Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kontekstualisme Penginjilan Generasi Z




eBahana.com – Sebetulnya apa itu penginjilan? Apakah hanya sebatas mengadakan KKR, mission trip ke daerah-daerah, pembesukan orang sakit, pembagian sembako, dan kegiatan kegiatan seperti itu lainnya?

Jikalau dilihat dari akar kata dari penginjilan adalah Injil yang diturunkan dari bahasa Yunani yaitu euangelion yang berarti kabar baik atau berita kesukaan. Jadi penginjilan berarti kegiatan untuk melakukan Injil atau kabar baik. Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke Surga memberikan amanat agung kepada para muridNya dalam Markus 16:15, “Lalu Ia berkata kepada mereka:Pergilah ke seluruh dunia,beritakanlah Injil kepada segala makhluk” . Dan amanat agung ini berlaku sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20), itu berarti masih berlaku saat ini tentunya dengan tantangan dan perbedaan zaman yang mempunyai rentang waktu kurang lebih 2000 tahun sejak Tuhan Yesus memberikan perintah tersebut.

Berita Injil sesungguhnya sangat sederhana, menurut Matius 28 : 18-20, ada 3 hal yang Tuhan Yesus perintahkan untuk diberitakan dan dilakukan yaitu Ketuhanan Yesus Kristus, memuridkan dan membaptis serta mengajarkan Firman Tuhan. Ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain meskipun bisa dilakukan secara bersama sama atau terpisah namun tetap inti dari semua itu berpusat kepada Tuhan Yesus Kristus.

Karena penginjilan adalah amanat agung untuk semua orang percaya, termasuk orang percaya pada masa ini. Tentunya kita semua harus bisa menjawab setiap tantangan yang ada supaya apa yang Tuhan perintahkan tetap dapat dilakukan, terlepas dari setiap perbedaan doktrin dan pandangan setiap gereja, tidak bisa dipungkiri bahwa amanat agung ini adalah tugas bersama semua anggota Tubuh Kristus.

Tantangan yang terjadi pada masa kini adalah begitu cepatnya dunia berubah oleh sebab perilaku generasi masa kini yang biasa disebut sebagai generasi Z (yang terlahir antara tahun 1995 sampai 2010) atau biasa disebut sebagai generasi micin di Indonesia karena ingin selalu serba instant.

Mengutip dari Wikipedia, ciri-ciri generasi Z adalah sebagai berikut:

  • Generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer
  • Sangat suka dan sering berkomunikasi dengan semua kalangan khususnya lewat jejaring sosial seperti facebook, twitter, line, instagram, telegram, whatsapp, dan lain lain
  • Lebih mandiri dari generasi sebelumnya, memilih untuk bekerja dan belajar sendiri
  • Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar
  • Terbiasa dengan berbagai aktivitas dalam satu waktu bersamaan. Hal ini karena mereka menginginkan sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit
  • Menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas
  • Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instant, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses
  • Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup
  • Tidak cepat merasa puas diri.

Ciri-ciri di atas merupakan tantangan gereja untuk melakukan penginjilan bagi generasi Z ini. Karena sikap toleransinya yang tinggi mengakibatkan generasi ini tidak begitu penting memandang agama dan ajarannya padahal generasi inilah yang akan mewariskan kegerakan Allah di akhir zaman ini. Buat mereka uang dan pekerjaan menjadi sangat penting dan ini tentunya harus disikapi dengan hati-hati oleh gereja. Karena generasi ini berbeda dari generasi sebelumnya bahkan sudah berbeda dari generasi Millenial (generasi yang telah melewati millennium) maka pendekatannya pun harus berbeda dan tidak dapat lagi melakukan cara-cara ‘lama’ untuk menyentuh generasi Z.

Namun bukan berarti gereja harus melakukan pendekatan secara ‘duniawi’ kepada kaum generasi Z agar lebih kontekstual dan membumi, dengan banyak contoh yang gereja lakukan seperti mengadakan pertandingan online games, mensetting ibadah selayaknya konser musik, seminar kerohanian bertemakan motivasi, dll, karena akan timbul pertanyaan apakah dengan cara seperti itu berita Injil dapat tersampaikan? Atau malah menjadi bias antara penginjilan dan entertainment, ajaran Kristus akan terdistorsi menjadi ajaran motivasi yang lebih berfokus kepada diri sendiri. Tidak heran lama kelamaan gereja akan berfungsi hanya sebagai pertemuan motivasi dan menonton pertunjukkan spektakuler yang diberikan oleh gereja di atas panggung. Tidak lebih dari itu.

Kita, dalam hal ini gereja Tuhan harus kembali ke Alkitab sebagai Firman Tuhan sejati, bukan pemikiran dan hikmat manusia. Kembali kepada berita Injil yang Tuhan Yesus ingin semua murid-muridNya lakukan yaitu,

  1. Ketuhanan Yesus Kristus

Mewartakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan berarti tunduk dan bersedia dipimpin oleh Tuhan Yesus dalam segala hal dalam setiap diri orang percaya. Sebelum kita melakukan penginjilan kepada orang lain, kita sudah harus terlebih dahulu tunduk dan taat kepada Yesus sebagai Tuhan dan Allah dalam hidup kita, Dia menjadi teladan hidup kita dan kita mentaati semua perintahNya karena kita semua adalah suratan terbuka (2Kor 3 : 2)

  1. Memuridkan dan membaptis

Kita harus membawa setiap orang menjadi murid Kristus bukan menjadi murid hamba Tuhan A atau Pendeta B. Menjadi murid Kristus berarti selalu mau belajar kehendak Kristus dan selalu mempunyai waktu bersekutu dengan Dia. Kalau kita sudah menjadi murid Kristus, kita juga harus memuridkan orang lain menjadi murid Kristus. Memuridkan memang butuh waktu khusus untuk bisa terbuka dan berjalan bersama, sementara kelemahan generasi Z adalah cenderung Individualistis. Oleh sebab itu kita bisa menggunakan sosial media untuk mengingatkan atau sekedar memberi perhatian. Sesekali bisa mengadakan pertemuan outdoor yang penuh aktifitas sesuai dengan hobi dan kegemaran masing-masing, tapi ingat bahwa gaya pemuridan meskipun tidak formal tapi tetap harus straight to the point dan jangan bertele-tele, dan satu lagi, semua harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan bukan kemunafikan.

  1. Mengajarkan Firman Tuhan

Dalam pemuridan yang diajarkan harus Firman Tuhan karena tujuan pemuridan adalah menjadi murid Kristus. Ideal nya pengajaran Firman Tuhan memang harus diajarkan dalam lingkup yang kecil (komsel misalnya) sehingga pengetahuan dan penerapan akan Firman Tuhan itu dapat terukur dan terarah, berbeda misalnya dengan pengajaran Firman Tuhan dalam lingkup besar dan luas. Selain diajarkan, Firman Tuhan juga harus dialami. Kelemahan generasi Z yang ingin serba cepat dan instant kurang bisa menerima yang namanya proses padahal Firman Tuhan mengajarkan bahwa proses itu penting. Disini peran keteladanan hidup  menjadi penting. Generasi Z lebih memilih melihat hasil namun mereka juga harus mengerti bagaimana kita memperoleh hasil itu, jatuh bangun dan suka duka nya, tentunya semua harus berlandaskan Firman Tuhan sebagai acuan. Tidak ada kesaksian yang lebih tajam berbicara selain kesaksian hidup orang yang sudah mengalami terobosan dalam Tuhan.

Dalam setiap zaman dan masa, Tuhan selalu berbicara dan bergerak sesuai dengan kehendakNya yang sesuai dengan kebutuhan pada zaman dan masa itu. Suara Tuhan terus memanggil berbagai macam generasi untuk datang dan memenuhi panggilanNya. Pada masa kini, Tuhan kembali memanggil generasi Z untuk menggenapi rencana-Nya yang abadi dan Tuhan berjanji bahwa Dia menyertai semua orang percaya sampai pada akhir zaman. Oleh sebab itu, jangan takut untuk menghadapi segala tantangan yang ada saat ini, jangan memakai cara cara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dalam gereja-Nya karena hikmatNya yang tanpa batas mampu menaklukan segala sesuatu, kita hanya harus selalu berjalan bersama Dia dalam segala hal, sangat sederhana bukan?

Oleh Gideon Budiyanto.



Leave a Reply