Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menjadi Manusia yang Bebas




Sejak seseorang menyatakan dirinya sebagai pengikut Kristus, dilahirkan kembali serta memberi diri dibaptis, sebenarnya ada sesuatu yang berubah dalam hidupnya.

Suatu ketika, di tengah padatnya aktivitas harian yang membuat saya pulang ke kontrakan paling cepat jam tujuh malam, tiba-tiba muncul sebuah pernyataan: “Enak juga ya kalau masih single. Mau pulang jam berapa tidak ada yang mencari, tidak ada yang memarahi. Sebagai seorang yang masih single, saya pun bebas menggunakan uang saya sesuai yang
Tuhan mau tanpa perlu berunding dengan istri!” Artinya, saya bebas menggunakan singleness ini untuk melakukan apa yang Allah mau.

Sejak seseorang menyatakan dirinya sebagai pengikut Kristus, dilahirkan kembali serta memberi diri dibaptis, sebenarnya ada sesuatu yang berubah dalam hidupnya. Ketika seseorang berkata ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, ia sedang melakukan proses pergantian kekuasaan, antara kehidupan lama dengan kehidupan baru dalam Kristus. Alkitab berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor. 5:17). Di bagian lain, Rasul Paulus menegaskan apa yang diyakininya sebagai pengikut Kristus, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20).

Berdasarkan kutipan ayat di atas, ada dua hal yang dapat menjadi bahan refleksi kita.

CIPTAAN BARU
Kata “kembali” dalam Yohanes 3:3 memakai kata anothen (Yunani) yang berarti tindakan yang berulang, tetapi membutuhkan sumber yang asli untuk mengulanginya. Analogi yang dapat dipakai adalah: ketika ada seseorang ingin mendapatkan kembali lukisan Monalisa versi aslinya, ia harus “menghadirkan kembali” Lenardo da Vinci, sang pelukis asli, dan bukan pelukis lain. Demikian pula Allah ingin agar kita menjalani kehidupan yang sama sekali baru: kebiasaan yang baru, karakter yang baru, termasuk tujuan hidup yang baru. Dalam bahasa Yohanes Pembaptis, orang-orang percaya harus menghasilkan buah yang
sesuai dengan pertobatan (Mat. 3:8).

HIDUP MENURUT KEHENDAKNYA
Ketika sedang berada di bumi, Yesus pernah berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Itulah
yang menjadi tujuan utama-Nya, dan seharusnya hal yang sama ada pula dalam diri setiap umat-Nya. Ketika seseorang berkata bahwa Kristus ada dalam diri-Nya, kedua hal ini kiranya menjadi bagian dalam seluruh hidupnya. Secepat mungkin, ia harus mengerti kehendak Bapa atau panggilan kudus-Nya untuk dijalankan seumur hidup. Tujuan hidup harus selaras dengan kehendak Bapa Surgawi. Bukan lagi kehendak diri.

Hari-hari ini, Allah sedang memanggil gereja-Nya untuk ambil bagian dalam apa yang dikehendaki-Nya. Apa kehendak-Nya? Kehendak itu adalah makin banyak orang diselamatkan. Kini saatnya melakukan sesuatu sesuai talenta masing-masing. Tujuannya
agar rumah-Nya penuh dengan jiwa-jiwa yang diselamatkan (Luk. 14:1-24). Tidak ada waktu lagi untuk sakit hati, memendam kepahitan, membuang waktu untuk hal yang sia-sia. Atau, menumpuk kekayaan untuk kepentingan pribadi. Ini waktunya menjadi “manusia bebas”
dengan melakukan kehendak Tuhan. Ini waktunya membawa bangsa ini terbebas dari kebodohan, kemiskinan, kecurangan adan korupsi, atau roh yang menolak Kabar Baik. Ini waktunya mewarnai seluruh penjuru negeri dengan kehidupan baru dalam Kristus.

Di bulan kemerdekaan ini, kita menjalani kehidupan sebagai manusia yang merdeka di dalam Kristus, terbebas dari ikatan dan belenggu dosa, serta kepentingan sendiri. Kita mulai berfokus untuk menggenapi panggilan Allah dalam hidup kita. Berdoalah serta mulai lakukan sesuatu yang nyata, sehingga melalui hidup kita, bangsa Indonesia benar-benar dimerdekakan serta dipenuhi kemuliaan Tuhan.

Tuhan memberkati.

 

Oleh Widodo Suryo Putro,
seorang penulis renungan, aktivis pelayanan.



Leave a Reply