Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Living @The Next Level dalam Keluarga




Living @ the Next Level, tidak hanya dialami secara pribadi, tapi juga bersama-sama dalam keluarga. Yosua adalah teladan yang luar biasa. Bagaimana ia melakukannya?

Mezbah menempati posisi penting dalam Perjanjian Lama (PL). Menurut W.R.F. Browning dalam A Dictionary of the Bible, mezbah adalah tempat pengurbanan yang di dekatnya
terdapat hewan-hewan yang disembelih. Pula, di atasnya terdapat persembahan gandum, anggur dan kemenyan dibakar serta dipersembahkan di alam terbuka. Secara sederhana, mezbah adalah tempat untuk mempersembahkan kurban. Maka, mezbah keluarga berarti tempat atau saat setiap orang bertemu dengan Tuhan secara pribadi. Bisa juga berarti, saat menyembah dan bersekutu dengan-Nya. Karena itu, mezbah keluarga amat penting.

Tradisi mendirikan mezbah bagi Tuhan sudah dimulai sejak zaman leluhur kita. Beberapa di antaranya, Mezbah Nuh (Kej. 8:20); Mezbah Abraham (Kej. 12:7,8; 13:18; 22:9), Mezbah Ishak (Kej. 26:25), Mezbah Yakub (Kej. 33:20; 35:1,3,7) dan masih banyak lagi. Dalam Kejadian 12:7 disebutkan, “Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Peristiwa ini terjadi tatkala Tuhan menyuruh Abraham meninggalkan negerinya ke suatu negeri yang Tuhan akan tunjukkan. Saat Abraham taat, yang terjadi adalah Tuhan menampakan diri kepada-Nya.

COBA PISAHKAN

Bila Anda memisahkan para tokoh di atas dari persekutuan dengan Tuhan, maka mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka manusia biasa yang tidak berdaya tanpa topangan Tuhan. Abraham sering disebut Bapa Orang Beriman. Apakah hal itu terjadi secara spontan? Tentu
saja tidak bukan? Hubungan dengan Tuhanlah yang membuatnya menjadi pribadi yang luar biasa. Bila para tokoh iman dalam Alkitab memiliki hubungan yang pribadi dengan Tuhan, apalagi kita yang hidup di abad ini. Abad yang bengkok dan kehilangan arah. Jika kita berkata jujur, banyak masalah terjadi dalam keluarga karena kurangnya persekutuan.

Tanggul pertahanan yang dianggap kuat akhirnya jebol. Tanggul pelayanan yang dianggap kokoh akhirnya ambrol. Kekuatan “banjir persoalan” membuat tanggul yang dibangun ambruk. Saat Surakarta dan sekitarnya dihantam banjir bandang 26 Desember 2007, dikabarkan tanggul penahan air di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri terpaksa dibuka
karena tanggulnya tak kuat menahan derasnya arus. Kekuatan tanggul terbatas. Demikian pula tanggul pelayanan yang dibangun dengan kekuatan diri.

SEISI RUMAH BERIBADAH

Para pelayan Tuhan sering jatuh dalam dosa karena tanggul pelayanan tak kuat menahan derasnya godaan. Saking sibuknya, persekutuan bahkan mezbah keluarga terabaikan. Pelayanannya menjadi berkat bagi orang lain, tapi dirinya kering kerontang. Sebuah ironi.
Beberapa tahun terakhir, saya sungguh mengamati, banyak pelayan Tuhan jatuh dalam dosa seksual, keuangan dan kedudukan. Amat disayangkan. Mengapa bisa terjadi? Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keintiman dengan Tuhan. Lebih jauh, ternyata mezbah keluarga kurang mendapat perhatian karena kesibukan.

Apa artinya sibuk? Dalam aksara Cina, sibuk berarti kematian hati. Jika hati mati, dampaknya adalah hilangnya kepekaan terhadap Roh Kudus. Yosua seorang hamba Tuhan yang bijaksana. Baik pula bila merenungkan pernyataannya di hadapan para tua-tua Israel di lembah Sikhem. Pemimpin besar itu menegaskan, “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15). Yosua dan keluarga mengalami living @the next level. Persekutuan dan ibadah yang sangat pribadi dengan Bapa. Anda?

oleh Manati I Zega, seorang penulis dan rohaniwan.



Leave a Reply