian teologi yang mendalam namun menjadi menarik melihat fenomena dan dinamika gereja akhir-akhir ini, telah sangat bernuansa virtual.

Gereja virtual dapat dijelaskan sebagai gereja yang melaksanakan hampir seluruh kegiatan pelayanannya dengan menggunakan teknologi berbasis internet. Ini adalah rancangan gereja masa depan yang memungkinkan pelayanan persekutuan, pelayanan, dan penginjilan akan segera memasuki era baru. Era dimana kehadiran manusia menjadi semakin tidak signifikan dan digantikan dengan sentuhan teknologi berbasis internet. Ini adalah permulaan zaman bahwa suatu kali kelak gereja akan memiliki pendeta virtual yang lebih lincah dan smart. Ini adalah suatu kemungkinan yang tak mungkin terbendung.

Dunia sedang hanyut dalam arus teknologi internet dan tanpa dapat dihindari. Gereja yang hadir dalam dunia pun sedang “terseret” dalam arus luar biasa dahsyat. Apakah suatu kali kelak kehadiran manusia tak lagi diperlukan secara fisik dan cukup digantikan oleh teknologi virtual? Apakah suatu kali kita lagi memerlukan persekutuan koinonia dan cukup digantikan dengan persekutuan virtual? Pertanyaan terakhirnya adalah apakah kelak kita akan menjadi gereja virtual? Mari kita renungkan bersama.



Leave a Reply