Media Rohani Terlengkap & Terpercaya


Input your search keywords and press Enter.

Dokter Penderita Luka Batin




eBahana.com – Pengalaman pahit pada masa lalu tidak lantas membuat Theresia Evy Christina terpuruk. Ia bangkit dan menjadi “dokter” bagi sesama yang menderita luka batin. Berbekal pengalaman masa lalunya itu Evy kini aktif menjadi konselor dan tergabung dalam panitia Seminar Penyembuhan Luka Batin (SPLB).

Selain terlibat sebagai panitia, Evy juga rela menyediakan waktunya untuk memberikan layanan konseling gratis. Salah satunya ketika peserta SPLB ada yang bertanya bagaimana menghilangkan luka batin dan memaafkan orang yang sudah menyakiti, tetapi sudah meninggal dunia. Evy menyarankan supaya peserta itu meminta maaf dan berdoa. Selain di SPLB, Evy juga memberikan layanan konseling di rumahnya. Untuk konseling di rumahnya ini ia hanya menerima “pasien” wanita dan dibatasi satu jam. Sementara, “pasien” pria akan dialihkan ke konselor pria, walaupun banyak juga yang ingin Evy menjadi konselor mereka.

Evy juga sering mendapat pasien dari kalangan wanita muda. Salah satu curhat yang sering didengar oleh Evy adalah banyak dari wanita muda mengeluh mengenai suami mereka. Evy tidak serta-merta mengiyakan curhat-curhat itu. Ia mengajak para wanita muda itu mengajak serta suaminya sehingga Evy juga bisa melihat dari sudut pandang yang objektif.

Pasien Evy datang dari berbagai usia mulai dari anak-anak muda hingga wanita berumur. Permasalahannya pun bermacam-macam tergantung usia. Masalah yang didominasi oleh wanita berumur adalah masalah rumah tangga, sedangkan wanita muda memiliki masalah yang lebih kompleks mulai dari masalah keluarga, karier, pendidikan, hingga percintaan. Evy menyadari, sebagai wanita ia sering terbawa perasaan. Namun, ia berusaha selalu objektif.

Tak jarang, Evy bersikap tegas kepada pasiennya. Evy mengaku banyak pasien yang merasa kecewa mendengar saran darinya. Namun, dengan ketegasannya itu mereka bisa menjadi pribadi yang realistis. “Saya selalu bilang, kalau mereka percaya Tuhan sayang kepada mereka, mereka harus belajar menerima kenyataan. Misalnya saja, wanita yang galau karena belum punya pasangan hidup, mungkin bagi Tuhan yang terbaik untuk mereka adalah tidak menikah. Tidak menikah dan tidak punya anak tidak mengurangi keberhargaan mereka karena mereka tetap dicintai Tuhan,” tegasnya.

Tak jarang, Evy bersikap tegas kepada pasiennya. Evy mengaku banyak pasien yang merasa kecewa mendengar saran darinya. Namun, dengan ketegasannya itu mereka bisa menjadi pribadi yang realistis. “Saya selalu bilang, kalau mereka percaya Tuhan sayang kepada mereka, mereka harus belajar menerima kenyataan. Misalnya saja, wanita yang galau karena belum punya pasangan hidup, mungkin bagi Tuhan yang terbaik untuk mereka adalah tidak menikah. Tidak menikah dan tidak punya anak tidak mengurangi keberhargaan mereka karena mereka tetap dicintai Tuhan,” tegasnya.

Luka Masa Lalu
Evy bukanlah alumni fakultas psikologi. Bekal sebagai konselor didapatnya dari pelatihan. Evy banyak memakai pengalaman masa lalunya untuk berbagi dengan orang lain. Evy sering berbagi ketika ia bangkit dari masa lalunya. Evy pernah memiliki pengalaman pahit di mana ia diceraikan karena tidak bisa memberikan keturunan. Pelayanan Evy pun sempat terhenti karena tidak diperbolehkan oleh mantan suaminya saat itu. Kemudian Evy yang pernah terluka itu pun perlahan bangkit dan melanjutkan pelayanannya setelah berpisah dengan mantan suaminya.

Kebangkitannya melayani membawa berkat baru bagi Evy. Evy mengimani pengalaman pahit hidupnya itu merupakan bagian dari rencana Tuhan. Ia yakin dengan pengalaman pahitnya itu, Tuhan memilihnya untuk menjadi penyembuh bagi orang lain. Karena itu, ia selalu mengajak orang-orang yang terluka batinnya untuk mengikuti SPLB dan berdoa supaya mereka bisa lepas dari luka batin dan memperoleh sukacita. Evy juga rajin memposting pengalaman orang-orang yang berhasil lepas dari luka batin di wall Facebook miliknya. Tidak hanya yang beragama Katolik, Evy juga menerima konseling dari umat beragama lain dan mengajak mereka mengikuti SPLB. “Karena kesembuhan bukan hanya milik orang Katolik, melainkan milik semua orang,”pungkasnya. Anna Marrie Happy



Leave a Reply