Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Antara Doa dan Politik




eBahana.com – Maka Ia maju sedikit lalu sujud dan berdoa katanya: ”Ya Bapa-Ku jika sekiranya mungkin biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku.” Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar lalu katanya kepada mereka: “Hatiku sangat sedih seperti mau mati.” Dia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertanya.

Sebagai manusia sejati ketika waktunya semakin mendekat kepada penyerahan diri-Nya, Dia juga merasakan sedih dan gemetar. Hal ini sungguh sangat manusiawi penderitaan yang sudah di depan mata. Oleh karena terlalu sedih dan merasa tidak kuat maka Ia mengatakan:  Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya.” Kematian benar-benar menjadi momok yang menakutkan bagi semua orang termasuk manusia sejati Yesus. Ia merasa stress juga, makanya Dia memboyong para murid untuk mencari tempat sepi untuk menenangkan diri untuk berdoa kepada Bapa.

Yang paling menarik di sini adalah yang diajak menemani untuk naik ke atas taman Getsemani adalah Petrus dan dua orang anak Zebedeus, kenapa tidak murid yang lainnya. Mereka bertiga adalah bagian dari empat murid Yesus yang dipanggil untuk yang pertama. Dengan kata lain, Ia sangat percaya kepada mereka bertiga dan itu tidak menutup kemungkinan ada benang merahnya dengan kembalinya Dia ke pangkuan Bapa di surga, yaitu berkaitan dengan menjadi pengikat atau pemimpin para murid Yesus setelah peristiwa paskah.

Seandainya Petrus dan kedua anak Zebedeus itu peka dalam iman seharusnya ketiganya sudah paham makna yang tersirat ketika Ia mengajak: ”Tinggalah di sini berjaga-jaga dengan Aku.” Yang dimaksudkan berjaga-jaga dengan Aku di sini adalah ketiga murid-Nya itu ikut menjaga ketika Ia sedang berdoa. Di samping itu ketika mereka berdua sedang ada dalam persoalan yang berat langsung datang kepada Tuhan, bukan datang ke dukun dan orang yang menganggap dirinya mengerti dan pintar yang lainya.

“Ya Bapa-Ku jika sekiranya mungkin biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku.”

Yesus di sini mengadakan penawaran kepada Bapa, kata sekiranya cawan ini berlalu dari padaKu. Cawan mewakili  penderitaan, masalah  yang sedang dialaminya yaitu pengadilan Pontius Pilatus dan secara manusia sangat menakutkan. Yesus di sini menunjukan bahwa Ia adalah manusia sejati yang sangat membutuhkan dukungan atau motivator supaya Dia sanggup menghadapi semua tugas dari Bapa.

“Tetapi jangan seperti yang Kukehendaki melainkan seperti yang Kau kehendaki.”

Ia menyadari bahwa Dia tidak lagi berhak atas diri-Nya lagi, sekalipun kemanusiaan-Nya tidak sanggup lagi untuk menjalankanya tetapi memang sudah menjadi kehendak Bapa, Ia tidak bisa lagi menghindarinya.

Oleh Yesus sebagai Pengikut-Nya mereka untuk tidak egois dan mementingkan diri sendiri dan golongan karena hidup kita sudah bukan kehendak kita lagi tapi kehendak Bapa.

Setelah Yesus selesai doa yang pertama dan kembali kepada murid-murid tetapi mendapatinya mereka semua sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “ Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam saja dengan-Ku?” Mengapa yang ditegur selalu Petrus bukan yang lain padahal yang tertidur bukan hanya dia saja tetapi para murid yang lain mengalami hal yang sama. Apa ada hubungan dengan peristiwa sebelumnya ketika dia dikatakan-Nya sebelum ayam berkokok, dia akan menyangkal Dia tiga kali. Apa ada hubungan dengan keberlanjutan paska penangkapan, penyaliban, kematian dan kebangkitan-Nya, Regenerasi. Tapi memang berjaga jaga supaya terhindar dari masalah itu sangat penting, dengan berdoa hati bisa tenang dan bisa damai kembali.

“Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: Roh memang penurut tapi daging lemah.

Yesus menganjurkan para murid untuk berdoa supaya terhindar dari pencobaan, Dia tahu bahwa kondisi fisik mereka kelelahan karena berjalan bersama dengan diriNya sehingga  Ia mengatakan roh penurut tubuh lemah. Dalam kehidupan kita sering terjadi antara tubuh dan roh itu tidak koneks atau terjadi tarik menarik kepentingan. Roh maunya berdoa tetapi karena tubuhnya lelah minta diistirahatkan akhirnya tertidur, bukan hanya itu saja antara tubuh jiwa dan roh sering  berbeda dalam hal kepentingan dan kebutuhan. Dan itu yang membedakan antara Kristus dan kita sebagai manusia sejati, Ia bisa mengontrol dan menyelaras antara keinginan tubuh manusia sejatinya dan kesalahannya salah satunya melalui doa. Untuk melawan kemanusian sejatinya yang memberontak karena merasa tidak sanggup menanggung beban yang diberikan Bapa kepadaNya untuk meminum cawan itu. Tetapi kesalahan-Nyalah yang lebih dominan sehingga Ia tetap maju terus melaksanakan kehendak Bapa. Seperti yang dikatakan: “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa katanya: “Ya BapaKu jika cawan ini tidak mungkin lalu kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakmu!”

Sementara Yesus berdoa minta kepada Bapa tentang persoalan yang dihadapi-Nya di lain sisi dia melihat para murid tertidur pulas seolah-olah tidak ada beban yang ditanggung dalam hidupnya padahal nanti ketika hari penderitaan yang diterima oleh Yesus, mereka juga akan merasakan dampaknya karena mereka adalah calon pemegang estafet pasca peristiwa Golgota. Tetapi harapan sangat berbeda dengan kenyataan yaitu “Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur sebab mata mereka sudah berat.”

“Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga!”

Yang perlu dicermati dengan doa Yesus di Taman Getsemani adalah doa yang ketiga kalinya dan mengucapkan doa itu juga. Dengan kata lain doa pertama sampai ketiga itu isinya sama yaitu keluhan Dia menghadapi kayu salib. Tetapi setelah doa yang ketiga, Dia merasa lega dan siap menghadapi penyerahan diri-Nya dan dieksekusi.

Sesudah itu Ia datang kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa.

Setelah selesai berdoa Ia memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa yang menyerahkan sudah tiba dan Dia mengatakan: “Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”

Sebagai pengikut Kristus di dalam menghadapi permasalahan hidup teladanilah Dia. Untuk menghadapi politik hukum yang dilakukan-Nya adalah berdoa kepada Bapa. Dia sadar bahwa doa adalah dasar atau yang dilakukan pertama kali sebelum proses yang lain. Dan bisa jadi hal ini tidak diperhatikan dan dianggap penting oleh para politikus. Wajar apabila mereka banyak yang gagal di awal atau setelah mereka menjadi pemimpin dan menjadi legislatif maupun yudikatif mereka tersandung masalah hukum karena tidak mengawali dengan berdoa kepada Bapa. Markus Sulag



Leave a Reply