Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

New Normal New Moral




eBahana.com – Istilah New Normal muncul dalam suasana kehidupan kita yang terasa semakin tidak pasti akibat pandemi Covid-19 ini. Pandemi ini tidak hanya terkait dengan penularan virus atau mutasi genetiknya yang bergerak cepat melampaui kesadaran kita. Tetapi juga eksistensinya menimbulkan dampak kepanikkan moral dan kepanikkan sosial. Seperti yang kita tahu pandemi bukan hanya ujian bagi kesehatan, tetapi juga ujian moralitas manusia. Moral kita sebagai bangsa yang berjiwa Pancasila diuji oleh kehadiran virus Corona. Pancasila tidak hanya dihafalkan dan dipahami, tetapi perlu kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam situasi saat ini.

New Normal yang saat ini sedang kita jalani harus diiringi dengan New Moral sebab tanpa New Moral maka semuanya akan sama saja dan percuma, tidak menghasilkan apa-apa malah bisa saja menjadi semakin amburadul dan lebih buruk dari keadaan semula. Moral adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Kata “moral” dari segi etimologis, memiliki arti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak. Dari kata moral lahirlah kata moralitas.

Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk atau dengan kata lain moralitas mencakup pengertian tentang kualitas baik buruknya perbuatan manusia. Merefleksi kembali apa yang terjadi akibat Covid-19 ini masyarakat diperlihatkan dengan fenomena menolak jenazah, menolak masyarakat, mengintimidasi masyarakat yang terpapar Covid-19 membuktikan bahwa hantaman Covid-19 ini mencelikkan mata hati bahwa bangsa ini juga sedang mengalami krisis moral.

Moment New Normal harus dilengkapi dengan New Moral. Moral saling berempati, tolong menolong dan saling peduli terhadap sesama perlu terus dipupuk di era New Normal. Resiprositas (saling memberi dan merespon) perlu terus disiram di saat New Normal. Masih banyak sekali saudara kita yang belum bisa bangun dari kondisi ekonominya meskipun sudah era New Normal, karena habisnya modal usaha yang telah terpakai untuk mempertahankan hidup saat “di rumah saja.”

Moral yang dimiliki oleh individu sudah selayaknya juga dimiliki oleh seluruh masyarakat. Banyaknya aksi pro-sosial yang dilakukan masyarakat merupakan bentuk moral yang sangat berguna dan dapat ditransformasikan di era New Normal. Pelaku pro-sosial perlu terus melanjutkan usahanya dalam membantu mereka yang masih kesulitan bangun dari keterpurukannya. Saat New Normal, seluruh kemampuan membingkai berbagai aktivitas sosial diharapkan dapat menjadi pembelajaran baru bagi mereka yang belum tergugah kesadarannya. Dengan contoh tersebut terjadi kolaborasi kapasitas dalam membantu mereka yang membutuhkan tidak berhenti saat New Normal bahkan akan terus berlanjut saat Covid ini selesai.

Mengutip perkataan Bung Karno, Sang Proklamator, “Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat semua, seringat semua buat kebahagiaan semua. Holopis kuntul baris, buat kepentingan bersama. Dari semua untuk semua. Perkataan Soekarno hingga saat ini masih sangat relevan, apalagi di tengah wabah pandemi ini. Pemerintah tidak bisa sendirian, tetapi perlu berkoordinasi dengan berbagai kepentingan. Moral kebersamaan, solidaritas, gotong royong perlu digerakkan dan menjadi prioritas. Banyak sekali kegiatan empati yang bermoral tinggi yang sudah dirajut saat PSBB. New moral tersebut tentu masih sangat relevan untuk dilanjutkan bahkan digiatkan kembali di era New Normal. Saat PSBB, seluruh moral sosial itu telah teruji, karena masih dipegang erat oleh mayoritas bangsa Indonesia.

Banyaknya relawan yang berada di garis depan dan banyaknya kaum felantropi (donator) yang berdonasi memperteguh keyakinan kita bahwa moral itu semakin hari semakin menghuncam kokoh. New Normal merupakan saat terbaik untuk tetap melanjutkan rajutan empati bagi semua masyarakat yang terdampak Covid-19, agar moral yang sudah sekian lama kita junjung tinggi tetap mempunyai urgensi dalam perang melawan Covid-19. Seperti yang sudah kita bahas di atas sekarang kita berjalan dalam kondisi baru (New Normal).

Dikatakan New Normal bukan lantas semua orang berada dalam kondisi waras baru melainkan kondisi di mana kita semua memasuki masa dengan tatanan kehidupan yang baru. Pelaksanaan New Normal pastinya juga menimbulkan berbagai kemungkinan bisa sukses atau bisa juga sebaliknya. Harapan dari New Normal itu adalah penghuni bumi ini mampu untuk hidup berdampingan dengan Corona tentunya diperlukan kesadaran untuk hidup dengan cara New Moral. Tentu saja dengan New Moral tidak lantas mengurangi terdampak secara pesat, tetapi paling tidak roda perekonomian, pendidikan, keagamaan, dll, bisa berputar seperti biasanya.

Melihat keadaan kita sekarang ini kita harus tetap yakin dan optimis, semua kejadian yang kita alami, itu mendatangkan pengajaran bagi kita. Alkitab berkata dalam Matius 12:20, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya”. Kondisi saat ini bukanlah kutukan akhir dari Tuhan ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari hadirnya Covid 19 ini. Memperbaiki yang salah, meluruskan yang bengkok dan kemudian membawa kita dari gelap kepada terang.

Dalam pandangan iman, ini merupakan sebuah disiplin dari Tuhan, karena Tuhan selalu datang dengan pengajaran, mengingatkan kita, mengarahkan dan menasihati kita tetapi juga membangkitkan dan memperbaharui kita dan motivasi serta membangun karakter kita (moral, etika, gaya hidup) sebagai orang percaya yang harus turut serta mendukung perubahan bagi bangsa ini.

Dimulai dari kita, jangan lagi kita hidup hanya memikirkan diri sendiri tapi kita harus harus memikirkan lingkungan kita juga. Perubahan Moral harus kita mulai menuntun dan mengerjakan hal-hal positif, mencintakan situasi kondusif.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk membentuk New Moral:
1. Memperkuat kesadaran diri betapa pentingnya hidup sehat (sehat badani tentu juga terpenting harus sehat rohani).
2. Banyak berkomunikasi positif (bangun komunikasi positif, memberkati orang dengan perkataan berkat).
3. Membangun sikap peduli terhadap lingkungan kita (memiliki semangat hidup untuk orang lain).

Hal ini sejalan dengan pesan Rasul Paulus dalam Roma 12:1-2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.

Mari bersama-sama kita membangun New Moral terlebih dahulu, bersama-sama memperbaiki moral kita. Perubahan moral kita memegang peranan dalam menjalani New Normal. Untuk itu ciptakan New Moral terlebih dahulu sebelum New Normal agar tak berakhir pada kondisi abnormal.

Oleh Pdt. Wijaya Naibaho B.Th, Gembala GPdI “Alhayat“.



Leave a Reply