Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Kepuasan Surgawi Menjadi Pelaku Sportif




 

eBahana, Yogyakarta – Bagi penggemar sepak bola, tentu nama Paolo Di Canio tentu tidaklah asing meski ia sudah mengundurkan diri dari lapangan rumput belasan tahun lalu. Paolo dikenal memiliki tempramen meledak-ledak sehingga label “bad boy” pun sempat disematkan kepadanya. Tetapi uniknya, Paolo juga dikenang sebagai sosok dengan gelar “A Gentlemen Conduct of Sportmanship” dan membawanya memperoleh FIFA Fair Play Award di tahun 2001. Apa yang membawanya untuk memperoleh penghargaan itu?

Kejadiannya di tahun 2000 ketika Paolo masih bermain untuk West Ham. Dalam sebuah pertandingan melawan Everton menjelang menit-menit akhir, Paolo mendapat sebuah umpan matang yang seharusnya tidak sulit untuk dia lesakkan ke gawang. Pada saat itu kiper Everton Paul Gerrard tengah tergeletak, sehingga gawang Everton kosong melompong tanpa penjaga. Situasi itu seharusnya sangat menguntungkan bagi Di Canio dan West Ham, karena hanya dengan sekali tendang saja ia bisa mencetak gol dengan mudah. Tetapi apa yang dilakukan Di Canio? Mencengangkan.

Ia ternyata memilih untuk menangkap bola dan meminta agar pertandingan dihentikan dahulu untuk menolong kiper Everton yang cedera. Dengan keputusannya itu West Ham harus puas dengan hasil imbang 1-1. Kemenangan yang sudah di depan mata bisa diperoleh jika Paolo memanfaatkan situasi tersebut, tetapi lebih daripada menginginkan kemenangan, Paolo memilih untuk melakukan hal yang lebih penting yaitu bersikap sportif sesuai peraturan bermain bola dan tentu saja rasa keadilan. Apa yang ia lakukan tetap dikenang orang hingga hari ini. Sebuah iklan fair play yang begitu sering diputar pada saat Piala Dunia 2010 lalu pun kemudian menggambarkan peristiwa sportivitas Di Canio tersebut dengan sangat mirip.

Apa yang dilakukan Di Canio tersebut adalah sesuatu yang sangat langka. Pemain-pemain bola akan cenderung memanfaatkan situasi seperti apapun untuk bisa memenangkan pertandingan. Mereka akan berpura-pura jatuh ketika gawang terancam, mereka melebih-lebihkan pelanggaran yang dilakukan lawan agar mendapat keuntungan apabila lawannya mendapat kartu, dan tentu saja tidak akan melewatkan kesempatan jika ada situasi yang sangat menguntungkan seperti dalam peristiwa di atas. Tidak saja di lapangan sepak bola, tetapi di dunia secara umum pun demikian.

Menghalalkan segala cara untuk bisa menang atau meraup keuntungan, memanfaatkan kesempatan untuk menang meski dengan cara yang tidak adil / tidak sportif bukan saja menjadi kebiasaan di dunia olah raga saat ini tetapi itu juga menjadi cerminan apa yang dianggap wajar bagi banyak orang. Kita terbiasa sikut-sikutan dan tidak merasa bersalah jika harus mengorbankan orang lain demi mencapai tujuan kita. Tetapi Alkitab berbicara lain. Sebuah kemenangan bukan saja tergantung dari hasil akhir, tetapi proses dalam mencapainya juga merupakan hal yang justru lebih penting untuk diperhatikan.

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan agar kita menjunjung tinggi sportivitas, kejujuran dan keadilan sesuai dengan peraturan dalam berlomba. “Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” (2 Timotius 2:5). Meski kita mungkin bukan seorang olahragawan profesional, tetapi pesan ini sangatlah penting untuk kita ingat dalam meniti hidup, karena sebuah kehidupan seyogyanya merupakan sebuah perlombaan.

Hingga hari ini Paolo pasti terus merasa bangga mengambil keputusan bersikap sportif 19 tahun yang lalu, yang membuatnya dikenang banyak orang dengan indah dan tercatat dalam sejarah penerima Fair Play award. Marilah kita melakukan hal yang sama. Meski itu mungkin terlihat merugikan pada saat ini, namun suatu ketika nanti anda akan tersenyum bangga telah mengambil sebuah keputusan yang tepat.

Sebuah sportivitas merupakan sikap yang menjunjung tinggi aturan dan taat kepada aturan, yang justru lebih bernilai ketimbang sebuah kemenangan itu sendiri. Ketika dunia berpikir bahwa adalah wajar untuk melakukan apapun asal bisa menang, orang-orang percaya seharusnya memperhatikan proses yang dilakukan untuk mencapainya. Sebab tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa memperoleh mahkota kehidupan sebagai seorang juara di mata Tuhan.

Ketaatan akan membawa kita menjadi juara sejati. Selamat berjuang menjadi pelaku sportif! (dbs, MK)



Leave a Reply