Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Menyiapkan Generasi Pengubah Dunia




eBahana.com – Masa lalu yang suram tidak menghalangi Pdt. Eluzai Frengky Utana, MPM bangkit menjadi hamba Tuhan. Prinsipnya, untuk memulai tidak perlu jadi luar biasa, tapi untuk menjadi luar biasa harus dimulai, karena Yesus yang luar biasa itu ada di dalam kita.

Gereja hadir untuk menjadi garam dan terang dunia. Sayang, umat Tuhan sering tinggal dalam kungkungan tembok kenyamanan gereja. Akibatnya, mereka bosan. Apa yang dilakukan Pdt. Frengky, sapaan akrabnya, menghadapi hal ini?

Hati Sang Perintis
Saat ini, selain sebagai salah satu penatua di GBI ROCK Lembah Pujian di Bali, saya juga melayani sebagai gembala pembina di ROCK Palu dan wakil gembala pembina di ROCK Bandung. Sebelumnya, saya juga menggembalakan di Makassar. Namun, setelah siap dan waktunya tiba, saya menyerahkan kepada seorang yang telah ditetapkan untuk menjadi gembala.

Sampai hari ini, Tuhan juga mempercayakan saya untuk melayani orang-orang yang tertolak dan kekurangan kasih sehingga terjerat narkoba, homo, lesbian, dll. Kami menampung mereka di rumah kami dan membina mereka. Saya melakukan ini karena Tuhan telah memulihkan kehidupan saya terlebih dahulu. Sampai
sekarang saya tidak tahu siapa orangtua kandung saya. Setelah melalui proses panjang, Tuhan menjamah saya dan kehidupan saya berubah. Sejak itu, saya rindu untuk melayani orang-orang yang senasib dengan saya.

Setelah anak-anak yang kami bina ini pulih, kami menyekolahkan mereka. Puji Tuhan, kini mereka sudah
banyak yang menjadi berkat bagi orang lain. Mereka kembali ke masyarakat dengan mental dan status yang baru karena mereka berharga di mata Tuhan. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang kini menjadi pengusaha dan hamba Tuhan. Ada yang menjadi gembala di Bima, Maumere, Labuan Boja, Semarapura-Bali, dan beberapa kota lain di Indonesia.

Saat melayani anak-anak tersebut di rumah kami, saya mulai merasa memasuki zona nyaman. Saat itulah, Pak Arifin (Pdt. Ir. Timotius Arifin T, DPM– Red.) mengatakan bahwa kita harus expand, yaitu dengan kembali ke
daerah kelahiran kami masing-masing dan menjadi berkat di sana. Mendengar itu, hati saya terbakar untuk membawa misi ini dengan warna yang berbeda ke kota-kota lain supaya kita yang telah dipulihkan Tuhan, mulai peduli dan melayani orang lain. Tentu itu bukan tugas para pendeta saja. Setiap kita bisa terlibat di dalamnya. Kita bisa melakukan sesuatu di setiap bidang yang Tuhan percayakan kepada kita, di bidang marketplace, dan lain-lain.

Mimpi untuk Kota
Bulan Februari 2006, saya mulai merintis pelayanan di Palu, Sulawesi tengah. Jemaat mula-mula ada 12 orang. Namun, yang menjadi motor pertama hanya 3 keluarga. Jujur saja, mereka ini jemaat pindahan, bukan dari nol. Mereka pindah karena punya mimpi untuk kota tersebut. Akhirnya, mereka bicara dengan kami dan saya merasa itu adalah suatu tantangan. Saya meminta jemaat yang mau bergabung harus memiliki surat pernyataan dan tanda tangan dari gembala gereja sebelumnya. Sekarang, jemaat yang ada sekitar 200 orang,
termasuk orang muda dan anak-anak.

Visi kami adalah membangun masyarakat mesianik. Artinya orang-orang yang memiliki hati dan kerinduan untuk menolong orang lain seperti dalam Yesaya 61. Kami melatih setiap jemaat untuk menjadi berkat bagi
orang lain. Mereka bisa mendoakan orang sakit, orang-orang yang lemah dan terjerat dengan berbagai masalah. Misi kami untuk exalting The Lord (meninggikan Tuhan), equipping The Saint (memperlengkapi orang-orang kudus), dan extending The Kingdom (memperluas kerajaan-Nya).

Sebagai langkah awal, kami mengadakan training dalam hal basic, yaitu bagaimana supaya masyarakat
mesianik ini bisa mendoakan orang sakit. Bukan sekadar pengetahuan, tapi mulai dengan praktik. Setelah
training ini jadi, kita buat komunitas sel (komsel), kemudian ibadah raya. Bagi saya, khotbah bukanlah cara
yang paling utama untuk membawa Kerajaan Allah kepada seseorang. Tapi, Kerajaan Allah (gaya hidup untuk tinggal dalam kebenaran Tuhan selama 24 jam penuh) datang kepada seseorang melalui kemauan, minat, dan karunia orang tersebut. Setelah itu, jemaat bisa bergabung di komsel dan di situlah mereka bisa praktik dan saling membangun. Jadi, fokus kami sekarang adalah training, komsel, dan ibadah raya.

Selain acara regular, setiap dua bulan sekali kami mengadakan Kingdom Gathering. Jemaat mencari orang-orang yang sakit, bermasalah dan membutuhkan pertolongan Tuhan untuk dibawa ke acara Kingdom Gathering tersebut. Komsel dan Kingdom Gathering terbuka untuk umum. Kalau mereka dari gereja lain mau ikut, boleh. Kami akan menindaklanjuti (follow up) jiwa-jiwa baru atau mereka yang belum bergereja. Orang-orang yang sudah bergereja, silakan kembali ke gereja masing-masing.

Menjadi Pengubah Dunia
Kerinduan kami adalah, setiap jemaat bisa ikut terlibat untuk menjadi generasi pengubah dunia. Setidaknya, mereka bisa mengubah dunia di tempat kerja mereka. Misalnya ada orang-orang yang memiliki hati dan belas kasihan untuk menolong anak-anak yang putus sekolah. Atau kita juga bisa membantu orang-orang yang lemah dalam hal perekonomian dengan menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka, dan masih banyak hal lain yang bisa kita kerjakan.

Sekarang sudah ada beberapa kelompok anak-anak muda yang punya hati untuk mengajar anak-anak membaca, les privat sampai belajar bahasa Inggris gratis. Jadi, kita masuk di segala bidang. Kami memang sedang masuk dalam tujuh jalur, yaitu: spiritual, sosial, ekonomi, pemerintah, pendidikan, dunia hiburan, dan media. Kerinduan saya, melalui komsel-komsel yang ada juga bisa menjadi berkat bagi lingkungan setempat. Di beberapa tempat, kami memberi MCK (mandi, cuci, kakus) di daerah sekitar.

Mulai Bertindak
Salah satu kendala yang saya lihat dan amati adalah, banyak jemaat yang merasa puas dengan dirinya sendiri.
Asal mereka mendapat pertolongan Tuhan dan merasa diberkati, cukuplah. Atau ada jemaat yang mulai melayani dan sibuk dengan pelayanan di gereja saja. Akibatnya, muncul kebosanan dalam pelayanan.

Hal itu terjadi karena mereka kurang berpikir ke luar. Tapi kalau di luar, justru bisa memberkati lebih
banyak orang. Nah, kegiatan di dalam gereja sebagai rumah Tuhan hanya untuk maintainance saja. Mereka
dilatih, dipertajam, dan dipersiapkan dengan khotbah. Namun pelayanan yang sesungguhnya adalah touch the
people (menyentuh hati dan kehidupan banyak orang). Jika itu yang dilakukan, kita tidak akan pernah bosan. Kita akan terus bergairah dan memiliki semangat yang kuat. Oleh karena itu, saat ini kami lebih banyak memotivasi mereka untuk menjadi garam dan terang dunia. Bukan hanya di dalam gereja, tapi juga di dunia marketplace. Jadi, harus ada orang-orang yang betul-betul bisa menjadi berkat di dunia di tempat mereka berada. Istilahnya menjadi generasi pengubah dunia.

Mengapa mereka belum banyak bergerak? Itu keputusan pribadi. Hal itu bisa menjadi bukti apakah dia mengasihi Tuhan atau tidak. Kami harus terus memotivasi jemaat supaya memulai. Kadang kala mereka beranggapan bahwa sesuatu harus dilakukan dengan cara yang luar biasa. Namun, sering saya ingatkan bahwa untuk memulai tidak perlu jadi luar biasa. Tapi, untuk menjadi luar biasa harus dimulai, karena Yesus yang luar biasa itu ada di dalam kita. Kalau kita memulai, yang luar biasa ini akan keluar. Tuhan yang akan melengkapi dan menyempurnakan.

(seperti dituturkan kepada Sugiyanto)
Pdt. Eluzai Frengky Utana, MPM adalah penatua di GBI ROCK Lembah Pujian, Bali, gembala pembina di GBI ROCK Palu dan wakil gembala pembina di GBI ROCK Bandung.



Leave a Reply