Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Hadiah Natal yang Bermakna




eBahana.com – Untuk menentukan siapa mendapatkan apa pada Hari Natal, ternyata tidak selalu mudah. Teorinya, sih, kita memberi yang diperlukan atau disukai, tetapi tentu saja menyesuaikan kondisi dan kemampuan kita. Nah, dari sini saja kita sudah bisa menderetkan beberapa persoalan: Apa yang diperlukan? Apa yang disukai? Kalau setiap tahun kita sudah bertukar hadiah Natal, apa lagi yang masih bisa diberikan? Belum lagi, kalau kita tahu yang dia perlukan atau sukai, tetapi harganya melampaui standar belanja kita, apakah kita harus memaksakan diri membelinya? Atau kita ganti saja hadiahnya dengan yang lain? Tapi, diganti dengan apa ya? Waduh, bingung juga!

Hadiah Natal memang nyaris sama dengan Natal itu sendiri. Apalagi, dikaitkan dengan kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat dunia, sebagai hadiah terbesar dari Allah untuk manusia, dasar dan alasan menjadikan hadiah
Natal sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kemeriahan Natal seakan mendapat pembenaran. Tidak
mengherankan, baik dalam lingkup keluarga, di antara teman dan sahabat, atau juga di kalangan rekan bisnis
dan rekan sepelayanan, tradisi tukar-menukar kado pada masa raya Natal seakan-akan tidak boleh terlewatkan. Natal belum lengkap tanpa tukar kado. Wow!

Tapi, omong-omong tentang hadiah Natal, pernahkah kita perhatikan hadiah apa yang Tuhan Yesus terima
saat kelahiran-Nya? Beberapa orang gembala dari rombongan yang berbondong-bondong datang dari padang mungkin sempat memetik dan merangkai serumpun bunga liar. Bisa jadi juga ada gembala yang sempat
memerah serta membawa susu segar dari ternak yang mereka gembalakan (bdk. Lukas 2:8). Lalu, ketika orang
majus datang, kita mendapat laporan dari Injil Matius tentang hadiah yang mereka bawa, yaitu “Mereka pun
membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur” (Matius 2:11).

Saat hari demi hari berlalu, apa yang terjadi dengan hadiah-hadiah tersebut? Rangkaian bunga dari para gembala pastilah kemudian layu dan mati. Susu segar juga pasti sudah habis diminum. Bagaimana dengan emas, kemenyan serta mur? Keluarga kecil itu Pak Yusuf, Bu Maria, dan Bayi Yesus jelas membutuhkan biaya untuk melanjutkan hidup mereka. Pak Yusuf memang dikenal sebagai tukang kayu (bdk. Matius 13:55, Markus 6:3), jadi ia bisa bekerja menggunakan keahliannya. Tapi, sebagaimana kita tahu dengan hadirnya Sang Bayi di tengah keluarga, sejumlah biaya perlu dipersiapkan dan dicadangkan untuk kebutuhan-Nya. Melengkapi hasil kerja Pak Yusuf, emas, kemenyan, dan mur dari para majus turut membantu menopang kehidupan keluarga muda tersebut (sekadar informasi, ketiga hadiah ini sebenarnya bernilai jual cukup tinggi. Tapi, karena diberikan sebagai hadiah, bukan untuk diperdagangkan, jumlah emas, kemenyan, dan mur tersebut tidak banyak. Tidak cukup untuk menjadikan keluarga Pak Yusuf kaya-raya, tapi cukup untuk membuat mereka bisa
“menarik napas sejenak”).

Lalu, ketika pada waktunya emas, kemenyan, dan mur dari para majus habis, baik dijual untuk membeli
kebutuhan sehari-hari atau dibagikan pada teman dan tetangga yang membutuhkan, untuk melanjutkan hidup mereka, Pak Yusuf harus bekerja keras dan Bu Maria harus berhemat. Yesus kecil pun harus belajar hidup dalam kesederhanaan. Life must go on, bukan?

Lama setelah tidak bersisa, Pak Yusuf dan Bu Maria masih bisa bercerita pada Sang Putra tentang betapa berartinya hadiah-hadiah itu bagi mereka. Bukan semata karena nilai ekonomi yang dikandungnya, melainkan makna di baliknya. Perhatian dan persahabatan yang ditawarkan, baik oleh para gembala maupun orang majus, menjadi penghiburan dan kekuatan bagi Pak Yusuf dan Bu Maria yang masih muda dulu. Itulah makna sesungguhnya dari hadiah-hadiah tersebut.

Tampaknya, belajar dari pengalaman Pak Yusuf dan Bu Maria, Yesus muda kemudian mengembangkan persahabatan dengan segala lapisan masyarakat. Ia pun tanpa canggung dan ragu memberi perhatian yang tulus pada orang-orang yang ditemui-Nya. Bahkan Ia memberikan diri-Nya untuk manusia.

Jadi, apakah makna di balik hadiah-hadiah Natal kita? Apakah dampak yang diberikannya bagi sang penerima? Selamat Natal! Soli Deo Gloria! Red



Leave a Reply