Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Ketika Allah Disalah Mengerti




eBahana.com – Dunia ini tidak pernah luput dari bahaya. Bencana alam, perang, kelaparan, ketidak adilan dan kejahatan kerap mewarnai kehidupan. Pada saat yang bersamaan, dunia juga tengah berjuang menghadapi ancaman pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi. Korban sudah berjatuhan dimana-mana. Manusia menjerit, dimanakah Allah yang Maha Kuasa? Mengapa Ia sepertinya tidak turun tangan dan terkesan membiarkan semua penderitaan ini terjadi?

Ada banyak orang yang kecewa dan akhirnya meninggalkan Allah. Menganggap bahwa Dia tidak ada karena membiarkan penderitaan dan segala bencana menimpa dunia. Dalam pikiran mereka, kalau Allah Maha Kuasa, tentu Dia dapat dengan mudah menghapus semua itu dan menggantinya dengan segala yang baik dan ideal menurut pikiran manusia.

Pertanyaan ini pernah dicetuskan oleh Ayub ketika ia harus melewati penderitaan yang luar biasa dalam hidupnya. Ia merasa harus protes kepada Allah dan mempertanyakan keadilan-Nya,” Aku hidup dengan tentram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya.” (Ayub 16:12).

Sesungguhnya, dunia memang bukanlah suatu tempat yang ideal dimana manusia bisa hidup aman, tentram dan tanpa gangguan apapun karena seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat (1 Yohanes 5:19). Untuk itulah Yesus Kristus harus turun ke dalam dunia dan menebus dosa umat manusia sehingga setiap orang yang percaya kepada-Nya dilahirkan menjadi anak-anak Allah dan dipisahkan dari dunia (Yohanes 15:19).

Hidup menjadi anak-anak Allah berarti harus hidup sesuai dengan konsep Allah. Firman Tuhan harus selalu menjadi landasan perjalanan hidup kita, bukan nilai-nilai dunia apalagi pemikiran diri kita sendiri.

Demikian halnya dengan konsep tentang Allah. Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus tidak sama dengan ilah-ilah yang ada di dunia ini.

Ilah-ilah di dunia ini dipuja dan disembah hanya untuk memuaskan keinginan manusia yang berpusat kepada pemenuhan nafsu dan keinginan diri sendiri. Maka dari itu, tidak heran, ada banyak sekali ilah yang dunia tawarkan, tergantung kebutuhan manusia mana yang mau dipuaskan.

Sedangkan Allah yang benar di dalam Yesus Kristus, dipuja dan disembah karena hanya Dia yang layak menerimanya. Karena Dia adalah Pencipta jagat raya ini. Terlepas Dia mengabulkan keinginan kita atau tidak, Dia tetap Allah yang berdaulat dan kedaulatan-Nya tidak dapat diganggu gugat oleh apapun.

Lantas kenapa orang yang percaya kepada kedaulatan Tuhan Yesus tetap bisa mengalami penderitaan ?

Pertama, kita harus mengubah dahulu konsep Allah yang ada di pikiran kita. Allah bukanlah pemuas segala keinginan dan angan-angan kita. Dia adalah Penguasa Tunggal alam semesta ini dan sebagai Allah, Dia berhak melakukan segala sesuatu seturut kehendak-Nya termasuk mengizinkan masalah dan penderitaan hadir di dalam kehidupan umat-Nya dengan tujuan supaya janji-janji-Nya bisa digenapi dalam hidup kita (Roma 8:17).

Dengan adanya penderitaan, manusia bisa selalu hidup bergantung kepada Allah dan menyadari betapa tidak berdayanya manusia itu. Allah pun juga sudah berjanji tidak akan meninggalkan kita seorang diri karena Dia selalu beserta dengan kita melalui Roh-Nya yang kudus (Yohanes 14:16-17).

Kedua, Alkitab menulis dalam Roma 8:28 bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Dalam penderitaan, rencana Allah turut bekerja bagi kebaikan umat-Nya.

Banyak sekali orang yang akhirnya bertobat dan meninggalkan kehidupan lamanya yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan ketika mereka menderita dan Tuhan lepaskan. Banyak juga orang yang di tengah penderitaannya akhirnya menemukan Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.

Jadi, janganlah penderitaan itu membuat kita salah mengerti tentang Allah melainkan bertekunlah di dalamnya dan percayalah sesuatu yang baik telah dirancangkan-Nya melalui penderitaan itu.

“Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami.” (2 Korintus 4:17).

Oleh Gideon Budiyanto.



Leave a Reply