Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Jumat Agung di Tengah Virus Corona Harus Mampu Buka Tabir Iman dan Kesukarelawanan Gereja




eBahana.com – Paskah doa di Getsemani situasinya bukan semakin terang benderang tetapi justru berlaku sebaliknya situasi para murid dan para perempuan Yerusalem semakin takut. Karena dalam penangkapan tersebut dilaksanakan oleh sekelompok orang yang menghunus pedang. Setelah itu Yesus dibawa  ke mahkamah agama dan langsung dibawa ke Pontius Pilatus untuk diadili. Bagaimana dengan para murid, perempuan Yerusalem dan para pengikutnya yang lainnya? Mereka ketakutan dan lari mencari selamat sendiri sendiri meninggalkan dan membiarkan Yesus sendiri ditangkap. Petrus secara diam diam mengikuti Yesus yang dibawa oleh pemimpin agama Yahudi. Bagaimana reaksinya ketika dia ditanya bahwa ia adalah dari golongannya Yesus, dia sampai menyangkalnya sebanyak tiga kali. Faktor apakah yang membuat Petrus menyangkal Yesus tiga kali:

  1. Belum memiliki komitmen dan ikatan yang kuat antara mereka sebagai guru dan murid.
  2. Petrus hanya menganggap sebagai guru tidak sebagai Tuhan dan juru selamat.
  3. Karena dua hal diatas yang menjadikan Petrus takut ditangkap dan dihukum.
  4. Karena belum menganggap Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat sehingga para murid termasuk Petrus lupa akan janji-janji yang Yesus pernah sampaikan mengenai penangkapan dan penyaliban, kematian  dan kebangkitan-Nya.

Setelah sampai di hadapan Pilatus para tokoh agama Yahudi melakukan negosiasi dengan Pilatus untuk melepaskan Barabas seorang penjahat dan menggantikannya dengan Yesus. Sebenarnya Pilatus tidak setuju karena Dia tidak ditemukannya kesalahan yang ada pada-Nya tetapi karena Pilatus takut kepada tokoh agama Yahudi dan rakyat Israel akhirnya ia mengabulkan permintaan mereka. Dengan kata lain Dia mereka samakan dengan seorang penjahat.

Setelah permohonan  untuk melepaskan Barabas seorang penjahat maka mereka menyerukan: “Salibkan Dia, salibkan Dia”, para pemimpin agama Yahudi dan rakyat Israel  menyerukan supaya Yesus dihukum salib. Pada hal hukuman salib itu sejatinya bukanlah hukum bangsa Israel, karena hukum bangsa Israel adalah rajam dengan batu. Tetapi mengapa para petinggi agama Yahudi menghendaki Yesus untuk dihukum dengan salib, pada hal hukuman salib adalah hukum milik bangsa Romawi. Menghukum rakyatnya yang dianggap bersalah dengan menggunakan hukuman bangsa lain itu artinya bangsa Israel tidak berdaulat. Walaupun memang pada saat Yesus hidup bangsa tersebut berada dalam kekuasaan bangsa Romawi tetapi tidak semua kesalahan harus diselesaikan dengan hukuman bangsa Romawi, khususnya yang ada kaitannya dengan relegiusitas seperti perkara yang dialami oleh Yesus saat itu. Mengapa Yesus dihukum dengan hukuman salib karena dituduh melakukan pelanggaran politik karena dituduh mengaku sebagai raja orang Yahudi.

Namun yang lebih menyakitkan lagi adalah sebelum peristiwa penyaliban-Nya didahului dengan penyiksaan dengan cambukan, dipukul, baik dengan tangan kosong maupun dipukul memakai kayu dan benda tumpul yang lain sehingga penuh dengan luka. Bukan hanya sampai di situ perlakuan kejam yang tidak manusiawi adalah disuruh memikul kayu yang akan digunakan untuk menyalib ke bukit Golgota atau lebih dikenal dengan Via Dolorosa atau jalan penderitaan atau jalan kesengsaraan. Setelah diatas kayu salib pun penganiayaan tidak berhenti puncaknya menaruh mahkota duri diatas kepala-Nya, hal itu masih ditambah dengan mengolok-olok dan penghinaan yang lainnya. Yesus disalibkan di Bukit Golgota di antara dua orang penjahat, hal ini gambaran bahwa Yesus sudah jatuh tertimpa tangga pula. Hukuman salib itu adalah hukuman terberat bagi penjahat ‘kelas kakap’ ditambah bersamaan dengan dua orang penjahat. Inilah bentuk penghinaan terdalam bagi Yesus. Kalau kita mau memperhatikan peristiwa Jumat Agung di bawah ini:

  • “Dan lihatlah tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai bawah.”
  • “Tabir bait suci terbelah menjadi dua dari atas sampai kebawah”

Hal ini mau menunjukkan kepada dunia khususnya mereka yang memusuhi-Nya bahwa Ia adalah Allah yang Maha Kuasa, manusia mana yang ketika mati sanggup membelah tabir bait Allah atau tembok, selain Yesus.

Hal ini untuk membuka mata manusia yang membenci dan memusihi Dia dan tidak percaya kepada-Nya bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan dalam perjanjian lama. Sekarang bagaimana dengan diri kita para pengikut Kristus, peristiwa Jumat Agung ini mampu membuka tabir kehidupan kita yang individualistis, hedonis dan praktek hidup yang melanggar ketentuan-Nya. Terlebih tahun ini adalah tahun yang sangat berat bagi masyarakat dunia yang disebabkan oleh Covid-19. Hendaknya Jumat agung tahun ini yang bersamaan dengan mewabahnya Covid-19, harus bisa membuka tabir iman bagi gereja Tuhan supaya tidak inklusif tetapi lebih eksklusif. Gerakan iman dan gerakan sosial lebih ditingkatkan dan diintensifkan. Dengan kata lain gereja Tuhan harus berada di garis depan (garda terdepan) dalam melawan virus Corona dengan membuka posko perlawanan terhadap virus Corona dengan menerjunkan sukarelawan dan yang lainnya. Dengan demikian nama Tuhan dipermuliakan.

Oleh Markus S.



Leave a Reply