Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

5 Penyebab Kejatuhan Pemimpin




eBahana.com – Bukan hidup jika tidak menghadapi berbagai tantangan dan problematika seiring kemajuan zaman. Problematika tidak hanya menyambar tampilan luar seorang pemimpin, melainkan juga merasuki pribadinya. Tidak mengherankan pemimpin Kristen mengarah pada praktik sekularisasi. Pemimpin Kristen yang demikian artinya pemimpin yang tidak theologis.

Stevri Indra Lumintang menuliskan dalam bukunya berjudul “Theologia Kepemimpinan Kristen”, bahwa kepemimpinan yang tidak theologis yaitu “kepemimpinan yang diperankan oleh orang-orang yang tidak memiliki keyakinan atau tidak menerima suatu visi dan beban dari Tuhan bahwa dirinya dipilih dan ditetapkan oleh Tuhan sebagai pemimpin”. Patutlah disayangkan jikalau pemimpin Kristen hanya meyakini kepemimpinan sekedarnya saja dan segala sesuatu diarahkan hanya pada keinginan pribadi.

Namun, bagaimana dengan pemimpin Kristen yang dengan sangat yakin terhadap panggilannya sebagai pemimpin?

Jangan senang dulu! Pemimpin Kristen dapat dengan mudah jatuh dalam pencobaan. Oleh karena itu, perhatikanlah 6 (enam) hal yang dapat mengakibatkan kejatuhan pemimpin Kristen:

1. Keretakan Relasi dengan Tuhan

Keretakan relasi yang dimaksud adalah sikap hidup yang tidak bergantung kepada kehendak Tuhan, memiliki kecenderungan untuk berkompromi dengan ketidakbenaran, memntingkan kehendak pribadi, memiliki sikap dualisme, tidak memiliki keteguhan hati dan prinsip hidup yang benar, rentan dan mudah kehilangan arah dalam tekanan, bahkan mudah dikendalikan atau dipengaruhi. Semua ini adalah ciri-ciri pribadi pemimpin yang kehidupan spiritualitasnya lemah.

2. Peran yang Tidak Efektif

Setiap panggilan kepemimpinan tentu dibarengi dengan beban yang tertuang dalam peran dan tanggung jawabnya, yaitu memprioritaskan aspek dalam kepemimpinan melalui kemampuannya dalam tindakan nyata menuju sasaran dengan cara yang jelas dan standar yang benar. Namun, jika seorang pemimpin hanya fokus pada kemampuan fungsional, sekalipun hal ini penting, tetapi kecenderungannya akan memuaskan kehendak pribadi saja sehingga kepemimpinannya tidak berlangsung efektif.

3. Merelatifkan Kebenaran dan Kompromi

Berkaitan dengan tugas sebagai pemimpin Kristen, maka mereka akan berusaha dengan sangat keras dan tanpa sadar bersifat sia-sia demi memberikan harapan-harapan yang tidak realistis bagi semua orang, bahkan memposisikan diri untuk melakukan kesalahan. Hasrat jasmani sebagai pemimpin yang dihormati dan disegani menjadi dorongan tertinggi bahkan mutlak bagi seorang pemimpin. Tidak heran banyak pemimpin akan melakukan dan menghalalkan segala cara, termasuk berkompromi untuk mencapai tujuannya.

4. Mentalitas Egosentris

Kepemimpinan yang egosentris artinya pemimpin yang berperan untuk melayani diri sendiri, pemimpin yang berpikir bahwa orang lain ada demi kepentingan pemimpin. Tidak mengejutkan bila didapati para pemimpin Kristen yang jatuh dalam skandal etika dan moral (keuangan dan seks).

5. Tidak peduli akan pemimpin selanjutnya

Panggilan menjadi pemimpin berarti penggilan untuk menjadi teladan bagi orang lain. Namun, kecenderungan yang paling merusak dalam sejarah kehidupan dan kepemimpinan adalah untuk memilih pemimpin yang mempesona, sosialita, ngehits, dan menolak pemimpin dengan tingkat potensial yang tinggi. Banyak pemimpin yang lebih menonjokkan aspek kekuasaan daripada pelayanan. Kesiapan pemimpin selanjutnya menjadi hambatan dalam proses kepemimpinan. Penyebab lain yang lebih memalukan adalah pemimpin masa kini yang enggan belajar, enggan turun dan digantikan.

Dengan demikian, marilah, hai para pemimpin Kristen, untuk selalu siap dan berjaga-jaga, karena lawanmu si iblis tidak akan tinggal diam untuk membawamu kepada pencobaan dan merenggut kepemimpinanmu kepada skandal memalukan.  Belajarlah dan teladanilah DIA, Pemimpin yang benar! (SCL)



Leave a Reply