Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Komunitas Sehati dan Sejiwa




eBahana.com – Ketika hidup dalam satu komunitas, apakah itu gereja, persekutuan, keluarga atau komunitas lainnya, membutuhkan dasar yang kuat, yaitu sehati sejiwa untuk mencapai tujuan. Gambaran komunitas yang sehati dan sejiwa ini bisa kita pelajari dari kitab Kisah Para Rasul 4:32-37. Ayat-ayat ini menggambarkan kondisi jemaat mula-mula, setelah Yesus naik ke sorga. Ada beberapa hal yang menjadi catatan refleksi dari ayat tersebut, seperti yang terurai di bawah ini. Sebelum masuk dalam catatan refleksi dari ayat-ayat tersebut, sebaiknya kita membaca terlebih dahulu Kisah Para Rasul 4:32-37.

Pasal 4:32, Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 4:33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 4:34 Sebab tidak ada seorangpun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 4:35 dan mereka letakkan di depan kaki  rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 4:36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 4:37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Kumpulan Orang yang Telah Percaya

Jika melihat paparan tulisan Lukas ini, arti kumpulan orang percaya dapat ditelusuri dalam Kisah Para Rasul 1 dan 2, maka akan semakin jelas dan meyakinkan bahwa kumpulan orang percaya yang dimaksud adalah orang yang mempercayai kelahiran, kematian, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus. Para umat yang percaya dan tidak menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, mendapat kesaksian hidup dari orang-orang yang benar-benar melihat secara nyata kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus Kristus. Artinya, kesaksian mereka adalah kesaksian hidup yang nyata dan berkualitas.

Sehati dan Sejiwa

Setelah mereka berkumpul dalam komunitas, orang percaya tersebut, sehati dan sejiwa karena telah dipersatukan oleh Roh Kudus. Sehati dan sejiwa, karena sudah menerima kuasa Roh Kudus. Seperti dalam Kisah Para Rasul 1:8 “kamu menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku” dan dilanjutkan pada Kisah Para Rasul 1:14 menjelaskan “mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama”. Ketika kita menerima Roh Kudus, maka segenap hidup harus dipimpin oleh Roh Kudus. Hati, pikiran dan perasaan harus diserahkan sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan demikian, seluruh hidup menjadi milik Allah, bahkan harta pun demikian.

Sehati dan sejiwa artinya, mereka dalam komunitas, memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi murid dan saksi untuk Tuhan Yesus. Memberi kesaksian bahwa Yesus adalah Tuhan yang lahir ke dunia dalam rupa manusia. Menderita, disiksa, lalu mati dan dikuburkan pada hari yang ketiga. Bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga. Itulah inti kesaksian hidup orang percaya. Sehati dan sejiwa menjadi saksi Kristus. Menjadi duta Kristus.

Menjadi saksi Kristus bukan hanya dalam tatanan verbal atau lisan semata, melainkan secara utuh dalam kehidupan, yaitu dalam perbuatan, melalui harta, dalam komunitas dan seluruh hidup harus menjadi saksi bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, karena Dialah pusat hidup kita. Dia adalah muara dan tujuan kehidupan kita.

Dengan demikian, segala sesuatu dari kepunyaan kita bukan lagi milik kita, melainkan segala sesuatu yang kita miliki adalah kepunyaan Tuhan (dari Dia, oleh Dia, dan untuk Dia) yang harus dikembalikan lagi kepada Tuhan melalui pelayanan terhadap sesama. Seperti dalam Matius 25:40 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Hidup dan harta kita harus menjadi kesaksian bagi kemuliaan Kristus. Oleh karena itu, jangan sembarangan mengelola hidup, mengelola harta dan berkomunitas, karena itu juga adalah milik Kristus.

Harta Kita adalah Milik Tuhan

Jika segala sesuatu yang kita miliki, khususnya harta, adalah milik Tuhan, maka kita tidak akan sungkan untuk membagikannya kepada sesama sebagai “kepunyaan bersama”. Kepunyaan bersama ini, bukan berarti memakai harta orang lain untuk dimanfaatkan sebebas-bebasnya dan sesuka hati. Namun, harus ada mekanisme “pembagian dan pemanfaatan” sesuai dengan keperluannya. Jika hal ini yang diterapkan secara bersama, maka tidak ada seorangpun yang berkekurangan di tengah komunitas kita, karena ada keinginan dan kerinduan untuk saling berbagi satu dengan yang lainnya. Bukan saling meminta.

Ada ungkapan demikian, “orang kaya harus menolong orang miskin, orang miskin harus membantu orang kaya”. Ungkapan ini hendak menyampaikan, bahwa hidup ini harus saling memberi dan saling menolong. Bukan untuk saling menodong dan merongrong. Dengan demikian, harta bukan untuk dipertuan tetapi dipakai untuk melayani dan memuliakan Tuhan.

Dengan Kuasa, Rasul-Rasul Bersaksi

Para rasul menyaksikan kebangkitan Kristus bukan untuk kepentingan pribadi, kepentingan politik maupun demi popularitas diri. Melainkan mereka menjadi saksi atas kebangkitan Tuhan Yesus. Dengan kuasa, yaitu kuasa Roh Kudus mereka bersaksi, sehingga dampak dari kesaksian yang penuh kuasa tersebut, seluruh jemaat bersatu dan hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Tentunya, kehidupan yang berlimpah-limpah yang diperoleh jemaat bukan berpusat pada kesaksian tersebut, melainkan karena ada kuasa Roh Kudus yang menjadikan para rasul menjadi saksi yang berkuasa. Roh Kudus jugalah yang mempersatukan umat menjadi sehati dan sejiwa, sehingga mereka hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. Oleh karena itu, hiduplah dalam komunitas dengan sehati dan sejiwa dalam tuntunan Roh Kudus.

Tunduk pada Pemimpin

Kumpulan orang yang telah percaya atau jemaat Tuhan tersebut menunjukkan sikap yang mau tunduk pada pemimpin mereka, yaitu rasul-rasul. Hal ini ditunjukkan pada ayat 34-37, yaitu mereka meletakkan harta mereka di depan kaki  rasul-rasul, lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. Rasul-rasul tersebut dipercaya untuk membagikan harta milik kepunyaan mereka yang sudah dipersembahkan kepada Tuhan melalui rasul-rasul. Pembagiannya juga jelas, yaitu sesuai dengan keperluannya, bukan sesuai dengan kelimpahannya. Prinsipnya, penggunaan persembahan yang diberikan oleh jemaat tepat sasaran, efektif dan efisien. Tidak ada pemborosan, semua sesuai keperluannya.

Jemaat juga tidak memperdebatkan atau meributkan, siapa yang lebih banyak memberi akan mendapat posisi atau berperan secara strategis. Mereka mempercayakannya sepenuhnya kepada rasul-rasul untuk membagikan harta yang sudah dipersembahkan kepada tuhan. Mereka percaya dan tunduk pada pemimpinnya. Oleh karena itu, percaya dan tunduklah pada pemimpin kita dalam komunitas.

Firman Tuhan ini mengajarkan beberapa hal diantaranya, yaitu (1) harus memiliki kepekaan secara sosial di komunitas kita, (2) tidak egois atau mau menang sendiri, (3) selalu mengandalkan kuasa Roh Kudus bukan kuasa kedagingan, (4) selalu menghormati dan tunduk pada pemimpin, (5) memanfaatkan berkat sesuai kebutuhan bukan dengan pemborosan, (6) tujuan utama dalam kehidupan ini adalah menjadi saksi bagi Kristus. Hiduplah dalam komunitas dengan sehati dan sejiwa untuk menjadi saksi Kristus.

Oleh Ashiong P. Munthe, pengajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pelita Harapan Karawaci.



Leave a Reply