Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Tangan Tuhan di Setiap Kesulitan




Jeffry Saut Siahaan, Jumat malam pukul 19.00 adalah jadwal komsel bagi kami, anak muda di daerah Caman. Kami bergantian memimpin dan menyampaikan renungan firman Tuhan.

Malam itu, pada 2010, tepatnya aku nggak ingat, yang memimpin adalah Kak Hotma, seniorku. Ia wanita muda yang energik, ceria, dan rajin. Ia berkata kepada kami, ”Mari setiap kita menulis lima harapan,
pergumulan kita selama ini. Kita akan berdoa bersama, menyampaikan harapan kita pada Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.” Kak Hotma menyemangati kami.

Kuliah dan Rumah
Hening. Ada yang senyum-senyum ketika menulis di kertas. Dua hal yang kutulis dari lima harapanku adalah kuliah dan punya rumah. Setelah lulus sekolah aku sempat menganggur. Bapakku seorang supir dan mama, ibu rumah tangga. Aku adalah anak kedua dari lima bersaudara. Aku mengalah agar ketiga adikku bisa sekolah dengan lancar. Penghasilan bapak yang tak seberapa harus bijak digunakan. Lalu soal rumah, mama mengeluh
karena setiap tahun sewa rumah naik. Hampir 20 tahun di Jakarta, orangtuaku belum punya rumah.

Beberapa hari kemudian ketika bertemu bapak, kusampaikan harapanku, “Pak, Jeffry ingin kuliah… menurut Bapak bagaimana?” Respons bapak waktu itu singkat, padat, dan berisi, “Bagus… setuju.. diusahakan.” Aku tahu persis maksudnya. Aku cuma bisa berdoa. Dua bulan lagi pendaftaran terakhir.

Banyak Tangan dan Uda Harris
Bapak mendapat THR Natal. Biasanya THR dialokasikan untuk keperluan tahun baru karena banyak saudara
datang ke rumah. THR pasti habis. Namun, yang tak terduga adalah bapak menerima banyak tip setiap kali membawa barang-barang pesanan. Ada saja orang yang baik hati memberi uang. Oleh bapak, uang dari banyak tangan itu dikumpulkan hingga mencukupi kebutuhan kuliahku pada semester pertama.

Hal kedua terjadi. Bapak diundang adiknya ke Lampung. Uda Harris, begitu aku memanggilnya, memberi
bapak uang yang cukup untuk uang muka rumah. Sebulan kemudian kami menempati rumah di Cikarang. Jadi dalam tahun yang sama, aku kuliah dan orangtuaku memiliki rumah.

Keluarga Boy
Pertolongan Tuhan selalu ada di setiap kesulitan. Karena jarak antara rumah dan kampus sangat jauh, aku tidak mungkin tinggal di rumah. Kos? Uang dari mana? Temanku Boy Sitio dan saudara-saudaranya menampungku di rumahnya. Mereka memberiku tumpangan. Setelah cukup lama tinggal bersama, aku
tahu bahwa kedua orangtua mereka yang sudah dipanggil Tuhan, dalam hidupnya selalu mengajarkan sebisa
mungkin menolong orang. Itulah dasar mengapa aku bisa tinggal di rumah mereka.

Untuk keperluan transpor ke kampus, Tuhan punya cara lain. Aku bekerja sebagai tenaga part time yang bertugas membersihkan gedung gereja. Dari honor tersebutlah aku dapat pergi ke kampus. Semua peristiwa itu mengajarku bahwa Tuhan benar-benar nyata. Ia tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya.

Pertolongan untuk Adikku
Pertolongan Tuhan dialami oleh masing-masing anggota keluarga kami. Dua adikku tidak mungkin pindah sekolah karena tanggung, sebentar lagi mereka lulus. Mau kos juga tidak mungkin karena biaya dan mereka masih terlalu kecil untuk hidup sendiri. Ketua Yayasan Toga Terang, lembaga pendidikan tempat kedua adikku sekolah, menampung mereka. Mereka tinggal bersama keluarganya.

Tuhan baik. Sangat baik. Ia memakai orang-orang menjadi tangan-Nya untuk menolong aku dan keluargaku.

Tulisan ini kudedikasikan pada mereka yang telah dengan cinta kasih meringankan beban kami. Kami akan selalu mengingat kebaikan itu dan meneruskannya kepada orang lain. Tuhan memberkati Saudara dan Saudari semua… Aku ingin hidup menjadi berkat seperti mereka….
(Kisah Jeffrey pada Niken.)



Leave a Reply