Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Pencobaan atau Ujian




eBahana.com – Pertanyaan:

Shalom, Pdt. Noor Anggraito di BAHANA. Saya ingin bertanya, apakah dalam peristiwa tidak menyenangkan yang kita alami, selalu ada keterlibatan Iblis? Apakah pencobaan datang dari Iblis saja, padahal kita mengeluarkan ucapan “Ini cobaan dari Tuhan”. Apakah ucapan seperti itu salah? Mohon penjelasannya. Terima kasih.

(Agus di Benhil)

Jawaban:

Iblis tidak selalu ada dalam peristiwa tidak menyenangkan yang kita alami. Bisa jadi karena kecerobohan sendiri. Misalnya, ada seorang pelayan Tuhan yang jatuh dari sepeda motor pada malam hari sehingga patah tulang, merupakan peristiwa yang tidak menyenangkan. Ketika diselidiki, ternyata kecelakaan pelayan Tuhan itu terjadi karena motornya tidak menggunakan lampu. Ia belum kenal daerah itu, tetapi mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Akibatnya, ia menabrak gundukan pasir di pinggir jalan. Menurut saya, ini terjadi karena human error.

Selanjutnya, bila kita menganalisis mengenai pencobaan, kita perlu paham bahwa istilah “pencobaan” dan “ujian” dalam Alkitab perlu dimengerti dengan benar. Pencobaan selalu datang dari Iblis dan tujuannya adalah menjatuhkan. Kita bisa melihat dengan jelas kisah jatuhnya Adam dan Hawa (Kej. 3:1-7). Demikian juga ketangguhan Tuhan Yesus saat dicobai Iblis (Mat. 4:1-11). Namun, ujian datang dari Tuhan. Tujuannya untuk menaikkan tingkat iman seseorang. Kisah ujian dapat kita jumpai saat Abraham diuji untuk mengurbankan anaknya Ishak di gunung Moria (Kej. 22:1-14). Juga kisah Paulus yang diberi duri dalam daging (2 Kor. 12:7).

Akan tetapi, sering terjadi suatu keadaan yang sebenarnya “netral” dan bisa berubah menjadi “pencobaan atau ujian” tergantung bagaimana kita menanggapinya. Kenyataan ini dapat diilustrasikan dengan seekor ikan yang menghadapi kail. Ikan itu sedang lapar dan diperhadapkan adanya “umpan” yang merupakan makanan enak bagi ikan, tetapi di dalamnya ada “pancing” atau “kail” yang tajam dan mematikan. Ketika ikan tersebut melihat dan keinginan memakannya begitu kuat, ia terpancing sehingga kena kail dan tertangkap. Akibatnya sudah pasti, “mati” dan menjadi lauk pauk. Sebenarnya, keadaan saat itu “netral”, tetapi ikan itu menanggapinya dengan salah, sehingga keadaan tersebut berubah menjadi “pencobaan” baginya. Itu sebabnya Yakobus berkata, Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut(Yak. 1:14-15).

Marathon des Sables

Sebaliknya, jika ikan itu berkata, “Ya saya tahu, saya lapar dan ini ada makanan enak, tetapi lebih dari itu saya tahu ini pancingan, di baliknya adalah kematian, saya tidak mau makan”. Keadaan “netral” itu menjadi ujian bagi ikan tersebut. Dalam Yakobus 1:12, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Lebih jauh lagi, bila dikaji lebih dalam mengenai pencobaan, ada empat faktor penyebab seseorang terjerembab dalam pencobaan. Faktor tersebut adalah hawa nafsu atau kehendak daging, jalan dunia, orang-orang durhaka, dan penguasa kerajaan angkasa atau Iblis (Ef. 2:2-3).

Kisah seorang koruptor, misalnya, Nafsu daging mengatakan bahwa kita butuh uang. “Siapa yang tidak suka uang?” Sementara sistem nilai  atau world view berkata dengan uang kita dapat melakukan banyak hal. Ketika itu kita melihat orang-orang dunia melakukan hal yang sama dan aman-aman saja. Saat itu, Iblis sang penguasa udara tinggal mengipas-ngipasi nafsu seseorang. Akhirnya jatuhlah ia dalam dosa korupsi. Bukankah proses seseorang berdosa pada umumnya seperti demikian? Benarlah bahwa pencobaan yang membawa dosa bukan dari Tuhan, ujian yang membawa kemenangan datangnya dari Tuhan.

Kisah Ayub yang diuji Tuhan bisa menjadi pencobaan dan dosa bilamana Ayub merespons salah. Namun, Ayub merespons dengan benar. Imannya semakin kuat dan berkatnya semakin melimpah. Sementara, Iblis yang berusaha mencobai hanya gigit jari.

Oleh: Pdt. Dr. Noor Anggraito.



Leave a Reply